Pemadaman kebakaran hutan dan lahan diupayakan banyak pihak di lapangan, baik dari darat maupun udara. Namun, kebakaran masih hebat di saat puncak kemarau belum lewat.
PEKANBARU, KOMPAS Kebakaran hutan dan lahan gambut di sejumlah daerah belum sepenuhnya bisa dijinakkan. Sebaliknya, seiring musim kemarau yang belum puncaknya dan angin kencang di sejumlah lokasi, kebakaran masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan warga, lingkungan, dan flora fauna.
Sejumlah daerah pun mengalami kebakaran berulang di tempat yang sebelumnya api telah dipadamkan, seperti di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di wilayah administrasi Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau. Kebakaran terjadi lagi di lahan perambahan yang sepekan sebelumnya telah dipadamkan tim gabungan Manggala Agni, TNI-Polri, dan pemadam PT Riau Andalan Pulp and Paper.
”Kemungkinan karena percikan api dari tunggul kayu yang membara atau tidak padam sepenuhnya waktu itu,” kata Kepala Balai TNTN Halasan Tulus yang dihubungi dari Pekanbaru, Senin (12/8/2019). Namun, ia tak menampik dugaan pembakaran disengaja perambah. Sabtu (3/8), Kompas berada di lokasi yang terbakar. Saat itu, para perambah bersiap menanam singkong.
Di Kalimantan Tengah, kabut asap kebakaran hutan dan lahan menyelimuti Kota Palangkaraya, kemarin. Siswa SD dan SMP dipulangkan. ”Mereka yang telanjur datang ke sekolah bisa kembali dan belajar di rumah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya Sahdin Hasan.
Titik api mengelilingi Kota Palangkaraya. Di sisi selatan kota, yakni Jalan Mahir-Mahar dan wilayah Sabaru, selalu terbakar meski dipadamkan. Di sisi barat, Jalan Tjilik Riwut terbakar seminggu terakhir, sedangkan di bagian utara dan timur di wilayah Pahandut dan perbatasan dengan Pulang Pisau terbakar sebulan ini.
Sejak Minggu hingga Senin petang, kabut asap bertahan di Kota Palangkaraya. Bau asap pekat menguar di seantero kota. Senin siang, kabut asap belum terlalu terlihat. Namun, memasuki pukul 15.00, kabut asap semakin pekat.
Sepekan terakhir, udara di Kota Palangkaraya juga dalam kategori berbahaya dengan partikulat (PM10) 495 mikrogram per meter kubik. Batas normal PM10 adalah 100 mikrogram per meter kubik. ”Gubernur Kalteng juga sudah membuat imbauan kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas di luar,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Norliani.
Gajah dievakuasi
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger mengungkapkan, lokasi kebakaran di TNTN bukan hanya di Desa Air Hitam. Kebakaran juga terjadi di Desa Lubuk Kembang Bunga, tidak jauh dari Desa Air Hitam.
Area terbakar itu mulai mengepung area kamp gajah jinak Elephant Flying Squad di bawah WWF Indonesia di Desa Lubuk Kembang Bunga. Sejauh ini, tim dan delapan gajah sumatera pencegah konflik gajah liar dengan warga itu telah dievakuasi ke seberang sungai yang aman.
Hingga Senin pagi, lebih dari 182 hektar lahan tak jauh dari kamp gajah itu terbakar, tetapi bisa dipadamkan. ”Besok kami cek lagi. Semoga tidak ada angin kencang,” kata Nurcholis Fadli, Rimba Upper Kampar Tesso Nilo Landscape Manager WWF Indonesia. Kemarin, Kota Pekanbaru dan daerah lain, seperti Siak dan Mandau (Bengkalis), diguyur hujan, tetapi belum mampu memadamkan kebakaran.
Sebelumnya, kata Edwar Sanger, kebakaran telah terjadi di Dusun Toro Jaya di dalam kawasan TNTN. ”Kami mengirim helikopter Mi 8 membantu pemadaman di TNTN,” katanya.
Dusun Kuala Renangan dan Dusun Toro adalah pusat perambahan terbesar di TNTN. Di sana setidaknya bermukim 3.000 keluarga dengan sarana dan prasarana umum, seperti pasar dan sekolah.
Selain di Pekanbaru, kebakaran hutan dan lahan juga melanda Aceh. Di Kabupaten Nagan Raya, seusai penyiraman dengan air dari udara dan guyuran hujan ringan beberapa hari terakhir, kebakaran lahan gambut berangsur padam. Namun, petugas tetap siaga. Kebakaran lahan di Aceh dua bulan ini mencapai 185 hektar.
Merespons ancaman kebakaran hutan dan lahan, juga sejalan dengan perhatian Presiden Joko Widodo, Senin petang kemarin Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto, Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, serta Kepala BNPB Letjen Doni Monardo tiba di Pekanbaru. Empat pejabat negara itu hendak melihat langsung kondisi di lapangan.
Secara nasional, ancaman kebakaran hutan dan lahan masih besar. Di Kalteng, misalnya, prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, puncak kemarau baru akhir Agustus hingga akhir September. ”Masih akan terjadi hari tanpa hujan 31-60 hari ke depan, seperti di Kota Palangkaraya, Barito Selatan, Seruyan, dan Katingan,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Palangkaraya Anton Budiono. (SAH/IDO/AIN/ICH)