Keinginan Mbah Moen ke Tanah Suci dan Wafat Hari Selasa
›
Keinginan Mbah Moen ke Tanah...
Iklan
Keinginan Mbah Moen ke Tanah Suci dan Wafat Hari Selasa
Sebelum wafat, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen sempat mengutarakan sejumlah keinginannya kepada keluarga untuk menunaikan ibadah haji dan meninggal dunia pada hari Selasa.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sebelum wafat, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen sempat mengutarakan sejumlah keinginannya kepada keluarga untuk menunaikan ibadah haji dan wafat pada hari Selasa. Dan, pada Selasa (6/8/2019), ulama karismatik tersebut dipanggil Sang Pencipta di Tanah Suci, Mekkah, Arab Saudi.
”Ini hari sangat menyusahkan, menyesakkan. Tadi pagi, pukul 08.00, setelah mengaji tafsir kitab-kitab, saya mendapat telepon dari utusan Panglima (TNI) bahwa Mbah Moein wafat. Setelah saya cek ke Istana Kepresidenan dan kantor kedutaan, ternyata informasi itu benar,” ujar KH Musthofa Aqil Siroj, menantu Mbah Moen, di Pondok Pesantren KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat.
Malam itu, lebih dari 4.000 santri mengikuti shalat ghaib dan tahlil akbar atas wafatnya Mbah Moein di Masjid Al-Jadied, Ponpes KHAS Kempek. Turut hadir Kepala Polres Cirebon Ajun Komisaris Besar Suhermanto.
Kepergian Mbah Moein di usia 90 tahun membuat keluarga kehilangan besar sosok ayah, kakek, bahkan guru yang juga ulama besar.
Menurut KH Musthofa, kepergian Mbah Moein di usia 90 tahun membuat keluarga kehilangan besar sosok ayah, kakek, bahkan guru yang juga ulama besar. Mbah Moen dinilai sebagai sosok yang menguasai beragam ilmu, mulai dari fikih, tafsir, tasawuf, hingga politik.
Akan tetapi, menurut KH Musthofa, wafatnya Mbah Moen merupakan jalan Allah SWT. Mbah Moen bahkan pernah bercerita kalau bapaknya, kakeknya, dan buyutnya wafat pada hari Selasa.
”Hari Selasa itu wafatnya alim ulama. Saya juga ingin meninggal di hari Selasa,” kata KH Musthofa menirukan ucapan Mbah Moen.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, itu, lanjut KH Musthofa, kerap bercerita bahwa orang yang baik itu kerap dikebumikan di Mekkah. Nama besar, mulai dari Syekh Nawai Al-Bantani hingga istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah, juga dimakamkan di Mekkah.
”Mbah Moen juga sering membaca manakib (kisah) Siti Khadijah. Hampir seminggu sekali. Sekarang, beliau dimakamkan di sekitar makam Siti Khadijah,” tutur Ketua Umum Majelis Dzikir Hubbul Wathon tersebut.
Hj Shobihah Maimoen, anak ketiga Mbah Moen sekaligus istri KH Musthofa, mengutarakan, setiap tahun, Mbah Moen mendapatkan undangan prioritas dari Arab Saudi untuk berangkat haji. ”Biasanya, Abah (Mbah Moen) tidak ada rencana ke Tanah Suci. Namun, kali ini, abah ingin ke sana. Perginya juga ongkos sendiri meskipun banyak yang menawarkan membiayai perjalanan beliau,” ucapnya.
Bagi keluarga, keinginan Mbah Moen sebelum wafat telah terwujud. ”Mbah Moein dirindukan Allah SWT. Dan, dipilih untuk bertemu di Tanah Suci,” ujar KH Musthofa.