Pabrik styrofoam dan plastik seluas 2.000 meter persegi di Jalan Babakan Cibeureum, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Jawa Barat, terbakar, Selasa (13/8/2019) malam. Hingga pukul 22.30, belum ada laporan korban jiwa atas kejadian itu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS - Pabrik styrofoam dan plastik seluas 2.000 meter persegi di Jalan Babakan Cibeureum, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Jawa Barat, terbakar, Selasa (13/8/2019) malam. Hingga pukul 22.30, belum ada laporan korban jiwa atas kejadian itu. Namun, bangunan pabrik serta sejumlah truk dan mobil ludes terbakar.
Api yang menjalar sejak pukul 19.00 itu belum dapat dipadamkan secara keseluruhan. Namun, petugas Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DKPB) Kota Bandung sudah memadamkan api di pinggir bangunan agar api tidak merambat ke bangunan lain.
"Tadi, kobaran api sangat besar karena barang-barang di pabrik ini mudah terbakar. Api dilokalisir dengan memadamkan dari sisi luar agar tidak menjalar ke bangunan lain," ujar Kepala DKPB Kota Bandung Dadang Iriana di lokasi kejadian.
Dadang mengatakan, pihaknya menerima laporan kebakaran pukul 19.08. Puluhan petugas diterjunkan untuk memadamkan api.
Tak kurang dari 20 mobil pemadam dikerahkan dalam pemadaman itu. Kepulan asap hitam membumbung di udara dengan tinggi lebih dari 100 meter.
Selain menyemprotkan air ke titik api, sejumlah petugas juga membongkar beberapa reruntuhan bangunan untuk mencari sisa-sisa api. Plastik dan styrofoam yang mudah terbakar dikhawatirkan memunculkan titik api baru saat terkena percikan api.
Penyebab kebakaran belum dapat disimpulkan. Namun, Dadang menduga api berasal dari korsleting listrik dan kemudian menjalar ke barang-barang plastik dan styrofoam sehingga api cepat membesar.
Suparman (34), warga setempat, mengatakan, baru menyadari kebakaran setelah melihat asap hitam di udara. "Karena di sini kawasan pabrik, jadi saat malam tidak banyak orang melintas. Ketika api sudah besar, baru warga tahu ada kebakaran," ujarnya.
Kebakaran itu mengundang perhatian warga dan pengendara untuk melihatnya. Sebab, lokasi kebakaran hanya berjarak sekitar 150 meter dari jalan protokol Jalan Jenderal Sudirman yang menghubungkan Kota Bandung dan Kota Cimahi. Akibatnya, lalu lintas di jalan itu macet.
Memasuki puncak musim kemarau, potensi kebakaran di Kota Bandung, meningkat. Faktor kelalaian manusia perlu diwaspadai karena sering memicu kebakaran bangunan dan lahan.
“Waspadai sambungan listrik berlebih dan berhati-hati saat beraktivitas dengan api. Lalai sedikit, akibatnya fatal,” ujar Kepala Seksi Operasi Pemadaman DKPB Kota Bandung Asep Rahmat.
Memasuki puncak musim kemarau, potensi kebakaran di Kota Bandung, meningkat. Faktor kelalaian manusia perlu diwaspadai karena sering memicu kebakaran bangunan dan lahan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di Bandung dan sekitarnya terjadi Agustus. Kemarau diperkirakan berlangsung hingga Oktober.
Asep juga mengingatkan masyarakat tidak sembarangan dalam menggunakan steker. Tumpukan steker dengan banyak cabang berpotensi memicu tarikan beban berlebih. Akibatnya, kabel panas dan dapat menghasilkan percikan api.
“Aktivitas lain, seperti memasak dan membakar sampah harus diawasi hingga selesai. Sebab, api akan cepat membesar jika menyambar benda atau tanaman di sekitarnya,” ujarnya.
Berdasarkan data DKPB Kota Bandung 2016-2018, jumlah kebakaran tertinggi terjadi pada Juli-Oktober. Tahun 2017, misalnya, kebakaran terbanyak terjadi pada September dengan 32 kejadian dan Agustus 20 kejadian.
Tahun lalu, jumlah kebakaran tertinggi terjadi di bulan Juli dengan 42 kejadian. Kebakaran pada Agustus-Oktober 2018 masih tinggi dengan lebih dari 20 kejadian setiap bulannya.
Sementara itu, pada Januari-Juli 2019 telah terjadi 107 kebakaran. Jumlah itu menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan 144 kejadian.
Walaupun jumlahnya relatif menurun, petugas tetap tidak boleh lengah. Apalagi, sepanjang Agustus 2019 sudah terjadi lebih dari sembilan kejadian kebakaran.