10 Hektar Tanaman Kentang Dieng Rusak akibat Embun Es
›
10 Hektar Tanaman Kentang...
Iklan
10 Hektar Tanaman Kentang Dieng Rusak akibat Embun Es
Suhu udara dalam tiga hari terakhir di Dataran Tinggi Dieng mencapai minus 11 derajat celsius. Suhu ini menyebabkan embun di permukaan tanah membeku.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Sebanyak 10 hektar tanaman kentang milik petani di Dataran Tinggi Dieng rusak akibat dilanda embun es atau biasa disebut embun upas. Suhu ekstrim dalam tiga hari terakhir yang mencapai minus 11 derajat celsius menyebabkan embun di permukaan tanah membeku.
”Kerusakan spot-spot. Dalam satu petak ada yang di sebelah ujungnya saja yang rusak. Totalnya ada sekitar 10 hektar yang rusak karena embun es,” kata Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Agus Rivai, saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (7/8/2019).
Kerusakan spot-spot. Dalam satu petak ada yang di sebelah ujungnya saja yang rusak. Totalnya ada sekitar 10 hektar yang rusak karena embun es.
Agus mengatakan, dari total 10 hektar tanaman kentang yang rusak itu ada yang berusia lebih dari 50 hari dan ada yang kurang dari 50 hari. ”Untuk tanaman yang terkena embun es dengan usia kurang dari 50 hari, kerusakannya adalah kering hingga ke akar. Kalau tanaman di atas 50 hari, kerusakan ada di ujung daunnya,” tuturnya.
Menurut Agus, total tanaman kentang di Dieng mencapai 100 hektar dengan jumlah petani mencapai 1.200 orang. Adapun dari 10 hektar tanaman kentang yang rusak, kerugiannya diperkirakan mencapai Rp 70 juta. Petani diimbau tidak menanam kentang pada suhu ekstrem kali ini.
”Namun, biasanya petani merasa sayang melihat lahannya tidak ditanami kentang. Padahal, harga kentang sekarang sedang tinggi, mencapai Rp 13.000 per kilogram,” ujar Agus.
Umar, salah satu petani kentang di Desa Dieng Kulon, mengatakan, sejak April dirinya belum berani menanam kentang karena takut tanamannya mati dan merugi lagi. ”Tanaman kentang saya seluas 2,5 hektar rusak dan hangus (menghitam layu) karena embun upas, April lalu. Ruginya sampai Rp 20 juta untuk bibit, pupuk, dan tenaga kerja. Sekarang lahan masih menganggur belum ditanami,” papar Umar.
Untuk mencukupi kebutuhan hariannya, Umar berjualan makanan dan minuman ringan di warung kompleks wisata di sekitar Candi Arjuna. ”Saya juga membantu orangtua menggarap lahan kentang di atas gunung yang tidak terkena embun upas,” katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wisata Dieng Aryadi Darwanto menyampaikan, berdasarkan pengukuran suhu di permukaan tanah menggunakan termometer pada Senin lalu, suhunya mencapai minus 10,5 derajat celsius dan Selasa mencapai minus 11 derajat celsius dengan margin of error plus minus 1,6.
”Pada hari Senin dan Selasa, embun es ada di radius sekitar 1 kilometer dari kompleks Candi Arjuna. Es tampak di mobil-mobil yang diparkir di tepi jalan dan di meja-meja warung milik pedagang. Namun, hari ini, suhu minus 1-2 derajat, ada embun es, tetapi tipis,” papar Aryadi.
Menurut Aryadi, suhu normal di Dieng pada pukul 06.00 pagi berkisar 6 sampai 7 derajat celsius, tetapi dalam tiga hari terakhir kondisinya sampai minus. ”Tadi pagi ada angin besar sehingga embun es cepat hilang. Embun es hari ini hanya berada di sekitar radius 100 meter dari kompleks candi,” tuturnya.
Aryadi mengatakan, meskipun embun es cukup tebal dalam 3 hari terakhir, jumlah wisatawan tidak melonjak signifikan karena memang sudah memasuki masa sekolah. ”Dalam masa sekolah, setiap hari jumlah kunjungan bisa sampai 1.000 orang, tetapi hari-hari ini hanya puluhan wisatawan. Ada juga wisatawan dari Jakarta dan Bandung yang sengaja datang ke Dieng untuk melihat embun es,” katanya. Aryadi mengimbau wisatawan yang hendak datang ke Dieng diminta untuk membawa baju hangat ekstra untuk mengantisipasi suhu dingin.