Undip Awasi Penyebaran Paham Radikal kepada Mahasiswa Baru
›
Undip Awasi Penyebaran Paham...
Iklan
Undip Awasi Penyebaran Paham Radikal kepada Mahasiswa Baru
Universitas Diponegoro, Semarang, meningkatkan pengawasan terhadap penyebaran ideologi radikalisme dan ekstremisme. Pengawasan dilakukan dari seluruh sivitas akademika, termasuk rektor, dekan, dan para dosen.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Memasuki tahun ajaran 2019/2020, Universitas Diponegoro, Semarang, meningkatkan pengawasan akan penyebaran ideologi radikalisme dan ekstremisme. Pengawasan dilakukan dari seluruh sivitas akademika, termasuk rektor, dekan, dan para dosen.
Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Yos Johan Utama, pada upacara penerimaan mahasiswa baru di Stadion Undip, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/8/2019), mengatakan, pihaknya selalu berusaha mengamalkan Pancasila. Itu dalam rangka turut mempertahankan NKRI.
Menurut Yos, upaya tersebut didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai ideologi bangsa. ”Kami beri pemahaman kepada mahasiswa lewat proses pendidikan karakter. Dosen wali, dekan, dan semuanya harus turun ke bawah untuk mengontrol,” kata Yos.
Yos juga meminta kepada para mahasiswa baru untuk tak sungkan melapor kepada dosen, dekan, wakil rektor, atau bahkan rektor, jika ada upaya perluasan atau penyebaran paham radikalisme. Menurut dia, hal tersebut perlu dicegah sejak dini karena dapat membahayakan.
Kami beri pemahaman kepada mahasiswa lewat proses pendidikan karakter. Dosen wali, dekan, dan semuanya harus turun ke bawah untuk mengontrol.
Sementara itu, jumlah mahasiswa baru Undip tahun akademik 2019/2020 sebanyak 11.586 orang. Rinciannya yakni 210 orang pada program doktor (S-3), 993 orang pada magister (S-2), 105 pada pendidikan dokter spesialis I, 34 orang pada program profesi, 9.205 orang pada program sarjana (S-1), dan 1.039 orang pada vokasi (D-4).
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Undip Budi Setiyono menambahkan, pada penerimaan mahasiswa baru 2019, Undip mengedepankan tema ”Meneguhkan Semangat Bhinneka Tunggal Ika”. Pemahaman akan kehidupan yang pluralis diberikan kepada mahasiswa.
Hal tersebut perlu ditanamkan karena kenyataannya kampus terdiri atas orang-orang yang berbeda agama, suku, dan lainnya, tanpa harus terpisahkan satu sama lain. ”Justru dengan kondisi itu, dengan semangat kebinekaan, mereka bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan,” kata Budi.
Sebelumnya, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, Jumat (26/7), di Jakarta, meminta perguruan tinggi melalui lembaga rektor untuk rutin mengawasi penggunaan media sosial oleh mahasiswa, dosen, dan staf. Ini untuk mencegah penyebaran paham radikal (Kompas, 27/7/2019).
”Salah satu materi yang diberikan kampus di PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru), selain kehidupan akademik dan pedoman antiplagiasi, juga nasionalisme. Mahasiswa harus diberi tahu mengenai etika pemakaian media sosial secara positif,” kata Nasir.
Profesional
Budi mengemukakan, pada sistem pembelajaran mahasiswa, terus didorong segala hal terkait Revolusi Industri 4.0, dalam rangka mengikuti perkembangan zaman. Hal itu juga pada sistem informasi akademik, termasuk pengelolaan data sivitas akademika di Undip.
Kendati demikian, hal tersebut dilakukan tanpa melupakan sisi humanis dalam pembelajaran sehingga mahasiswa diharapkan nyaman saat mengikuti kuliah. ”Juga akan diperkenalkan jenjang karier yang akan mereka lalui. Kami arahkan mereka menjadi pengusaha atau pekerja profesional,” ujar Budi.