Idul Adha selalu berdimensi vertikal dan horizontal. Namun, pada Idul Adha 2019, kita lebih melihat dimensi horizontal karena tenun kebangsaan yang mulai melemah.
Hampir dua bulan setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan pasangan Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin memenangi pemilu presiden, kita dihadapkan lagi pada hiruk pikuk pemilihan anggota kabinet. Senyampang dalam suasana Idul Adha ini, kita ingin mengingatkan bahwa tujuan bersama kita bernegara adalah untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.
Tradisi berkurban yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS bisa menjadi pegangan dalam hidup bernegara. Nabi Ibrahim AS merelakan anaknya, Nabi Ismail AS, menjadi kurban, semata ingin meraih keridaan Allah SWT. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pun sama-sama ikhlas melakukan perintah-Nya.
Cinta Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail tidak ternilai, tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Kita manusia di zaman ini tak mungkin mengikuti pengorbanan kedua nabi itu. Kini, setiap kita yang berkemampuan hanya diminta mengurbankan satu kambing. Bahkan, setiap kita masih boleh mendapat sebagian dari daging kurban itu.
Namun, sikap tidak peduli, hedonis, dan kurang empati membuat kita enggan melakukan itu. Kita terjebak pada rutinitas sehari-hari sehingga tidak bisa melihat tujuan hidup bernegara yang lebih jauh ke depan.
Sekarang ini, masing-masing dari kita lebih sibuk dan hanya memikirkan diri sendiri. Kalaupun mau memikirkan orang lain, lebih banyak terbatas pada keluarga dan golongan, dan hanya sebagian kecil yang memikirkan bangsa ini ke depan.
Sebagian besar dari kita, bangsa Indonesia, belum mempraktikkan semangat dan keikhlasan Nabi Ibrahim. Padahal, dalam hidup bersama sebagai sebuah bangsa, pengorbanan setiap warga penting untuk meraih kemakmuran dan kesejahteraan semua warga bangsa.
Bangsa Indonesia terus membangun, tetapi ada saja yang lolos dari perhatian dan usaha pemerintah untuk mengentaskan warga dari kemiskinan. Kesadaran beragama, seperti semangat berkurban ini, bisa menambal kelemahan dan kealpaan pemerintah tersebut. Inilah hikmah yang kita harapkan muncul dari peringatan Idul Adha.
Dari persentase, warga orang miskin Indonesia pada Maret 2019 berkurang menjadi 9,41 persen. Namun, karena penduduk terus bertambah, jumlah warga miskin itu masih tergolong besar, 25,14 juta jiwa dari 260 juta penduduk Indonesia.
Warga Muslim di Indonesia mencapai 85 persen dari total penduduk. Jika mereka mau berkurban untuk menambal kelemahan dan kealpaan pemerintah dalam memberantas kemiskinan, cita-cita memakmurkan dan menyejahterakan masyarakat akan lebih cepat tercapai.
Apalagi, ekonomi Indonesia hanya tumbuh di kisaran 5 persen per tahun. Pertumbuhan itu belum cukup untuk dapat mengangkat sebanyak mungkin warga dari kemiskinan. Hanya kesediaan berkurban yang dapat mempercepat pencapaian tujuan kemakmuran dan kesejahteraan warga.