Harga Rendah, Sebagian Petani di Dampit Pilih Tahan Jual Kopi
›
Harga Rendah, Sebagian Petani ...
Iklan
Harga Rendah, Sebagian Petani di Dampit Pilih Tahan Jual Kopi
Sebagian petani kopi di Kecamatan Dampit dan sekitarnya, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, memilih menahan diri untuk menjual kopi miliknya lantaran harga kopi asalan rendah.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS-Sebagian petani kopi di Kecamatan Dampit dan sekitarnya, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, memilih menahan diri untuk menjual kopi miliknya lantaran harga kopi asalan rendah. Saat ini harga kopi asalan hanya Rp 22.500-Rp 23.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 24.000-Rp 27.000 per kilogram.
Para petani mengaku turunnya harga komoditas kopi di pasar global menjadi penyebab rendahnya harga kopi di tingkat lokal. Namun, menurut mereka, penurunan harga sebagian besar hanya terjadi pada kopi yang dijual ke pabrik guna ekspor. Untuk kopi yang dijual ke warung atau kafe harga relatif stabil.
"Selama musim panen tahun ini harga kopi asalan robusta cukup rendah. Jika tahun lalu masih laku Rp 27.000 per kilogram (kg) maka saat ini di sini hanya laku Rp 23.000 per kg," kata Suyono Ketua Kelompok Tani Harapan, Desa Amadanom, Dampit, Senin (12/9/2019).
Penurunan juga terjadi pada kopi hasil sortir. Menurut Suyono jika pada musim panen sebelumnya harga kopi sortir paling rendah Rp 35.000 per kg maka saat ini hanya 32.000 per kg.
"Hampir semua komoditas perkebunan harganya turun. Yang naik hanya cengkih saja," ujar Suyono yang memilih menyimpan 4 ton kopi stok lama di rumahnya.
Dengan harga Rp 23.000 per kg Suyono mengaku keuntungan yang diperoleh petani menjadi berkurang. Idealnya harga kopi Rp 30.000 per kg. Apalagi saat ini petani setempat tengah mengembangkan kopi organik. Sertifikat organik nasional sudah dikantongi, tinggal menunggu yang internasional.
Rendahnya harga jual kopi asalan dibenarkan Mulyono Bendahara Kelompok Tani Budi Lestari Dusun Sukodono, Desa Tirtoyudo, Kecamatan Tirtoyudo. Di Sukodono harga asalan saat ini hanya Rp 22.500 dan telah berlangsung sejak empat bulan lalu.
"Sebelumnya Rp 24.000-Rp 25.000 per kg. Kalau yang baik, sortiran, punya saya laku Rp 31.000 per kg stabil dari sebelumnya. Yang ngambil kafe," katanya.
Menurut Mulyono sebagian petani memilih menyimpan dulu kopi milik mereka. Namun banyak juga petani yang terpaksa menjual, termasuk dirinya dengan alasan saat ini sedang musim orang punya hajat. Mereka terpaksa menjual kopi meski harga rendah karena butuh uang untuk menyumbang tetangga yang berhajat.
Untungnya kondisi cuaca di wilayah Malang selatan saat ini sedang bagus untuk tanaman kopi. Untuk kopi organik bisa menghasilkan satu ton per hektar per tahun. Sedangkan untuk kopi dengan perawatan konvensional bisa menghasilkan 1,5 ton per hektar per tahun.
Master Trainer dan Petugas Penyuluh Pertanian kopi Dampit, Jajang Somantri, mengatakan, penurunan harga kopi untuk ekspor tidak hanya terjadi pada robusta tetapi juga arabica. Penurunan terjadi sejak Bulan Desember 2018.
"Tahun lalu robusta Rp 27.000-Rp 29.000 per kg. Tahun ini Rp 22.000-Rp 23.750 per kg. Kalau yang arabica tahun 2018 laku di atas Rp 40.000 per kg. Sedangkan saat ini di bawah Rp 35.000 per kg," ucapnya.
Luas tanaman kopi di Kabupaten Malang mencapai 16.267-an hektar yang mana 91 persen di antaranya merupakan robusta. Tanaman kopi tersebar di lereng Semeru, Arjuna, dan Kawi. Produksi kopi Kabupaten Malang mencapai 11.829 ton (data Badan Pusat Statistik 2017).