JAKARTA, KOMPAS - Dari 16 petenis yang lolos ke babak utama dengan peringkat dunia pada turnamen tenis internasional Combiphar Tenis Terbuka 2019, tidak ada satupun nama petenis Indonesia. David Agung Susanto dan kawan-kawan, yang melaju ke babak utama dengan kuota tuan rumah, tertantang menghadapi lawan berperingkat lebih tinggi.
Turnamen ini berlangsung di Jakarta, 5-25 Agustus 2019, diikuti 32 petenis dari 20 negara, antara lain Australia, China, India, Afrika Selatan, dan Taiwan. Indonesia mengirimkan empat petenis dengan fasilitas wild card, yaitu David Agung, Justin Barki, Rifki Fitriadi, dan Odeda Muhammad Arazza.
Daftar unggulan pemain disusun berdasarkan peringkat dunia ATP. Apabila belum punya peringkat ATP, digunakan peringkat ITF dengan level turnamen lebih rendah. Pemain China, Zihao Xia menjadi unggulan pertama dengan peringkat tunggal ATP 358 (peringkat ITF 791). Unggulan kedua dan ketiga berasal dari Taiwan, Chien Hsun Lo (ATP 526) dan Kuan-Yi Lee (581). David Agung mempunyai peringkat ATP 1.097 dan ITF 780. David harus tampil ke babak utama memakai kuota tuan rumah karena peringkatnya tak termasuk dalam 16 besar pada turnamen.
David menuturkan, kehadiran lawan dengan peringkat yang lebih baik memacu dia untuk tampil lebih baik. ”Berhadapan dengan pemain yang lebih bagus, terus terang membuat saya ingin bermain seperti mereka. Kehadiran mereka menguntungkan saya untu meningkatkan kemampuan,” katanya.
Turnamen berhadiah total 45.000 dollar Amerika Serikat (sekitar Rp 630 juta) ini akan dimanfaatkan David untuk mengasah kemampuan menjelang Piala Davis Grup II Zona Asia/Oseania dan SEA Games 2019. Oleh karena itu, hasil turnamen akan dipakai untuk mengavaluasi permainannya.
Pada turnamen ini, David akan tampil pada nomor tunggal dan ganda berpasangan dengan Jonathan Gray dari Inggris. David memasang target lolos ke babak perempat final tunggal putra. Di nomor ganda, dia memasang target bisa menembus babak final.
Minim
Ketua Umum PP Pelti Rildo Ananda Anwar mengatakan, minimnya peringkat dunia memaksa Indonesia mengandalkan kuota tuan rumah untuk lolos ke babak utama. ”Dengan turnamen ini kami memberi kesempatan atlet meningkatkan peringkat. Kami juga ingin ada evaluasi permainan di lapangan,” kata Rildo, di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Rildo mengatakan, kehadiran pemain dari negara lain dengan peringkat dunia yang lebih baik merupakan kesempatan agar petenis Indonesia bisa mengasah mental, serta mempertajam teknik dan fisik dalam pertandingan. “Kualitas pemain itu diukur dalam pertandingan. Semakin sering mereka menjalani pertandingan, kualitas permainan mereka diharap semakin bagus,” ujarnya.
Wakil Sekjen PP Pelti sekaligus Direktur Turnamen Susan Soebakti mengatakan, berdasarkan aturan ITF yang baru, jumlah petenis yang lolos ke babak utama berkurang dari 64 menjadi 32 orang. Hal ini membuat persaingan petenis dalam turnamen meningkat. “Kalau biasanya hanya ada 10-12 negara yang ikut turnamen, sekarang jumlahnya meningkat jadi 20 negara,” kata dia.
India dan Australia mengirimkan masing-masing tujuh petenis. Taiwan diwakili empat petenis. Negara lain, seperti Afrika Selatan, Selandia Baru, Malaysia, dan Hongkong, Zimbabwe mengirimkan seorang pemain.