Mitigasi Bencana di Sekitar Tangkuban Parahu Tetap Dijaga
›
Mitigasi Bencana di Sekitar...
Iklan
Mitigasi Bencana di Sekitar Tangkuban Parahu Tetap Dijaga
Sekolah-sekolah di sekitar Gunung Tangkuban Parahu tetap siaga menghadapi peningkatan aktivitas vulkanik yang kini tengah terjadi. Penerapan mitigasi bencana sudah dilakukan lewat pelatihan serta penentuan titik kumpul aman agar anak-anak tetap tenang jika terjadi bencana.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS — Sekolah-sekolah di sekitar Gunung Tangkuban Parahu tetap siaga menghadapi peningkatan aktivitas vulkanik yang kini tengah terjadi. Penerapan mitigasi bencana sudah dilakukan lewat pelatihan serta penentuan titik kumpul aman agar anak-anak tetap tenang jika terjadi bencana.
Salah satu kesiapsiagaan mandiri itu dilakukan Sekolah Dasar Negeri Tunas Karya di Kecamatan Parongpong, Bandung Barat, Jawa Barat. Sekolah ini berjarak sekitar 4 kilometer barat daya Tangkuban Parahu. Di sekolah ini simulasi bencana gunung api sudah dilakukan pada Sabtu (3/8/2019) atau sehari setelah naiknya status gunung dari Aktif Normal ke Waspada.
Memey (38), guru kelas I SDN Tunas Karya, mengatakan, simulasi berjalan dengan baik dan para siswa mendapatkan ilmu baru tentang mitigasi bencana. ”Anak-anak sudah tahu. Tidak hanya meninggalkan daerah bahaya gunung api, tetapi juga jika terjadi gempa bumi. Kalau terjadi gempa, harus melindungi kepala dan berjalan teratur. Dengan simulasi itu, kami berharap anak-anak bisa dievakuasi dengan tenang jika terjadi bencana,” ujarnya.
Hal serupa dilakukan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda di Lembang, Bandung Barat. Koordinator pengarah simulasi bencana MTs Nurul Huda, Firman Yoga (29), mengatakan, simulasi sangat membantu siswa agar bisa lebih sigap menghadapi bencana. Firman menjelaskan, simulasi di sekolah yang berada lebih kurang 4 kilometer sebelah selatan Tangkuban Parahu juga telah dilaksanakan pada Sabtu (3/8/2019), pukul 09.00-12.00.
Simulasi pertama, ujarnya, dilaksanakan tanpa ada pemberitahuan sehingga waktu untuk mencapai titik kumpul membutuhkan waktu hingga lebih dari 7 menit. Namun, setelah mendapatkan arahan, pada simulasi kedua, waktu yang dibutuhkan untuk proses evakuasi tidak mencapai 5 menit.
”Kami memang sengaja mengadakan dua simulasi untuk membandingkan kesiapan para siswa. Ternyata memang terlihat bedanya. Jadi, kami melihat siswa memang perlu simulasi bencana,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu, aktivitas vulkanik gunung cenderung menurun pada Rabu. Amplitudo tremor ada pada bentang dominan 25 milimeter. Tremor ini lebih kecil jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya, 50 mm.
Kolom abu tertinggi pada Rabu tercatat 90 meter dari dasar kawah. Sehari sebelumnya, kolom abu mencapai 100 m. Namun, uap putih hasil erupsi masih membubung hingga lebih dari 200 m dan terlihat dari permukiman penduduk selama beberapa kali.
Tinggi kolom abu juga terpantau lebih rendah dari sebelumnya. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu, Asep Saefuloh, menuturkan, kolom abu tertinggi pada Rabu tercatat 90 meter dari dasar kawah. Sehari sebelumnya, kolom abu mencapai 100 m. Namun, uap putih hasil erupsi masih membubung hingga lebih dari 200 m dan terlihat dari permukiman penduduk selama beberapa kali.
”Abu vulkanik tidak terlontar jauh dari dasar karena tingginya tidak mencapai bibir kawah. Namun, sebagian kecil masih mencapai lahan parkir. Bahkan, kamera pengawas pun terkena debu sehingga petugas harus membersihkannya beberapa kali. Status hari ini masih Waspada,” tuturnya.