Pemilik Lahan Telantar yang Kerap Terbakar Dilacak
›
Pemilik Lahan Telantar yang...
Iklan
Pemilik Lahan Telantar yang Kerap Terbakar Dilacak
Gubernur Sumsel Herman Deru menginstruksikan jajarannya untuk segera menginventarisasi lahan yang terlatar di sepanjang jalan nasional yang menghubungkan Palembang dengan Indralaya, ibu kota Kabupaten Ogan Ilir. Lahan itu selalu terbakar.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menginstruksikan jajarannya untuk segera menginventarisasi lahan yang telatar di sepanjang jalan nasional yang menghubungkan Palembang dengan Indralaya, ibu kota Kabupaten Ogan Ilir. Setelah itu dicari pemiliknya agar bisa dilakukan kegiatan pengurangan risiko kebakaran.
Inventarisasi ini dilakukan pascakebakaran besar yang terjadi di kawasan tersebut. Hingga saat ini luasan kebakaran lahan di Sumsel sudah mencapai 257,9 hektar.
Herman, saat menghadiri rapat koodinasi penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Senin (5/4/2019), menuturkan, kebakaran besar yang menghanguskan lahan sekitar 49 hektar di Kabupaten Ogan Ilir, Sabtu (3/8/2019), harus menjadi perhatian. Pasalnya, kebakaran di kawasan tersebut hampir terjadi setiap tahun.
“Lahan itu selalu telantar, entah siapa yang punya. Saya instruksikan (staf) untuk segera berkoordinasi dengan Bupati dan Camat untuk mencari siapa pemilik lahan,” kata Herman.
Setelah diketahui pemilik lahan, Herman berencana untuk menawarkan lahan yang telantar tersebut menjadi lahan pertanian menggunakan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi). Program dari Kementerian Pertanian ini merupakan program yang mengedepankan konsep peningkatan pemanfaatan lahan untuk pertanian. Sumatera Selatan sendiri mendapat jatah hingga 200.000 hektar tahun ini.
Menurutnya, dengan mengubah lahan telantar menjadi lahan yang produktif, maka risiko kebakaran lahan tidak lagi terjadi. Langkah pencegahan lebih baik dibanding pemadaman. Biaya yang dikeluarkan juga lebih sedikit.
Karena kebakaran lahan selalu terjadi setiap tahun, Herman khawatir masyarakat menganggap kejadian ini merupakan proyek belaka. “Tidak ada kebakaran lahan, tidak ada uang ,” katanya.
Herman khawatir masyarakat menganggap kejadian ini merupakan proyek belaka
Herman mengatakan, kebakaran di Ogan Ilir sempat menjadi perhatian Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya. “Malam Sabtu lalu, saya ditelepon Bu Menteri. Beliau menanyakan, kenapa di Sumsel bisa ada 93 titik panas,” katanya.
Benar, esok harinya terjadi kebakaran lahan yang cukup besar. Tidak hanya itu, Selasa (5/8/2019), dirinya juga dipanggil Presiden Joko Widodo untuk memaparkan program penanggulangan bencana di Sumsel.
Mengganggu pengendara
Kebakaran yang terjadi di Kabupaten Ogan Ilir sempat membuat aktivitas di jalan lintas Sumatera terganggu lantaran asap kebakaran sampai ke jalan. Pengendara pun harus berhati-hati melintas karena jarak pandang terbatas.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Iriansyah menerangkan, hingga saat ini kebakaran lahan di Sumsel sudah mencapai 257,9 hektar. Kebakaran terjadi di Kabupaten Ogan Ilir seluas 121,5 hektar, Penukal Abab Lematang Ilir seluas 57,75 hektar, Kabupaten Ogan Komering Ilir seluas 68,5 hektar, Kabupaten Banyuasin dengan luasan 6 hektar, dan Kota Lubuklinggau seluas 0,5 hektar.
Terkait titik panas, lanjut Iriansyah sampai hari keempat bulan Agustus, titik panas sudah mencapai 78 titik. Adapun di sepanjang bulan Juli jumlah titik panas mencapai 256 titik atau terbanyak dari periode Januari hingga Juli 2019.
Iriansyah mengatakan, di lapangan ada sejumlah kendala yang ditemukan antara klain kondisi cuaca yang sangat panas dan tiupan angin yang sangat kencang. Hal ini membuat kebakaran cepat menyebar.
“Situasi akan semakin sulit jika kebakaran terjadi di malam hari,” ungkapnya. Apalagi di lapangan petugas dihadapkan pada terbatasnya air karena menyusutnya debit air di embung maupun kanal.
Kepala Badan Stasiun Klimatologi Klas 1 Palembang Nuga Putrantijo menerangkan, saat ini Sumsel sudah memasuki puncak musim kemarau. Rata-rata daerah tidak diguyur hujan mencapai 10 hari. Bahkan di kawasan Lahat dan Empat Lawang, sudah tidak hujan sejak 30 hari lalu. “Situasi ini terjadi sampai September,” katanya.
Oleh karena itu, permukaan lahan menjadi sangat kering. Risiko kebakaran pun semakin tinggi. “Untuk itu, setiap intansi harus terus waspada,” katanya.
Kebakaran juga membuat risiko kabut asap semakin tinggi karena angin bertiup dari timur ke tenggara. Itu berarti ketika di kawasan Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir terbakar, maka asap akan mengarah ke Palembang. “Kabut asap sudah beberapa kali terpantau di pagi hari, namun di siang hari udara kembali membaik,”kata Nuga.