Dinamis atau Oportunistis?
Saya prihatin menyimak permainan kata yang sama sekali tak mencerminkan kejujuran dan keluhuran seorang negarawan: beda pandangan yang semula dipertunjukkan sebagai hitam putih berujung pada abu-abu tanpa kejelasan. Enteng saja tokoh ini menyebutkan bahwa perubahan sikap adalah dinamika politik.
Sikap seperti itu bukan dinamis berkonotasi positif, melainkan oportunistis si pelaku belaka. Seorang oportunis selalu cari untung dalam situasi apa saja, tak teguh mempertahankan suatu keyakinan, tak etis dalam mencapai tujuan, serta rudin loyalitas dan integritas.
Untuk menilai seseorang apakah oportunistis: telusuri rekam jejaknya! Karakter seseorang yang sudah dewasa tak dapat berubah sekejap. Perilakunya dapat diamati dan dicatat untuk mengecek apakah dia berintegritas atau tidak.
Pemerintah menggunakan kata rekonsiliasi; upaya perdamaian tak harus diwarnai dengan kesepakatan transaksional. Sekiranya ini yang terjadi, maka sampai kapan pun pemberantasan korupsi tidak akan terlaksana.
J Kristiadi dalam Kompas (4/7/2019) mengemukakan bahwa rekonsiliasi dikhawatirkan terjebak pada perangkap bagi-bagi kekuasaan, khususnya dalam jatah kursi kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Yang mendasar, yaitu pembentukan akhlak luhur yang notabene memerlukan waktu panjang, tak akan pernah terwujud.
Periode kepemimpinan kedua bagi Jokowi merupakan saat krusial untuk menunjukkan kepemimpinan yang tegas, jujur, konsisten, dan berpihak kepada kepentingan rakyat banyak. Seperti kata Syamsuddin Haris dalam Opini (11/6/2019), dia harus memiliki nyali politik yang kuat.
Revolusi mental yang disampaikan Jokowi akan berdampak luas bila panutan mampu menunjukkan hal tersebut secara ajek. J Kristiadi mengemukakan bahwa tantangannya bukan sekadar mewujudkan generasi muda yang melek teknologi, melainkan juga paham ideologi.
Perbedaan pendapat dalam demokrasi wajar. Check and balance sangat diperlukan. Kompetensi pihak-pihak yang berbeda pendapat haruslah setara. Win-win solution bukan soal kalah atau menang, melainkan kesepakatan menerima solusi kompromi tanpa meninggalkan sasaran tujuan. Inilah dinamika politik yang hakiki.
Hadisudjono Sastrosatomo Jalan Pariaman No 1, Setiabudi, Jakarta Selatan