Di tengah terik matahari, Wagiman (54) berlari ke arah rumah kayunya di Desa Talang Pangeran Ulu, Kecamatan Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Selasa (6/8/2019). Pompa dan selang 20 meter diambilnya. Ia pun langsung berjibaku melawan kebakaran lahan yang mendekati rumahnya.
”Padahal, tadi pagi api masih ada jauh di desa sebelah, sekarang sudah dekat ke rumah saya,” kata Wagiman sambil memegang selang dan mengarahkan air ke kobaran api. Sementara itu, semua anggota keluarganya dievakuasi. Kebakaran itu menghanguskan semak belukar di lahan gambut. Air di kanal kecil, persis di depan rumahnya, menjadi satu-satunya sumber air untuk memadamkan api.
Sejumlah petugas pemadam juga sibuk membasahi lahan agar api tidak merembet lebih jauh. Helikopter juga berlalu lalang menjatuhkan ”bom” air. Sekitar 20 tahun Wagiman tinggal di daerah tersebut. Selama itu juga kebakaran lahan terjadi tiap tahun dan baru kali ini kebakaran sangat dekat dengan rumahnya. ”Hanya tahun lalu tidak ada kebakaran karena ada Asian Games,” katanya.
Wagiman tidak mengerti kenapa kebakaran selalu saja terjadi. Padahal setelah terbakar, lahan itu tidak dimanfaatkan. Kepala Desa Arisan Jaya, Kecamatan Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir, Abu AN mengatakan, kebakaran selalu terjadi tiap tahun, terutama di lahan yang tidak dikelola. Memang, ada beberapa warga yang sengaja membakar lahannya, tetapi dijaga ketat agar tidak meluas. ”Pembakaran pun dilakukan secara tersistem tidak serampangan, (yakni mengumpulkan tanaman liar di tengah, lalu dibakar,” katanya.
Ganggu jalan vital
Kebakaran di Ogan Ilir pada Senin (5/8/2019) mulai terjadi di Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara, kemudian meluas hingga lima desa lain di dua kecamatan, yakni Pemulutan dan Pemulutan Barat.
Akibat kebakaran, asap mengepul menutupi dua obyek vital, yakni jalan lintas timur Sumatera dan ruas Tol Palembang-Indralaya. Jarak pandang di kedua ruas jalan itu terbatas. Lampu kendaraan pun terlihat samar karena pekatnya asap. Petugas mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan.
Badan Penanggulangan Becanan Daerah (BPBD) Sumsel mencatat, kebakaran di sekitar ruas Tol Palembang-Indralaya itu menghanguskan 139 hektar lahan. Ogan Ilir pun tercatat menjadi kabupaten dengan lahan terbakar terluas tahun 2019 ini. Dari 438,3 hektar lahan yang terbakar di Sumsel, seluas 257,33 hektar lahan terbakar ada di Kabupaten Ogan Ilir.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori mengatakan, persiapan antisipasi kebakaran lahan di Sumsel tidak main-main. Tim gabungan sebanyak 1.512 personel disiapkan untuk memantau dan memadamkan kebakaran lahan. Mereka akan berada di lapangan selama empat bulan hingga status Siaga karhutla berakhir Oktober 2019.
Bahkan, maklumat larangan pembakaran lahan juga sudah diterbitkan. Bagi yang terbukti sengaja membakar dan karena lalai akan diberi sanksi. Selain itu, empat helikopter pemadam juga dikirim oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke Sumsel, ditambah pesawat patroli.
Menurut Ansori, kebakaran lahan memang kerap terjadi di lahan yang tidak terkelola. Khusus untuk kasus kebakaran di Ogan Ilir, hampir sebagian besar lahan yang terbakar terjadi di lahan yang ditumbuhi tanaman liar.
Setelah ditelisik, ternyata lahan itu tidak digunakan karena pemilik lahan bukan orang setempat, melainkan para pejabat lama yang menjadikan lahan itu sebagai ladang investasi. Jika tidak kunjung dikelola, lahan berpotensi terbakar lagi.
Terkait maraknya kebakaran di Sumsel, Gubernur Sumsel Herman Deru mengaku ditelepon Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. Menteri LHK menanyakan kenapa di Sumsel begitu banyak titik api. Ia pun lantas memerintahkan Kepala Pelaksana BPBD Sumsel Iriansyah untuk mengecek di lapangan. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir juga diminta menginventarisasi lahan di kawasan itu untuk bisa dikelola.
Herman menawarkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) dari Kementerian Pertanian. ”Sumsel dapat jatah 200.000 hektar tahun ini, kenapa tidak dimanfaatkan untuk pengelolaan di lahan telantar,” katanya.
Langkah konkret perlu dilakukan segera, jangan sampai masyarakat menganggap kebakaran yang terjadi setiap tahun ini memang disengaja agar pemerintah ada proyek. ”Kalau enggak ada kebakaran, enggak ada uang,” katanya.
Kepala Polres Ogan Ilir Ajun Komisaris Besar Ghazali Ahmad pun heran kebakaran di kawasan itu selalu terjadi setiap tahun. Dalam tiga bulan terakhir, ada 16 laporan kebakaran lahan di Ogan Ilir. Pihaknya akan memanggil pemilik lahan untuk dimintai keterangan. Adapun lahan yang terbakar dipasangi garis polisi dan tidak boleh dikelola sampai proses penyelidikan berakhir.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.