PALANGKARAYA, KOMPAS Kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, masuk kategori berbahaya. Indikator pengukur kualitas udara partikulat (PM10) menunjukkan angka 459-500 mikrogram per meter kubik atau sekitar 4 kali di atas ambang batas toleransi.
Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran mengeluarkan surat edaran terkait antisipasi dampak karhutla. Ia mengimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah atau gedung.
Kepala Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalteng Tarmidji mengatakan, dua hari terakhir, alat penunjuk Indeks Standar Pencemaran Udara di Palangkaraya menunjukkan kategori berbahaya. ”Memang beberapa waktu lalu alat itu rusak, tetapi sudah normal,” katanya di Palangkaraya, Selasa (6/8/2019).
Selasa sore, beberapa pegawai DLH Kalteng membagikan masker gratis untuk pengguna jalan di sekitar Jalan RTA Milono. Banyak lembaga dan organisasi melakukan hal serupa. Kebakaran di Kalteng terjadi hampir dua bulan lamanya. Kebakaran terus meluas. Dalam lima hari pada Agustus ini, kebakaran melahap 533,06 hektar lahan.
Di Jambi, Wakil Ketua Tim Pembekalan Karhutla Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Edison Simanjuntak menilai Jambi lambat menetapkan status Siaga Darurat Bencana Karhutla. Padahal, peringatan ancaman kabut asap sudah disampaikan BMKG. Provinsi Jambi paling terakhir (menetapkan status Siaga Darurat). ”Saya tidak tahu kenapa. Persoalan apa yang membuat Jambi lambat,” katanya.
Mestinya, lanjut Edison, sebelum memasuki kering kemarau, setiap provinsi rawan karhutla sudah harus menetapkan status siaga darurat. Dengan demikian, pasukan pencegahan dapat bergerak cepat.
Di Palembang, Sumatera Selatan, kebakaran mulai mengganggu pengendara di jalur lintas timur Sumatera dan ruas Tol Palembang-Indralaya. Akibat kebakaran, sekitar 100 hektar lahan di sisi kanan dan kiri ruas tol hangus terbakar. Di beberapa titik, jarak pandang kurang dari 50 meter karena pekatnya asap. Angin yang bertiup kencang membuat kobaran api semakin besar.
Imbauan Presiden
Di Jakarta, Presiden Joko Widodo memberi pengarahan kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2019 di Istana Negara, kemarin. Tahun 2015, kata Presiden, kebakaran selalu terjadi di hampir semua provinsi. Luas lahan terbakar 2,6 juta ha dengan kerugian hingga Rp 221 triliun.
Tahun ini, titik panas turun 81 persen dibandingkan 2015. Namun, jika dibandingkan tahun 2018, titik panas musim kemarau tahun ini kembali naik. ”Yang paling penting pencegahan,” kata Presiden Jokowi. Presiden mengingatkan lagi sanksi copot jabatan bagi aparat yang gagal menangani karhutla. (DO/ITA/RAM/NTA)