Setelah disiram air menggunakan helikopter dan diguyur hujan ringan beberapa hari terakhir, kebakaran lahan gambut di Kabupaten Nagan dan Aceh Barat, Provinsi Aceh, berangsur padam. Namun, petugas masih bersiaga untuk segera bergerak jika ada titik api baru agar tidak meluas.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Setelah disiram air menggunakan helikopter dan diguyur hujan ringan beberapa hari terakhir, kebakaran lahan gambut di Kabupaten Nagan dan Aceh Barat, Provinsi Aceh, berangsur padam. Namun, petugas masih bersiaga untuk segera bergerak jika ada titik api baru agar tidak meluas.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, Senin (12/8/2019), mengatakan, hari ini, petugas akan mengecek ulang lokasi lahan terbakar untuk memastikan titik api benar-benar padam. Menurut dia, akhir pekan kemarin, pemadaman dimaksimalkan dengan penyiraman dari udara. Pada sekitar pukul 21.00, kawasan Aceh Barat diguyur hujan sehingga mempercepat pemadaman.
”Hari ini tetap dilakukan bom air lewat udara sebab sifat gambut masih ada potensi api di bawahnya,” ujar Dadek.
Petugas akan mengecek ulang lokasi lahan terbakar untuk memastikan titik api benar-benar padam.
Kebakaran lahan di Aceh dalam dua bulan terakhir mencapai 185 hektar. Kebakaran lahan gambut terparah terjadi di Nagan Raya dan Aceh Barat. Dua daerah ini menjadi langganan kebakaran lahan.
Dadek menuturkan sosialiasi larangan membakar lahan ditingkatkan. Warga diajak terlibat penuh menjaga kawasan masing-masing dari kebakaran lahan. Pasalnya, warga adalah pihak yang paling rugi atas dampak kabut asap.
Pada musim kering antara Juli dan September, kebakaran lahan kerap terjadi.
Lahan yang terbakar sebagian besar tanah gambut kosong, belum ditanami tanaman. Namun, api juga merambat ke lahan-lahan produktif yang telah ditanami karet dan sawit. Aparat penegak hukum masih mendalami motif di balik kebakaran lahan.
Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, perlu dibentuk komunitas sadar api di desa-desa yang rentan terjadi kebakaran. Komunitas ini diyakini mampu menjadi ujung tombak penanganan kebakaran lahan. ”Masyarakat harus diberdayakan dalam upaya pengendalian karhutla,” kata Nova.
Perlu dibentuk komunitas sadar api di desa-desa yang rentan terjadi kebakaran. Komunitas ini diyakini mampu menjadi ujung tombak penanganan kebakaran lahan.
Nova menambahkan, penegakan hukum bagi pelaku karhutla juga harus tegas. Dia menyebutkan, hampir 99 persen karhutla di Indonesia berawal dari kesengajaan. ”Aktor utama pelaku karhutla harus ditindak sehingga kasus serupa tidak terjadi lagi,” kata Nova.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, pembukaan lahan dengan membakar adalah aktivitas yang merusak lingkungan serta ekosistem. Dia menyatakan, kebakaran lahan pada 2015 mencapai 2,6 juta hektar dengan kerugian sebesar Rp 221 triliun.