Presiden Joko Widodo mencanangkan Labuan Bajo jadi ikon pariwisata dunia dengan mempromosikannya sebagai destinasi premium. Akselerasi investasi di bidang pariwisata merupakan kunci untuk mengantar Labuan Bajo ke pasar industri pariwisata internasional.
Kabar pembangunan destinasi wisata Labuan Bajo sangat menggembirakan. Ibu kota Kabupaten Manggarai Barat itu berpotensi mendunia seperti Bali karena pantai, laut, dan wisata Komodo yang eksotis. Dengan ditetapkannya Labuan Bajo sebagai kawasan wisata premium, diharapkan turis dari sejumlah negara membawa devisa sehingga meningkatkan perputaran roda perekonomian daerah.
Para investor yang menanamkan modal di Labuan Bajo juga dengan sendirinya membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak untuk masyarakat lokal Manggarai Barat ataupun Nusa Tenggara Timur.
Pertumbuhan lapangan kerja baru berbasis pariwisata menjadi bukti bahwa bisnis itu di Labuan Bajo sangat prospektif. Selama lima tahun ini ada dua indikator yang mengindikasikan kemajuan industri pariwisata di Labuan Bajo. Pertama, tren pergeseran lapangan usaha dalam struktur pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Manggarai Barat. Kedua, investasi dalam bisnis pariwisata tumbuh signifikan.
Secara umum, karakter ekonomi masyarakat Manggarai Barat masih bersifat agraris. Sebagian besar masyarakat di ujung Barat Pulau Flores ini masih menjadikan bertani dan nelayan sebagai kegiatan utama. Berdasarkan data PDRB, sektor bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan masih dominan dan mencapai proporsi lebih dari 40 persen.
Namun, meski dominan, posisi sektor agraris mulai bergeser dan sensitif terhadap perubahan struktur ekonomi. Hal ini bisa dilihat dari maraknya investasi di bidang pariwisata seiring gencarnya promosi Labuan Bajo sebagai ikon wisata setelah acara Sail Komodo 2013. Pada tahun itu, sumbangan sektor agraris terhadap PDRB masih 44,89 persen atau hampir separuh dari semua lapangan usaha di daerah itu.
Tahun 2017, proporsi sektor agraris 42,12 persen, atau turun 2,77 persen selama empat tahun. Selama empat tahun itu (2013-2017), sektor-sektor ekonomi sekunder dan tersier di Manggarai Barat tumbuh positif meskipun persentasenya sangat kecil.
Sektor-sektor tersebut terkait langsung dengan maraknya bisnis pariwisata di Labuan Bajo dan sekitarnya. Ada empat sektor yang terindikasi paling besar mengalami pertumbuhan sejak 2014, yaitu konstruksi, informasi dan komunikasi, transportasi dan pergudangan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
Sektor konstruksi yang menyumbang distribusi pendapatan 11 persen tercatat mengalami pertumbuhan 0,81 persen selama 2013-2017. Indikasi dari pertumbuhan tersebut yaitu maraknya pembangunan hotel baru dan infrastruktur jalan di Labuan Bajo serta Manggarai Barat. Sektor berikutnya adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi yang mempunyai proporsi 7 persen PDRB Manggarai Barat. Selama empat tahun tersebut, sektor ini tumbuh hingga 0,34 persen.
Lapangan usaha yang ikut memanen pertumbuhan di balik maraknya bisnis pariwisata di Labuan Bajo adalah transportasi dan pergudangan. Akumulasi pertumbuhan dari lapangan usaha ini 0,26 persen. Lapangan usaha penyediaan akomodasi juga tumbuh, 0,12 persen. Penyediaan akomodasi dalam struktur PDRB Kabupaten Manggarai Barat mempunyai proporsi paling kecil karena masih kurang dari 1 persen. Namun, tren pertumbuhan lapangan usaha ini sejak 2014 paling positif, terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan keempat sektor atau lapangan usaha itu berada dalam skala kurang dari 1 persen dengan besaran bervariasi. Akumulasi sektor-sektor yang menunjang secara langsung perkembangan bisnis pariwisata di Labuan Bajo tercatat pertumbuhan 1,53 persen. Artinya, distribusi pendapatan sektor agraris yang berkurang itu sebagian besarnya terindikasi terserap ke sektor yang terkait langsung dengan pariwisata.
