Pemprov NTB Undang Peneliti Ungkap Jejak Gunung Samalas
›
Pemprov NTB Undang Peneliti...
Iklan
Pemprov NTB Undang Peneliti Ungkap Jejak Gunung Samalas
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengundang peneliti untuk melakukan ekskavasi guna mengungkap jejak tinggalan arkeologi di areal Dusun Tanak Bengan, Desa Tanak Beak, Kecamatan Batu Kliang Utara. Lokasi itu diduga tempat terkuburnya satu desa akibat letusan dahsyat Gunung Samalas (Rinjani Tua) pada 1257.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengundang peneliti untuk melakukan ekskavasi guna mengungkap jejak tinggalan arkeologi di areal Dusun Tanak Bengan, Desa Tanak Beak, Kecamatan Batu Kliang Utara. Lokasi itu diduga tempat terkuburnya satu desa akibat letusan dahsyat Gunung Samalas (Rinjani Tua) pada 1257. Areal itu akan dijadikan sebagai geowisata, wisata sejarah, edukasi, dan riset.
”Pemprov NTB mengundang peneliti untuk meneliti lokasi yang diduga tempat terkuburnya satu kampung saat Gunung Samalas meletus. Kami sedang buat usulan ke Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan minta bantuan ke Badan Geologi,” ujar Sekretaris Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTB Zainal Abidin, Rabu (7/8/2019), di Mataram.
Surat diajukan kepada Gubernur NTB, juga alokasi dana Rp 100 juta karena merupakan ekskavasi awal. Surat permohonan ke Arkenas. Usulan dana diharapkan segera disetujui agar ekskavasi segera dilakukan tahun. Apalagi, riset pendahuluan juga sudah dilakukan, yang mengindikasikan adanya tinggalan arkeologi akibat letusan dahsyat Gunung Samalas di dusun itu.
Lokasi ini dipenuhi pasir yang digali oleh petambang. Di kedalaman sekitar 15 meter, ditemukan tanah asli Kerajaan Pamatan. Pasir yang ditambang masyarakat itu adalah pasir yang menutup kampung dan kerajaan hebat ini.
Keinginan agar areal tersebut diekskavasi setelah Gubernur NTB Zulkieflimansyah meninjau lokasi itu pada Selasa, 6 Agustus. ”Lokasi ini dipenuhi pasir yang digali oleh petambang. Di kedalaman sekitar 15 meter, ditemukan tanah asli Kerajaan Pamatan. Pasir yang ditambang masyarakat itu adalah pasir yang menutup kampung dan kerajaan hebat ini,” ujarnya.
Kampung bersejarah tersebut meninggalkan banyak artefak bersejarah dan peninggalan lain yang akan menguak banyak cerita kelampauan Pulau Lombok. Untuk itu, akan dimanfaatkan sebagai tempat riset, kemudian mengeksplorasi aspek geologi, sejarah, dan potensi obyek wisata.
Upaya mewujudkan fungsi-fungsi areal tersebut didahului survei yang dilakukan tim Badan Geologi Bandung, Balai Arkeologi Bali, Balai Arkeologi Jawa Barat, dan Museum Geologi Bandung pada Juni 2018.
”Ada banyak yang kami temukan, seperti fosil gigi, alat masak, gerabah, dan peralatan rumah tangga, yang tertimbun letusan dahsyat Gunung Samalas,” ujar Heryadi Rachmat dari Museum Geologi Bandung, yang bersama Gubernur NTB meninjau lokasi itu.
Zulkieflimansyah menginginkan potensi alam di Dusun Tangan Bengan dalam waktu dekat membenahi infrastruktur jalan menuju lokasi, dilanjutkan dengan penggalian lebih untuk mengetahui sisa-sisa peninggalan sejarah di lokasi itu.
Ada banyak yang kami temukan, seperti fosil gigi, alat masak, gerabah, dan peralatan rumah tangga yang tertimbun letusan dahsyat Gunung Samalas.
Gunung Samalas disebut oleh Frank Lavigne dari Departemen Geografi Universitas Paris 1 Pantheon, Sorbonne, Perancis, yang diambil dalam naskah lontar Babad Lombok.
Lavigne bersama 15 ahli gunung api—tiga orang dari Indonesia—melakukan penelitian, yang hasilnya diketahui bahwa dampak letusan Samalas seperti perubahan cuaca, banjir, cuaca dingin, dan hujan tanpa henti di Eropa (Tempo, 17/11/2013), bahkan lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan Gunung Tambora pada April 1815.
Temuan
Hasil survei April 2018, ditemukan pecahan keramik dari abad IX-X serta batu gandik tanpa batu pipisan sebagai ”pasangan-”nya. Alat rumah yang berfungsi untuk menghaluskan bumbu masak dan bahan masakan lainnya itu masih tertanam di dalam tanah di lokasi tersebut.
Temuan itu, ujar I Gusti Made Suarbhawa, Ketua Tim Balai Arkeologi Bali, menggambarkan adanya peradaban yang cukup maju, seperti pecahan keramik zaman Dinasti Tang (abad ke-10), juga kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sebelum Samalas meletus, memiliki hubungan komunikasi dengan dunia luar.
Lokasi terkuburnya letusan Samalas ini di hamparan tanah sekitar 2 hektar yang dijadikan penambangan pasir/tanah uruk. Di situ terdapat singkapan piroklastik setinggi lebih dari 10 meter. Endapan piroklastik tersebut menunjukkan urutan peristiwa letusan Samalas dari awal sampai akhir.
Di bawah endapan piroklastik ditemukan lapisan budaya masa lalu yang diindikasikan oleh sebaran temuan tembikar, keramik, fragmen tulang binatang, dan fragmen logam yang diduga berkaitan dengan nama Pamatan pada masa lalu.