Kesehatan Warga Terganggu
Pertamina terus mengupayakan penanganan terhadap dampak dari tumpahan minyak di Karawang, Jawa Barat, termasuk penyediaan layanan kesehatan bagi warga.
KARAWANG, KOMPASTumpahan minyak akibat kebocoran di anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java atau PHE ONWJ mulai berdampak pada kesehatan warga. Tumpahan minyak itu diharapkan segera teratasi sehingga warga bisa beraktivitas seperti biasa.
Tempat tinggal Muh Dullo (28), warga Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Karawang, hanya berjarak 2 meter dari bibir pantai. Tepat di belakang rumahnya masih ada sisa tumpahan minyak yang tersebar.
Bau pekat tumpahan minyak pun memenuhi rumah itu. Dullo, istri, dan kedua anaknya mengeluhkan batuk, tenggorokan kering, pusing, dan mual. Untuk mengurangi kepekatan bau minyak, mereka menghidupkan kipas angin. ”Baunya lumayan berkurang meskipun tetap tertinggal aroma khasnya,” ujar Dullo, Kamis (8/8/2019).
Hal serupa dialami Carsini (30), warga Desa Pisangan, Kecamatan Cibuaya, Karawang. Lokasi rumahnya yang menghadap pantai juga terdampak bau pekat itu. ”Supaya bau tidak masuk ke dalam rumah, saya tutup saja pintu dan jendela rumah dengan rapat,” ucapnya.
Penanganan gangguan kesehatan dilakukan Pertamina dengan menyediakan layanan kesehatan di sejumlah titik terdampak. Lima dokter, 35 paramedis, dan lima ambulans disiagakan di empat posko kesehatan, yaitu di Desa Cemarajaya, Desa Sungai Buntu, Desa Sedari, dan Pantai Mutiara.
Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya mengatakan, pihaknya terus meningkatkan layanan medis yang dibutuhkan di posko kesehatan, disesuaikan dengan kondisi di lapangan. ”Saat ini, peralatan dan paramedis serta obat-obatan yang disiagakan sudah cukup untuk melayani warga dengan baik,” katanya.
Berdasarkan pantauan Kompas di posko Desa Cemarajaya, tampak warga datang silih berganti. Posko kesehatan ini tidak hanya melayani warga setempat yang terjun langsung membersihkan limbah, tetapi juga masyarakat sekitar. Mayoritas warga mengeluhkan pusing, mual, batuk, sesak napas, dan tenggorokan kering.
Sementara itu, di sepanjang pantai Cemarajaya, Desa Cemarajaya, warga tampak sibuk membersihkan tumpahan minyak. Mereka mengenakan pakaian khusus dari Pertamina untuk membersihkan tumpahan minyak.
3.965 barel
Di Jakarta, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu dalam konferensi pers kemarin mengatakan, tumpahan minyak yang diangkat pada 20 Juli 2019 hingga 7 Agustus 2019 itu mencapai 3.965,71 barel. ”Rata-rata, tangkapan di laut sejak 26 Juli 2019 menjadi 400-500 barel per hari,” katanya.
Penanganan tumpahan minyak di laut memanfaatkan oil boom statis sepanjang 4.700 meter yang mampu mengadang pergerakan tumpahan minyak. Ada juga oil boom dinamis sepanjang 600 meter untuk mengejar tumpahan minyak dan menghalangi pergerakannya agar tak sampai daratan. Minyak yang diadang itu disedot dengan empat unit oil skimmer. Selain itu, terdapat pula 44 kapal yang beroperasi untuk memfasilitasi penanganan tumpahan minyak di laut.
Adapun tumpahan minyak yang di pesisir dikumpulkan dalam karung pasir. Hingga 7 Agustus 2019, jumlah minyak yang terkumpul 1,047 juta karung dengan berat total mencapai 4.915 ton. Perkiraan kandungan tumpahan minyak dalam karung sebesar 10 persen.
Dalam menangani tumpahan minyak di darat, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Meidawati mengatakan, pihaknya menggandeng masyarakat setempat. Setiap hari, warga yang terlibat diberi upah Rp 100.000 per hari dan uang makan Rp 20.000 per hari.
Selain itu, berdasarkan berat karung yang dikumpulkan, warga juga mendapatkan uang sekitar Rp 20.000 per 3-5 kilogram (kg). Di titik pengangkutan, Pertamina memberi upah sebesar Rp 120.000 per orang dan ditambah uang makan. Sementara untuk penanganan sumber kebocoran anjungan pengeboran sumur YYA-1 PHE ONWJ, penutupan dilakukan dengan pembuatan tajak pengeboran Relief Well YYA-1RW yang melibatkan Rig Jack Up Soehanah.
Incident Commander Taufik Aditiyawarman mengatakan, penanganan limbah tumpahan minyak telah memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. ”Truk pengangkutnya sudah bersertifikasi sesuai standar KLHK,” ujarnya.
Truk dan kontainer itu tertutup untuk mencegah terpaparnya limbah tumpahan minyak dengan udara bebas. Warga yang membantu mengangkut tumpahan minyak juga dibekali alat pelindung diri.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina berkomitmen turut merevitalisasi dan memulihkan kegiatan perekonomian di wilayah terdampak. Hal ini dapat efektif setelah penutupan sumber kebocoran tumpahan minyak. (MEL/JUD)