Sektor pariwisata digadang-gadang sebagai penyumbang devisa. Setiap tahun, wisatawan bepergian ke seluruh dunia untuk berwisata. Data Organisasi Pariwisata Dunia PBB atau UNWTO menunjukkan, ada 1,327 miliar orang berwisata pada 2017. Dari jumlah itu, sekitar 323 juta di antaranya ke Asia Pasifik.
Oleh
M CLARA WRESTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor pariwisata digadang-gadang sebagai penyumbang devisa. Setiap tahun, wisatawan bepergian ke seluruh dunia untuk berwisata. Data Organisasi Pariwisata Dunia PBB atau UNWTO menunjukkan, ada 1,327 miliar orang berwisata pada 2017. Dari jumlah itu, sekitar 323 juta di antaranya ke Asia Pasifik.
Setiap tahun, jutaan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. UNWTO menyebutkan, Indonesia didatangi 12,948 juta wisman pada 2017 atau 4 persen dari seluruh wisatawan yang bepergian. Adapun penerimaan Indonesia dari wisman 12,52 miliar dollar AS atau 3,2 persen dari uang yang dikeluarkan wisatawan dunia.
Tahun ini, pemerintah menargetkan devisa 17,6 miliar dollar AS dari kunjungan 18 juta wisman. Tahun lalu, target 17 juta wisatawan yang dicanangkan pemerintah gagal tercapai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip pada Minggu (11/8/2019), ada 7,83 juta kunjungan wisman ke Indonesia pada Januari-Juni 2019. Untuk menarik wisman dan wisatawan domestik, setiap tahun Kementerian Pariwisata merilis 100 atraksi wisata terbaik di Indonesia.
”Kalender kegiatan wisata menjadi salah satu upaya untuk mencapai target pemerintah,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Kalender kegiatan wisata itu disusun agar wisatawan mudah mengetahui acara menarik yang digelar dan mendatangi lokasinya.
Menurut Arief, acara yang masuk di dalam kalender kegiatan ini dikurasi dengan ketat, sesuai standar internasional. Syarat yang ditetapkan, antara lain, kegiatan itu memiliki nilai kreatif, komersial, dan komunikasi.
Ketua Pelaksana Calender of Event 2019 Esthy Reko Astuti menambahkan, ada beberapa syarat tambahan yang menentukan sebuah kegiatan bisa masuk atau tidak ke dalam kalender kegiatan. Syarat itu antara lain acara dikenal secara umum dan sudah diselenggarakan setidaknya 3-4 tahun berturut-turut.
”Acaranya harus berpengaruh langsung terhadap sosial ekonomi masyarakat dan dapat meningkatkan citra daerah. Dan yang pasti, mesti tepat waktu dan tidak ada perubahan tanggal pelaksanaan,” ujar Esthy.
Arief menambahkan, komitmen kepala daerah untuk menyelenggarakan kegiatan untuk menarik wisatawan merupakan faktor penting. Ia lantas menyebut Banyuwangi sebagai daerah yang tiga kegiatannya masuk ke dalam kalender kegiatan berturut-turut.
Tim Kurator kalender kegiatan, Taufik Rahzen, menuturkan, sebuah kegiatan harus bersaing dengan 200 kegiatan lain di Indonesia untuk bisa masuk ke dalam daftar kegiatan.
Acaranya harus berpengaruh langsung terhadap sosial ekonomi masyarakat dan dapat meningkatkan citra daerah.
Sulawesi Utara juga diapresiasi karena bisa mendorong pertumbuhan kinerja sektor pariwisatanya. ”Dalam empat tahun, kunjungan wisman ke Sulut meningkat enam kali lipat. Begitu juga pergerakan wisatawan Nusantara, dari sekitar 2 juta kunjungan menjadi 4 juta atau dua kali lipat, padahal di daerah lain naik 5-10 persen,” ujar Arief.
Tradisi bakar tongkang di Bagansiapi-api, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, merupakan salah satu contoh ritual budaya yang dimiliki Indonesia. Acara ini menjadi magnet yang menarik wisatawan sehingga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
”Di sinilah fungsi pariwisata yang hadir untuk menyejahterakan masyarakat. Mulai penginapan, kuliner, jasa, hingga oleh-oleh,” kata Esthy.
Menurut data Pemkab Rokan Hilir, setidaknya 75.000 wisatawan datang ke Bagansiapi-api untuk menyaksikan tradisir ritual bakar tongkang.
Bupati Kabupaten Rokan Hilir Suyatno mengatakan, perputaran uang selama kegiatan tradiri ritual bakar tongkang cukup besar. ”Hotel-hotel penuh. Adapun pedagang makanan dan pelaku usaha lain juga kebanjiran rezeki,” katanya.
Bersama-sama
Ketua Umum DPP Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia (Asita) Rusmiati mengatakan, kalender kegiatan wisata berhasil mendatangkan wisman. Namun, wisman yang datang bisa lebih banyak jika kegiatan wisata itu digarap bersama-sama melibatkan pemerintah, biro perjalanan, dan maskapai penerbangan.
Rusmiati juga mengatakan, kegiatan wisata yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah membuat biro perjalan lebih mudah menyusun paket wisata. Paket wisata itu juga ditawarkan kepada wisman yang akan melancong ke Indonesia.
Hal sebaliknya disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani. Menurut dia, tidak semua acara dalam kalender kegiatan wisata berhasil mendatangkan wisman.
”Yang terbanyak mendatangkan wisman adalah saat gerhana matahari total pada Maret 2016. Saat itu, wisman yang datang cukup banyak karena ingin melihat fenomena alam,” kata Hariyadi. (ARN)