KUNINGAN, KOMPAS Helikopter bom air (water bombing) dikerahkan untuk membantu pemadaman kebakaran di puncak Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat. Kebakaran yang terjadi sejak Rabu (7/8/2019) siang itu terus meluas, diperkirakan membakar hutan dan lahan lebih dari 300 hektar.
”Helikopter water bombing sudah mendarat di Bandara Cakrabhuwana di Cirebon. Kami sedang menghitung kondisi cuaca, seperti angin kencang, untuk menurunkan water bombing,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan Agus Mauludin, Kamis (8/8), pukul 20.00.
Bantuan bom air dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana tersebut, menurut Agus, dibutuhkan karena pemadaman api secara manual sulit dilakukan. Api yang muncul sejak Rabu, pukul 13.00, berada di Goa Walet di ketinggian 2.950 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lokasinya hanya 0,3 kilometer dari puncak Gunung Ciremai setinggi 3.078 mdpl. Adapun jarak dari permukiman di Palutungan, Kecamatan Cigugur, Kuningan, sekitar 10 kilometer dengan waktu tempuh berjalan kaki selama 6-8 jam.
Sebanyak 219 personel yang terdiri dari BPBD Kuningan dan BPBD Majalengka, TNI, Polri, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai, dan masyarakat diterjunkan untuk membantu pemadaman dan evakuasi pendaki. Hingga Kamis sore, sebanyak 69 pendaki yang terdaftar telah turun dari Ciremai dalam kondisi selamat.
Sementara itu, dari Kalimantan Barat dilaporkan, kabut asap pekat menyelimuti Kota Pontianak. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat, kualitas udara di Kota Pontianak pada Kamis, pukul 03.30-07.00, tergolong tidak sehat, dengan konsentrasi PM10 tertinggi mencapai 242,15 mikrogram per meter kubik. Adapun jumlah titik panas di Kalbar mencapai 276 lokasi, tersebar di 12 kabupaten/kota.
Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan, titik panas ada yang ditemukan di lahan milik 10 korporasi. ”Saya minta mereka memadamkan api dalam waktu tiga kali dua puluh empat jam. Setelah itu, baru akan dilihat sanksi apa yang akan diberikan. Sanksi bisa berupa pembatalan analisis mengenai dampak lingkungan. Saya juga sedang menyusun peraturan gubernur untuk menangani masalah seperti ini,” kata Sutarmidji.
Di Kalimantan Tengah, luas lahan gambut yang terbakar mencapai sekitar 753 hektar dengan jumlah kebakaran mencapai 223 kejadian dalam seminggu terakhir.
Kebakaran lahan juga melanda di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, seluas 139 hektar. Kebakaran terjadi sejak Senin (5/8), ditengarai akibat pembukaan lahan. Polisi memetakan lokasi yang terbakar dan akan memeriksa 16 pemilik lahan. ”Lahan sudah kami pasangi garis polisi dan tidak boleh dikelola sampai penyelidikan selesai,” kata Kepala Polres Ogan Ilir Ajun Komisaris Besar Ghazali Ahmad.
Di Jambi, Kepala Polda Jambi Inspektur Jenderal Muchlis mengatakan, pihaknya tengah menyidik kasus pembakaran gambut di Desa Sipin Teluk Duren, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Kebakaran yang berlangsung selama 12 hari itu meluas hingga lebih dari 50 hektar. (IKI/IDO/ESA/RAM/ITA)