MANCHESTER, JUMAT – Di masa silam, duel Manchester United kontra Chelsea acapkali mempertaruhkan atau direferensikan sebagai perebutan gelar juara Liga Inggris. Namun, pada pekan pembuka Liga Inggris musim baru, Minggu (11/8/2019) ini pukul 22.30 WIB, duel kedua raksasa itu mengusung perubahan dan keberanian yang nyaris tidak pernah terjadi sebelumnya.
MU dan Chelsea, dua tim yang berbagi lima trofi juara Liga Inggris dalam kurun satu dekade terakhir, ibarat pinang dibelah dua menyambut musim 2019-2020. Mereka melawan tradisi lama dengan mengandalkan legendanya masing-masing, Ole Gunnar Solskjaer (MU) dan Frank Lampard (Chelsea), sebagai manajer sekaligus ”agen perubahan” di klub masing-masing.
Musim ini menjadi musim penuh pertama Solskjaer sebagai Manajer MU menggantikan Jose Mourinho yang dipecat Desember 2018. Berbeda dengan Mourinho, Solskjaer—pahlawan kemenangan MU di final Liga Champions 1999 —mengambil gebrakan dalam pemilihan anggota timnya. Ia mengusir sejumlah bintang, termasuk Romelu Lukaku yang merupakan striker termahal sepanjang sejarah ”Setan Merah”.
Selain Lukaku, yang kini ditampung Inter Milan, Solskjaer juga melepas gelandang jangkar kesayangan Mourinho, Ander Herrera, dan bek sayap Antonio Valencia. Untuk kali pertama sebagai Manajer MU, Solskjaer bisa menentukan siapa saja yang berhak tampil di timnya, tidak lagi sekadar meneruskan ”warisan” manajer-manajer terdahulu.
Solskjaer, yang 11 tahun menjadi pemain MU, diangkat sebagai Manajer Setan Merah setelah barisan nama beken seperti Mourinho, Louis van Gaal, dan David Moyes, gagal mengembalikan kejayaan tim itu seperti di era Sir Alex Ferguson. Tak ayal, langkah pertama Solskjaer di musim baru ini terinspirasi dari Ferguson, gurunya.
Alih-alih mengejar bintang baru, Solskjaer lebih memercayai para talenta mudanya seperti Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Mason Greenwood, untuk mengisi lini serang MU musim ini. Dengan para pemain muda itu, ditambah penyerang sayap baru, Daniel James, Solskjaer optimistis serangan MU bakal lebih dinamis dan sulit ditebak tim-tim lawan. Trisula Rashford, Martial, dan James, kemungkinan dimainkan sebagai pemain inti pada laga kontra Chelsea di Old Trafford, Minggu malam ini.
”Romelu adalah striker hebat jika Anda bermain dengan pola sasaran utama (seperti era Mourinho). Tanpa dia, saya yakin kami akan menghasilkan lebih banyak gol dari Martial, Rashford, Daniel James, dan Jesse Lingard,” ujar Solskjaer seperti dikutip ESPN.
Penyegaran dan peremajaan di tubuh MU kian terlihat dengan hadirnya duo bek sayap Aaron Wan-Bissaka dan Harry Maguire, bek tengah termahal di dunia saat ini. Hengkangnya Herrera juga membuat pemain muda lainnya, Scott McTominay, bakal lebih sering tampil di lini tengah tim inti MU.
Serupa MU, Chelsea juga mengalami perubahan masif dengan hadirnya mantan kapten legendaris mereka, Lampard, sebagai manajer baru. Untuk kali pertama di era kepemilikan Roman Abramovich sejak 2003, Chelsea tidak lagi glamor menjalani musim baru. Embargo transfer pemain sepanjang 2019-2020 akibat merekrut pemain di bawah umur memaksa Chelsea memaksimalkan potensi pemain-pemain binaannya, seperti Tammy Abraham, Fikayo Tomori, dan Mason Mount.
Lampard dinilai sebagai sosok paling tepat memimpin Chelsea dalam situasi sulit ini. Di klubnya terdahulu, Derby County, ia sukses mempromosikan para pemain muda, termasuk mengalahkan MU di Old Trafford pada Piala Liga Inggris musim lalu. ”Saya tidak akan ragu menurunkan mereka (pemain muda) sejak menit awal. Larangan (transfer) menjadi peluang anak-anak muda untuk menunjukkan mereka laik berada di tim inti,” ujarnya. (AFP/Reuters)