MEKKAH, KOMPAS Pemerintah Arab Saudi memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan jemaah haji saat melempar jumrah di Jamarat (tempat melontar). Karena itu, selain mengatur pembagian waktu jumrah secara ketat, petugas juga ditempatkan di sejumlah titik untuk membantu jemaah.
Menjelang terbit fajar 10 Zulhijah, Minggu (11/8/2019), jemaah haji yang bermalam di Muzdalifah mulai bergerak menuju Mina untuk melontar jumrah aqabah. Sebagian langsung menuju Masjidil Haram untuk lebih dulu menyelesaikan tawaf ifadah sebelum melontar jumrah.
Ritual melempar dengan tujuh kerikil kecil di Mina berlangsung dengan penjagaan ketat petugas. Pergerakan jemaah tampak perlahan dan berlangsung tertib di empat lantai Jamarat. Dalam jeda waktu beberapa menit terdengar suara helikopter di atas Mina.
Jalan-jalan menuju Jamarat ditutup untuk kendaraan. Jalan Sidqi, yang sisi kiri dan kanannya berdiri hotel yang ditempati jemaah haji, ditutup sejak pertigaan di Jalan Raya Al-Masjid Al-Haram. Jalan sepanjang 600 meter itu sejak pagi dipadati jemaah yang pergi dan pulang dari Jamarat.
Pemerintah Arab Saudi tidak ingin peristiwa pada 2015 itu terulang, yaitu ketika ratusan jemaah meninggal karena berdesak-desakan. Karena itu, demi kenyamanan beribadah, jemaah haji Indonesia yang masuk dalam rombongan negara-negara Asia Tenggara dilarang melakukan jumrah aqabah pada pukul 04.00-10.00 waktu setempat. Pada jam tersebut terjadi kepadatan karena pergerakan seluruh jemaah dari Muzdalifah menuju Mina.
Sementara untuk tanggal 11 Zulhijah, Senin (12/8), dan 13 Zulhijah, Rabu (14/8), jemaah Indonesia diperbolehkan melempar jumrah jam berapa pun, sejak dini hari tanggal 11 Zulhijah sampai dini hari tanggal 12 Zulhijah.
Menteri Agama sekaligus Amirul Haj Lukman Hakim Saifuddin mendoakan semua ibadah jemaah haji Indonesia mabrur. Ciri dari kemabruran juga diikuti kepedulian terhadap sesama manusia dan menghadirkan kedamaian di masyarakat. Lukman menyampaikan hal itu dalam sambutan wukufnya di hadapan jemaah haji di tenda masjid kompleks Misi Haji Indonesia Arafah, Sabtu (10/8).
Kesalahen sosial
Presiden Joko Widodo seusai mengikuti shalat Idul Adha 1440 Hijriah di Lapangan Astrid, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Minggu, mengatakan, semangat berkurban tidak hanya untuk meningkatkan ikatan ketakwaan kepada Allah SWT, tetapi juga mengingatkan pada kesalehan sosial, berinteraksi, dan saling menyayangi sesama dengan berlandaskan ketakwaan.
Selain ribuan warga Muslim Bogor, hadir pula menunaikan shalat Idul Adha di tempat itu Nyonya Iriana Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Bertindak sebagai imam dan khatib Ustaz Iqbal Subhan Nugraha yang juga dosen Sekolah Tinggi An-Nuaimy Jakarta.
Dalam khotbahnya di Lapangan Astrid, Kebun Raya Bogor, Ustaz Iqbal mengatakan, meski ikatan dengan Allah yang difasilitasi ibadah dan ritual, ikatan dengan sesama manusia juga ditekankan. Untuk itulah, kesalehan sosial ditanamkan dan semestinya diamalkan.
Beberapa bentuk kesalehan sosial ini, misalnya, memberi makan fakir miskin, membantu sesama, termasuk yang berada di sekitar kita memenuhi kewajiban dan amanah sebagai pemimpin ataupun majikan, serta berbakti kepada orangtua.
Sementara itu, sejumlah masjid membagikan daging kurban tidak lagi menggunakan plastik, tetapi menggunakan besek bambu yang lebih ramah lingkungan. Hal ini, antara lain, dilakukan di Masjid Quba di Gang DPR, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Pembagian daging kurban di Masjid Al Akbar, Surabaya, Jawa Timur, Senin ini, juga akan menggunakan besek sebagai pengganti plastik. ”Besek-besek dibeli dari pelaku UMKM di Tulungagung seharga Rp 2.000 per buah,” kata Helmy M Noor dari Humas Masjid Al Akbar Surabaya.
Saling menguatkan
Di sejumlah tempat lainnya, pelaksanaan Idul Adha berjalan khidmat dan aman. Di Nusa Tenggara Barat, Idul Adha menjadi momen untuk saling menguatkan setelah pada tahun lalu sebagian wilayah hancur akibat gempa.
Seperti terlihat di Desa Guntur Macan, Kecamatan Guntur Macan, Kabupaten Lombok Barat, seusai khatib menyampaikan khotbah, jemaah bersalaman dan bahkan berpelukan di halaman masjid yang bangunannya darurat.
Di Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara, Papua, sebanyak 120 personel TNI/Polri mengamankan pelaksanaan shalat Idul Adha di Masjid Koramil Khoirul Ummah yang diikuti sekitar 1.300 anggota jemaah. Di Jayapura, sebanyak 3.500 anggota jemaah mengikuti shalat Idul Adha di Masjid Al Muminun di Markas Polda Papua, Kota Jayapura.
Suasana khidmat juga terasa di sejumlah kota lainnya, seperti Banda Aceh, Solo, Bandung, dan Semarang. Seusai shalat Idul Adha dilanjutkan penyembelihan hewan kurban dan pembagian daging kurban.(INA/AYU/ZAK/NIK/SYA/AIN/FLO/RWN/NAR)