PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akan mengevaluasi gardu induk di Jawa bagian barat yang tidak bekerja sebagaimana mestinya saat pemadaman listrik massal Minggu (4/8/2019)
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akan mengevaluasi gardu induk di Jawa bagian barat yang tidak bekerja sebagaimana mestinya saat pemadaman listrik massal Minggu (4/8/2019). Kejadian itu diklaim gagal diproteksi mode operasi pulau yang ada pada sistem transmisi listrik.
Operasi pulau (island operation) adalah mode pembangkitan listrik yang bisa dilakukan terpisah dari sistem dan beroperasi dengan beban di sekitarnya.
General Manager PLN Distribusi Jakarta Ikhsan Asaad mengatakan, mode tersebut selayaknya bekerja di masing-masing subsistem transmisi yang terhubung ke pembangkit. Ketika terjadi gangguan, sistem itu idealnya melepaskan diri.
Namun, mekanisme itu tidak terjadi pada kejadian kemarin. Tidak ada satu pun dari 19 gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) di Jawa bagian barat yang beroperasi.
”Makanya kami sedang melakukan asesmen kenapa mode operasi pulau itu tidak bekerja,” ujarnya saat ditemui di kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Senayan, Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Ikhsan menambahkan, sistem proteksi tersebut pernah bekerja ketika ada gangguan listrik di sebagian wilayah Jakarta pada 2017. Pemadaman listrik cepat ditangani dalam waktu 30 menit karena pasokan listrik bisa dipulihkan dari sejumlah GITET dan pembangkit di sekitar Jakarta.
Pemadaman listrik yang terjadi di sebagian wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, pekan lalu, disebabkan arus pendek akibat pohon sengon yang tumbang. Kejadian itu membuat dua sirkuit di Ungaran-Pemalang berkapasitas 1.300 megawatt (MW) terputus. Sirkuit itu mengalirkan listrik dari timur ke barat Pulau Jawa.
Hal itu membuat listrik hanya dialirkan ke satu sirkuit di selatan Jawa yang hanya berkapasitas maksimal 2.000 MW. Sementara satu sirkuit lainnya sedang dalam proses pemeliharaan.
Sirkuit itu kemudian secara otomatis memproteksi diri dengan memutus aliran listrik saat kelebihan daya. Meski beban listrik sempat dikurangi, semua pembangkit di sisi tengah dan barat Jawa mengalami gangguan (trip).
Manajer Program Transformasi Energi Institute for Essential Services Reform (IESR) Jannata Giwangkara mengemukakan, kegagalan dalam pembangkit tersebut harus diaudit lebih jauh. PLN setidaknya mampu menghitung probabilitas atau kemungkinan terjadinya kegagalan pada jaringan transmisi.
Sistem kelistrikan PLN harus dievaluasi menyeluruh. Selama ini PLN menganut prinsip listrik tetap menyala jika ada satu jaringan yang putus.
”Dengan prinsip itu, PLN cukup yakin bisa melakukan pemeliharaan. Ternyata pada Minggu lalu, dua jaringan putus sehingga terjadi pemadaman,” ujarnya.
Direktur PLN Regional Jawa Bagian Barat Haryanto WS mengemukakan, proses investigasi terus berjalan dan diupayakan cepat selesai. Investigasi ini akan dilakukan secara komprehensif dan mendalam.
”Investigasi itu ada yang dilakukan jangka pendek dan menengah. Tim kami sedang menginventarisasi, dalam waktu dekat akan tahu gambarannya,” ujarnya.
Sementara itu, PLN juga membuka kesempatan lembaga lain ikut menginvestigasi penyebab listrik padam. Lembaga seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga Kepolisian RI dikabarkan telah mulai melakukaninvestigasi.
PLN juga membuka kesempatan lembaga lain ikut menginvestigasi penyebab listrik padam.
”Mau dari lembaga pemerintah atau independen kami tidak masalah. Jalan saja sendiri-sendiri sesuai kebutuhan masing-masing,” kata Haryanto.