Kekhawatiran terhadap perang dagang Amerika Serikat-China berlanjut. Pasar saham dunia kembali anjlok, sedangkan mata uang China, yuan, turun tajam pada perdagangan awal pekan.
TOKYO, SENIN— Bursa saham di Asia ditutup anjlok pada perdagangan awal pekan, Senin (5/8/2019), diikuti penurunan pada bursa saham Eropa dan Amerika Serikat. Kekhawatiran investor dan pelaku pasar pada perang dagang AS-China berlanjut setelah Beijing diduga mengambil langkah dengan sengaja melemahkan mata uang yuan sebagai salah satu siasat perlawanan pada kebijakan Washington di bawah kendali Presiden Donald Trump.
Seperti biasa, Trump mengeluarkan pernyataan melalui media sosial Twitter. Pada Senin pagi, ia mengkritik langkah Beijing yang—menurut dia— telah memanipulasi mata uangnya. ”China melemahkan harga mata uangnya ke level yang hampir paling lemah sepanjang sejarah. Ini namanya ’manipulasi nilai tukar’. Apakah Anda mendengarkan Federal Reserve (bank sentral AS)? Ini adalah pelanggaran besar yang hanya akan semakin melemahkan posisi China,” kata Trump.
Chris Krueger dari lembaga keuangan Cowen Inc, sebagaimana dikutip Bloomberg, menyatakan, perlawanan Beijing terhadap Washington bakal mati-matian. Ia mengibaratkan, dalam skala 1-10, perlawanan Beijing akan mencapai skala 11. Ia mengingatkan efek politik yang bisa saja terjadi dari langkah-langkah Beijing itu.
Saham-saham utama Eropa menukik sekitar 2 persen pada awal perdagangan, menyusul penurunan besar di Asia ketika indeks saham Hong Kong, Hang Seng, jatuh hampir 3 persen karena tekanan aksi protes pro- demokrasi yang sedang berlangsung. Indeks saham Shanghai Composite melemah 1,61 persen, Nikkei 225 turun 1,74 persen, dan Indeks Kospi Korea Selatan anjlok 2,56 persen.
”Pasar ekuitas Eropa telah diguncang oleh meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China,” kata analis IG, David Madden. ”Ada perasaan bahwa China dapat menimbulkan lebih banyak rasa sakit kepada AS dalam perang dagang, dan banyak investor khawatir konflik ekonomi akan bergemuruh untuk beberapa waktu.”
Trump menutup pekan lalu dengan pengumuman berupa penerapan tarif baru. Itu artinya, hampir seluruh barang impor dari China senilai 660 miliar dollar AS bakal dikenai tarif per 1 September ketika memasuki pasar AS.
Bursa saham Wall Street pun langsung merosot ke level terendah sejak Juni. Indeks S&P500 dan Nasdaq mencatat kerugian mingguan terbesar pada 2019 di akhir perdagangan pekan lalu. Tekanan itu berlanjut pada awal pekan. Indeks Dow Jones melemah hampir 2 persen, sementara Nasdaq ambles hingga 2,40 persen.
Di Wall Street tekanan terlihat menghujam saham-saham yang terkait perang dagang AS- China secara langsung ataupun tidak langsung. Harga saham perusahaan-perusahaan semikonduktor yang berhubungan langsung, misalnya, langsung turun di awal perdagangan. Saham perbankan juga turun karena investor khawatir pada kinerja sektor itu, sektor yang sensitif dengan suku bunga.
Terendah sejak 2008
Pada awal pekan ini dollar AS melonjak penguatannya terhadap nilai tukar yuan. Di AS yuan diperdagangkan di level 7,05 per dollar AS. Posisi itu adalah level terendah yuan sejak tahun 2008, atau sejak beberapa saat sebelum krisis keuangan teraktual terjadi. Di luar AS, bahkan nilai tukar yuan berada di level 7,11 per dollar AS.
”Fakta bahwa bank sentral China membiarkan yuan jatuh melalui level 7,0 terhadap dollar AS tanpa sebuah campur tangan adalah indikasi yang jelas bahwa Beijing semata mementingkan bisnis,” kata Madden. ”Pelemahan mata uang China itu bisa saja untuk membantu eksportir domestik, tetapi sekaligus ditafsirkan sebagai upaya menekan pemerintahan Trump.”