Angka Animea Tinggi, Siswa SMA Dibagi Tablet Tambah Darah
›
Angka Animea Tinggi, Siswa SMA...
Iklan
Angka Animea Tinggi, Siswa SMA Dibagi Tablet Tambah Darah
Tngginya prevalensi anemia bagi remaja putri di Nusa Tenggara Barat akibat asupan gizi yang tidak seimbang mendorong Pemerintah Provinsi NTB membagikan tablet tambah darah atau TTD bagi siswa SLTA,
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Prevalensi anemia bagi remaja putri di Nusa Tenggara Barat relatif tinggi akibat asupan gizi yang tidak seimbang. Oleh sebab Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, melakukan intervensi dengan cara membagikan secara gratis tablet tambah darah atau TTD bagi siswa Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di 10 kabupaten-kota se-NTB.
Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhandini Eka Dewi, Jumat (9/8/2019) dalam acara dialog ‘Jumpa Bang Zul-Umi Rohmi’ di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Mataram mengatakan, pembagian TTD kepada siswa dilakukan supaya siswa tidak mengantuk saat belajar di dalam kelas. Bang Zul adalah panggulan untuk Gubernur NTB Zulkieflimansyah. Adapun Umi Rohmi adalah sebutan Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah.
Pembagian TTD kepada siswa dilakukan supaya siswa tidak mengantuk saat belajar di dalam kelas.
Nurhandini mengatakan, Dinas Kesehatan NTB dan beberapa istansi terkait telah melakukan sosialisai dan pemberian TTD bagi siswa SMA dan SMK di NTB mulai Juni 2019. Siswa diberikan pengetahuan tentang anemia, sekaligus diberi contoh cara minum TTD.
Lebih 50 persen
Pemberian TTD ditempuh karena tingginya prevalensi anemia remaja puteri di NTB. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005, anemia pada ibu hamil 50,9 persen, dan remaja putri 10 tahun-14 tahun sebesar 57,1 persen.
Data di Puskesmas Selaparang, Kota Mataram, tahun 2014 tercatat 32,39 persen siswa menderita animea, naik menjadi 66,19 persen tahun 2015. Di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, tahun 2012 dari pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), diketahui 83,16 persen remaja putri menderita anemia.
Anemia adalah kondisi jumlah sel darah merah lebih rendah dari normal. Anemia bisa terjadi bila sel-sel darah merah tidak mengandung Hb (protein kaya zat besi) yang cukup. Remaja putri yang terkena aniema, ditandai dengan tubuh mudah lemas, mudah pingsan saat menstruasi. Kondisi itu disebabkan sel darah yang berkurang dan asupan gizi yang tidak seimbang.
“Itulah sebabnya kami menyasar siswa SMA, sebab anemia membuat daya tahan tubuh menurun, siswa ngantuk-ngantuk saat belajar di kelas, sulit berkonsentrasi yang mengakibatkan prestasi belajar menurun,” ujar Nurhandini.
Selain itu, suatu saat remaja puteri akan menjadi seorang ibu dan hamil. Maka perlu dibekali pengetahuan reproduksi, agar saat proses kehamilannya kondisi fisiknya lebih baik, tidak menderita anemia. Di Indonesia, lanjut Nurhandini, diduga sepertiga remaja puteri menderita anemia.
Pentingnya penanggulangan anemia pada remaja putri juga terkait dengan intervensi stunting (bayi tubuh pendek) akibat kurang gisi yang angkanya relatif tinggi meski menurun dalam periode 2013-2018, dari 45,2 persen menjadi 33,5 persen atau masih di atas rata-rata nasional 30,8 persen.
Suplementasi TTD bagi siswa dibagikan sebanyak 52 tablet per tahun. Tablet diminum satu per minggu.
Selama Juli-Agustus ini tercatat sudah ada 20.000 siswa yang mendapat TTD gratis. Selain memiliki kandungan zat besi, TTD juga mengandung dan asam folat. Saat ini Dinas Kesehatan NTB memiliki stok sebanyak 32 juta TTD yang diserahkan bertahap kepada tiap SMA dan SMK.
Perhatikan pendidikan
Dalam dialog itu berama Gubernur dan Wakil Gubernur NTB itu, Angel Claudia, siswa SMKN 4 Mataram, menanyakan program Pemprov NTB dalam meningkatkan sumber daya manusia sebagai pondasi daya saing daerah, sebagaimana tercantum dalam misi pasangan Gubernur-Wakil Gubernur NTB dalam program ‘NTB Gemilang’.
Gubernur Zulkieflimansyah mengaku memberi perhatian khusus dalam dunia pendidikan, di antaranya mengirim mahasiswa asal NTB melanjutkan pendidikan Sarjana Strata/S1 dan S2 keluar negeri. “Jangankan mahasiswa, para kepala dinas saya minta mengikuti pendidikan keluar negeri, karena lewat pendidikan cara tepat mengatasi persoalan di NTB,” ujarnya.