Bursa saham di Asia bergerak menanjak pada awal perdagangan, Jumat (9/8/2019), seiring menghijaunya bursa saham Wall Street, semalam waktu Indonesia.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Bursa saham di Asia bergerak menanjak pada awal perdagangan, Jumat (9/8/2019), seiring menghijaunya bursa saham Wall Street, semalam waktu Indonesia. Kenaikan ekspor China menjadi sentimen positif dalam jangka pendek sekalipun kekhawatiran lanjutan atas perang dagang dan perang mata uang masih membebani pilihan investor serta pelaku pasar.
Sentimen negatif baru adalah laporan Bloomberg bahwa Washington menunda keputusan tentang lisensi bagi perusahaan Amerika Serikat untuk memulai kembali perdagangan dengan Huawei Technologies. Berita itu pun mendorong saham berjangka AS turun 0,6 persen pada awal perdagangan Asia. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen dan sejauh pekan ini telah tertekan hingga 2,3 persen.
Indeks Nikkei Jepang naik 0,6 persen, sementara saham Australia mendatar dan saham Korea Selatan naik 1,0 persen. Di Wall Street, Indeks S&P 500 mencatat kenaikan persentase harian terbesarnya dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Indeks Dow Jones dan Nasdaq juga naik lebih dari 1 persen.
Namun, laporan Bloomberg terbaru itu telah memperkuat kekhawatiran akan memburuknya hubungan AS-China. Kondisi itu pun diproyeksikan dapat menambah tekanan pada ekonomi global yang sudah rapuh. ”Berita tentang Huawei memicu kenaikan yen,” kata Junichi Ishikawa, ahli strategi valuta asing senior di IG Securities, di Tokyo. ”Ini adalah pengingat bahwa sengketa perdagangan AS-China tetap berisiko dan risiko ini tidak surut.”
Yen menguat 0,4 persen terhadap dollar AS dan diperdagangkan di level 105,70 per dollar AS di tengah kekhawatiran baru yang dipicu oleh laporan Bloomberg itu.
Data AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat karena jumlah warga Amerika Serikat yang mengajukan aplikasi atas tunjangan pengangguran turun secara tak terduga pada pekan lalu. Data itu menghilangkan sejumlah kekhawatiran tentang resesi dan membantu imbal hasil US Treasury naik. Imbal hasil US Treasury 10 tahun ditutup 2,4 basis poin lebih tinggi pada 1,715 persen setelah mencapai 1,595 persen pada Rabu, yang merupakan level terendah sejak Oktober 2016.
Nilai tukar yuan lepas pantai stabil versus dollar AS pada awal perdagangan. Pergerakan yuan diawasi ketat di tengah perkembangan terakhir dalam perang perdagangan yang meningkat dengan cepat antara AS dan China.
”Perang perdagangan AS-China sangat serius. Harapan saya adalah bahwa Amerika Serikat dan China dapat menemukan cukup banyak hal untuk disepakati sehingga mereka dapat menahan dorongan secara dominan. Ironisnya, saat ini tidak banyak alternatif (pilihannya),” kata investor veteran Dan Fuss, wakil direksi pada lembaga Loomis Sayles.
”Saya memperhatikan penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral Asia sebagai tanggapan terhadap lingkungan bisnis yang melemah akibat perang perdagangan. The Fed dipengaruhi oleh hal yang sama dan itu mungkin akan menyebabkan penurunan suku bunga lebih lanjut di sini.”
Bank-bank sentral di Selandia Baru, Thailand, dan India mengejutkan pasar keuangan pada hari Rabu dengan serangkaian penurunan suku bunga dan diperkirakan menyiapkan amunisi pembuat kebijakan yang semakin berkurang untuk melawan peluang penurunan. Pada Kamis, bank sentral Filipina bergabung dengan pilihan untuk memangkas suku bunga sambil tetap membuka pintu untuk pelonggaran lebih lanjut.
Sementara itu, harga minyak melonjak lebih dari 2 persen pada Kamis di tengah ekspektasi bahwa penurunan harga dapat menyebabkan penurunan produksi. Minyak mentah Brent naik 0,4 persen menjadi 57,63 dollar AS per barel, sedangkan minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 0,5 persen menjadi 52,79 dollar AS per barel. (REUTERS)