Sineas-Sineas Muda Indonesia Ramaikan Festival Film Locarno
›
Sineas-Sineas Muda Indonesia...
Iklan
Sineas-Sineas Muda Indonesia Ramaikan Festival Film Locarno
Sineas-sineas muda Indonesia meramaikan kompetisi utama Locarno International Film Festival di Swiss yang berlangsung pada 7-17 Agustus 2019. Film “The Science of Fictions” dan “Kasiterit” terpilih untuk ikut serta dalam festival tersebut.
Oleh
DWI BAYU RADIUS dari Locarno, Swiss
·3 menit baca
LOCARNO, KOMPAS – Sineas-sineas muda Indonesia meramaikan kompetisi utama Locarno International Film Festival di Swiss yang berlangsung pada 7-17 Agustus 2019. Film “The Science of Fictions” dan “Kasiterit” terpilih untuk ikut serta dalam festival tersebut.
Menurut Produser “The Science of Fictions” Yulia Evina Bhara (37) di Locarno, Swiss, Senin (12/8/2019), film itu berkisah tentang Siman, pemuda di pelosok Yogyakarta. Siman melihat pengambilan gambar pendaratan manusia di Bulan yang dilakukan kru asing di Pantai Parangtritis pada tahun 1960-an.
Siman ditangkap dan dipotong lidahnya. Setelah itu, ia menjalani hidupnya dengan bergerak lambat bagai mengalami anti gravitasi seperti astronot. Siman bahkan mendirikan bangunan mirip roket di belakang rumahnya sehingga penduduk menganggapnya tak waras.
Film berdurasi 106 menit itu disutradarai Yosep Anggi Noen (36). Selain Yulia, film itu juga diproduseri Arya Sweta (37). Film itu dibintangi Gunawan Maryanto, Yudi Ahmad Tajudin, Ecky Lamoh, Alex Suhendra, Lukman Sardi, dan Asmara Abigail.
Locarno adalah festival film global terkemuka, bersanding dengan Cannes, Venice, Berlin, dan Sundance. Pada tahun ini, Locarno sudah diselenggarakan 72 kali. Menurut Yulia, Anggi akan bersaing dengan sutradara-sutradara ternama dunia seperti Pedro Costa dari Portugis dan Koji Fukada dari Jepang.
Mereka akan memperebutkan penghargaan Golden Leopard. Pemenang festival itu akan diumumkan pada 17 Agustus 2019. Golden Leopard pernah diterima antara lain Jim Jarmusch tahun 1984, Claire Denis tahun 1996, Lav Diaz tahun 2014, Jafar Panahi tahun 1997, dan Hong Sang Soo tahun 2015.
Menurut Yulia, “The Science of Fictions” mendapatkan dukungan finansial dari Asian Cinema Fund tahun 2014 dan Hubert Bals Fund+Europe-International Film Festival Rotterdam. Karya tersebut adalah film panjang ketiga yang disutradarai Anggi.
Film-film sebelumnya, yaitu “Vakansi Janggal dan Penyakit Lainnya” tahun 2012 serta “Istirahatlah Kata-Kata” tahun 2016. Karya-karya itu sukses melanglang buana ke berbagai festival internasional. Selain itu, “Istirahatlah Kata-Kata” mendapatkan apresiasi yang tinggi dari penonton Indonesia.
Dikembangkan sejak tahun 2012, “The Science of Fictions” juga dipresentasikan pada Asian Project Market 2014, Produire Au Sud 2014, dan Venice Gap Financing-Venice Film Festival 2017. Di sela Locarno International Film Festival, Yulia ikut menghadiri wahana pertemuan bisnis film internasional.
Anggi mengatakan, ia sangat bangga karena Locarno adalah festival yang melahirkan sutradara-sutradara besar dan mendukung film-film dengan visi kreatif unik. “Saya sekarang lebih percaya diri. Tidak mudah menembus festival film itu,” ujarnya.
Seleksi film-film yang diikutsertakan pada festival tersebut dimulai sejak triwulan II 2019. Rekognisi Locarno International Film Festival menjadi publikasi “The Science of Fictions” yang baik dan dukungan pihak global, sebelum diputar di Indonesia.
Sutradara film “Kasiterit” Riar Rizaldi (28) mengatakan, dirinya tak menyangka karyanya terpilih mengikuti Locarno International Film Festival. Film eksperimental tentang hubungan timbal balik timah Bangka dengan teknologi masa depan itu berdurasi 18 menit.