Surat Kepada Redaksi
Bubarnya Sebuah Koalisi
Banyak fakta menarik setelah Joko Widodo- Ma’ruf Amin ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2019-2024. Koalisi partai politik pendukung kedua capres yang berkontestasi mulai ancang-ancang, menyiapkan kebijakan politik masing-masing.
Bahkan, salah satu koalisi partai pendukung telah mendeklarasikan diri bubar serta mempersilakan anggotanya bebas menentukan sikap politik mereka. Ada dua pilihan yang muncul, yaitu berkoalisi dengan pemenang atau tetap beroposisi. Kepentingan moral-ideologis atau pragmatisme politik tentu menjadi pertimbangan.
Koalisi bubar, selesai bersekutu politik, atau koalisi jalan terus merupakan sebuah komitmen yang tentunya telah diperhitungkan masak-masak manfaat dan mudaratnya.
Sebuah fenomena politik menarik muncul baru-baru ini ketika ketua umum dari salah satu parpol koalisi pendukung capres pemenang mendeklarasikan sosok yang bakal diusungnya pada Pilpres 2024. Banyak tafsir politik muncul. Politik memang dinamis, begitu pula para pelakunya.
Soliditas sebuah koalisi pada akhirnya akan diuji oleh waktu dan kepentingan dari setiap anggota koalisi. Tidak ada yang abadi dalam politik, selain kepentingan politik itu sendiri.
Budi Sartono Soetiardjo Graha Bukit Raya, Cilame, Bandung Barat
Tanggapan Garuda
Sehubungan dengan surat pembaca dari Bapak Nelson Aprianton Simatupang di harian Kompas, 27 Juni 2019, terkait program redemption surcharge, melalui kesempatan ini kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami terkait kejadian itu.
Kami sungguh menyesalkan atas kejadian yang Bapak alami dan kiranya hal tersebut tidak akan terulang pada kesempatan mendatang. Selanjutnya kami sampaikan bahwa keluhan tersebut telah kami selesaikan dan kami tindak lanjuti—terkait selisih poin Garuda Miles—kepada Bapak Nelson Aprianton Simatupang.
Demikian penjelasan ini kami sampaikan. Atas segala perhatian Bapak, kami mengucapkan terima kasih.
Ikhsan Rosan VP Corporate Secretary Garuda Indonesia
Tanggapan BEM
Menanggapi surat pembaca di harian Kompas (Kamis, 1/8/2019) dari Suyadi Prawirosentono yang berjudul ”Antikeragaman di PTN”, perkenankan kami memberikan tanggapan.
Tulisan itu mencantumkan sebuah kasus yang terkait dengan Fakultas Kedokteran UI tentang sikap antikeberagaman. Untuk itu, Badan Eksekutif Mahasiswa Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (BEM IKM FKUI) menyatakan tidak ada kasus antikeberagaman seperti yang ditulis dalam surat itu.
Forum Studi Islam (FSI) BEM IKM FKUI, sebagai badan kelengkapan yang menaungi kegiatan mahasiswa Muslim di IKM FKUI, menjelaskan tidak pernah ada kasus seorang senior meminta yuniornya tidak menghadiri kuliah apabila dosen pemateri berbeda agama.
BEM IKM FKUI juga menjunjung tinggi keragaman dan menolak perilaku diskriminatif dalam bentuk apa pun. BEM IKM FKUI mengakui segala jenis keragaman identitas anggota IKM FKUI, baik itu suku, agama, ras, status sosial, maupun ekonomi.
Dio Alief Supriyanto Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, Ikatan Keluarga Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Lampu Merah di Vila Melati Mas
Saya mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk memasang lampu merah di simpang tiga, Jalan Raya Serpong, di depan Perumahan Vila Melati Mas, tepatnya antara supermarket Giant, Rodalink, dan Perumahan Telaga Golf, BSD. Saat ini sering terjadi antrean panjang kendaraan di U-turn depan Supermarket Giant, Vila Melati Mas.
Selain itu, lampu merah juga untuk mengantisipasi semakin ramainya kendaraan dengan rencana dibukanya Gerbang Tol Jelupang dan Pondok Jagung (JORR 2) yang berdekatan dan berhubungan dengan Perumahan Vila Melati Mas dan lainnya, sampai Jalan Raya Serpong.
Carya Caryabudi Vila Melati Mas, Serpong