Filipina mengajukan protes diplomatik kepada Pemerintah China atas kehadiran dua kapal riset China di perairan zona ekonomi eksklusif Filipina. Kapal itu meluncur dari Vietnam.
MANILA, JUMAT Protes Filipina ini akan menjadi protes ketiga negara itu terhadap China dalam kasus yang sama beberapa pekan terakhir. Presiden Filipina Rodrigo Duterte juga bakal mengangkat isu sengketa di Laut China Selatan dalam kunjungan kenegaraan ke China pada bulan ini.
”Mengajukan protes diplomatik,” kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin melalui media sosial Twitter pada Jumat (9/8/2019).
Hubungan bilateral yang secara historis dingin antara Filipina dan China relatif menghangat di bawah pemerintahan Duterte. Namun, belakangan mantan Wali Kota Davao itu tampak canggung dalam mempertahankan pendekatan dengan Beijing. Manila secara konstan mengerahkan penjaga pantai, kapal angkatan laut, dan kapal paramiliter di wilayah-wilayah yang dikendalikan Filipina di wilayah Laut China Selatan (LCS).
Pada Kamis malam, Duterte mendesak percepatan penyusunan kode tata perilaku LCS antara ASEAN dan China. Filipina adalah salah satu negara pengklaim dalam sengketa LCS bersama Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Taiwan, dan China. Wilayah LCS menjadi jalur perdagangan senilai 3,4 triliun dollar AS per tahun.
Manila menyebutkan adanya dua kapal riset ilmiah China di lepas pantai perairan Pasifik di Filipina dalam jarak 200 mil laut (370,4 kilometer) zona ekonomi eksklusif (ZEE). Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan kepada saluran berita ANC, seperti negara-negara lain yang melakukan penelitian atau memindahkan kapal perang di dekat garis pantai, China seharusnya memberi tahu Filipina tentang itu.
”Kami selalu dapat mengajukan protes kepada Pemerintah China. Intinya, kami memberi tahu mereka, kami tahu apa yang Anda lakukan dan tolong beri tahu kami apa yang Anda lakukan di sana,” katanya.
Filipina sebelumnya telah memprotes keberadaan lebih dari 100 kapal penangkap ikan China di lepas Pulau Thitu, sebuah pulau kecil yang mereka kontrol di dekat pulau buatan untuk militer di China di Subi Reef. Manila juga memprotes lewatnya kapal-kapal perang China di laut teritorial 12 mil laut (22,2 kilometer) Filipina tanpa pemberitahuan atau izin sebelumnya. Hal itu, menurut Lorenzana, telah terjadi beberapa kali sejak Februari lalu. Teraktual, kapal-kapal perang China melewati perairan itu pada Juli lalu.
Hingga kemarin tak ada pernyataan ataupun komentar dari Pemerintah China terkait hal itu. Juga tak ada tanggapan dari Kedutaan Besar China di Manila saat dikonfirmasi tentang protes Pemerintah Filipina itu.
Meninggalkan Vietnam
Kapal riset China itu diduga berlayar dari wilayah ZEE Vietnam. Sebagaimana dinyatakan Pemerintah Vietnam di Hanoi, Kamis, kapal China telah meninggalkan wilayah ZEE di LCS. Hal itu mengakhiri ketegangan selama sebulan di perairan itu.
Diungkapkan, kapal China itu terdiri dari sebuah kapal survei dan beberapa kapal yang menyertainya. Kelompok kapal tersebut memasuki perairan di sekitar Kepulauan Spratly pada awal bulan lalu dan memantik kemarahan Hanoi, AS, dan Uni Eropa karena hal itu dinilai sebagai bentuk agresivitas Beijing di LCS.
”Pada 7 Agustus 2019, kelompok kapal Haiyang 8 milik China telah mengakhiri operasi survei geologisnya dan meninggalkan kawasan ZEE Vietnam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam, Le Thi Thu Hang. Ia menegaskan, Hanoi telah menunjukkan niat baik berdialog dalam penyelesaian perselisihan.(AFP/REUTERS)