Tren investasi
Tak dimungkiri, era keemasan investasi di Labuan Bajo dan Manggarai Barat telah dimulai seiring dengan selesainya penyelenggaraan Sail Komodo 2013. Acara yang digelar sebulan lebih itu memang bertujuan mengeksplorasi keindahan alam di daratan dan lautan Labuan Bajo. Acara ini juga untuk mempromosikan produk kebudayaan Labuan Bajo dan Manggarai. Nama Komodo digunakan sebagai ikon dalam kegiatan ini untuk merangsang wisatawan sekaligus calon investor berkunjung ke Labuan Bajo.
Sail Komodo 2013 berdampak langsung terhadap peningkatan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo. Kawasan wisata baru tumbuh, ditandai dengan didirikannya hotel-hotel berbintang, restoran, kafe, dan fasilitas bagi turis asing di sepanjang pantai Labuan Bajo. Saat ini, hotel berbintang tiga hingga empat bisa ditemukan di Labuan Bajo meskipun jumlahnya belum banyak.
Pantai Pede yang terletak di Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, dalam waktu relatif singkat berubah menjadi kawasan wisata baru di Manggarai Barat. Desa yang terletak di sebelah selatan Labuan Bajo itu kini menjadi pusat hotel berbintang di Manggarai Barat.
Promosi melalui Sail Komodo 2013 juga melambungkan ”permata tersembunyi” Labuan Bajo selain sebagai salah satu destinasi wisata alam, yaitu keindahan alam bawah laut. Pamor perairan di sebelah utara Labuan Bajo melonjak drastis sehingga dalam waktu singkat muncul puluhan titik selam yang memikat para petualang bawah laut penggila selam.
Berbagai bisnis baru muncul untuk melayani kepentingan wisatawan yang hendak menikmati keindahan laut, mulai dari pantai, air laut, hingga penyelaman. Warga setempat dan pendatang di kawasan sekitar Manggarai Barat mendulang rezeki. Mereka menawarkan kapal motor nelayan atau speedboat untuk transportasi, pemandu selam, rumah penginapan, dan suvenir.
Tak pelak, Labuan Bajo berkembang menjadi ”kota modern” kecil dibandingkan dengan semua kota di Pulau Flores. Bahkan, dibandingkan akomodasi pariwisata di Kabupaten Ende (tempat wisata Gunung Kelimutu), kondisi di Labuan Bajo jauh lebih memadai. Ke depan, seiring perpanjangan landasan Bandara Komodo, jumlah kunjungan turis mancanegara akan lebih banyak.
Okupansi hotel
Para investor memanfaatkan animo wisatawan yang tinggi terhadap wisata bahari ini sebagai peluang untuk membuka sektor bisnis baru dan mandiri. Seiring dengan kunjungan wisatawan ke perairan Komodo, bisnis wisata bahari ini pun berkembang pesat. Bahkan, perkembangannya turut memberi andil bagi perubahan lanskap bisnis pariwisata di Labuan Bajo.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kabupaten Manggarai Barat Silvester Wanggel mengatakan, sebelum Sail Komodo digelar, diperkirakan hanya ada 30 hotel di Labuan Bajo. Tahun 2017, jumlahnya meningkat drastis. Ia memperkirakan, sudah ada 60 hotel di Labuan Bajo atau dua kali lipat dari sebelum Sail Komodo.
Menurut data Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Manggarai Barat, sampai 2017, sebanyak 62 hotel telah beroperasi secara resmi, sementara yang menunggu proses perizinan 34 hotel. Jumlah ini belum termasuk hotel yang masih dalam proses pembangunan, yang tersebar di seluruh Labuan Bajo, Pantai Pede, dan lokasi lain di Kecamatan Komodo.
”Peningkatan jumlah hotel sekarang ini karena kunjungan wisatawan asing dan Nusantara terus meningkat setelah Sail Komodo. Dulu, wisatawan datang hanya untuk melihat komodo. Sekarang, mereka tak hanya melihat komodo, tetapi juga diving, snorkeling, atau berjemur di pantai,” kata Wanggel, beberapa waktu yang lalu.
Setelah Sail Komodo berhasil mengeksplorasi keindahan bawah laut di perairan Pulau Komodo dan sekitarnya, bisnis wisata air langsung melonjak. Tercatat, hingga 2017, ada 33 unit bisnis wisata air beroperasi di Labuan Bajo. Adapun yang masih menunggu proses perizinan sebanyak 13 unit usaha. Dulu, wisata bahari ini masih menjadi paket yang ditawarkan pihak hotel sehingga pengelolaan kegiatan dan destinasinya berada di bawah manajemen hotel. (Bersambung) (LITBANG KOMPAS)