Indeks Harga Saham Gabungan melanjutkan pelemahan, Selasa (6/8/2019), seiring bursa saham sejumlah negara di Asia. Sentimen global menjadi penyebab utama pelemahan itu.
IHSG ditutup melemah 0,911 persen ke posisi 6.119,471 pada perdagangan Selasa. Sejak awal tahun ini, IHSG melemah 1,21 persen.
Kemarin, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 2,074 triliun. Meski demikian, sejak awal tahun, investor asing masih mencatatkan beli bersih Rp 64,831 triliun.
Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan, menjelaskan, pelemahan IHSG secara beruntun dimulai sejak tekanan perang dagang Amerika Serikat-China yang meningkat. Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan 10 persen terhadap impor barang asal China senilai 300 miliar dollar AS mulai 1 September 2019. Menurut Trump, tarif itu merupakan tindakan jangka pendek yang besarannya bisa dinaikkan secara bertahap hingga 25 persen.
Dennies menambahkan, sentimen dalam negeri adalah kekhawatiran target pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,2 persen yang sulit tercapai.
Pada perdagangan Selasa, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,65 persen ke level 20.585,31. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,67 persen ke level 25.976,24. Indeks Straits Times Singapura juga terkena sentimen global sehingga turun 0,75 persen ke 3.174,47.
Meski demikian, ekonom Bahana, Putera Satria Sambijantoro meyakini, data Neraca Pembayaran Indonesia yang akan dirilis Bank Indonesia pada Jumat (9/8) akan menjadi faktor positif bagi IHSG. Data tersebut juga menampilkan transaksi berjalan Indonesia.
Pada triwulan I-2019, transaksi berjalan defisit 6,966 miliar dollar AS.
Sementara, analis PT Panin Sekuritas Tbk, William Hartanto, menyampaikan, pergerakan investor asing merupakan indikasi bagi pelaku pasar lainnya. Akibatnya, IHSG goyah ketika investor asing memutuskan keluar dari pasar saham RI.
”Porsi kepemilikan investor asing sudah semakin sedikit dan mereka sudah tidak memegang kendali di pasar. Namun, yang selalu terjadi, investor asing melakukan aksi jual lalu disusul investor domestik,” ujarnya.
William menambahkan, memasuki triwulan III setiap tahunnya, investor di pasar modal kerap meninggalkan bursa saham Indonesia untuk mengambil untung atas kenaikan indeks saham yang terjadi pada paruh awal tahun berjalan. Jika stabilitas ekonomi dan politik di Tanah Air terjaga, maka investor asing akan kembali di bulan September. (DIM)