Candu Juara di Istanbul
Liverpool FC ingin menjadi tim yang “serakah” ketika menghadapi Chelsea di Piala Super Eropa, Kamis dini hari WIB di Istanbul. Keserakahan itu adalah manifestasi dari mentalitas juara yang penting dalam sebuah tim.
ISTANBUL, SELASA – Dua manajer sepak bola tersukses sejagat saat ini, Pep Guardiola dan Jose Mourinho, memiliki satu kesamaan identik, yaitu kecanduan tinggi akan trofi juara. Mentalitas dahaga prestasi semacam itu juga dibawa oleh Manajer Liverpool FC Juergen Klopp ke Istanbul, kota penyelenggara Piala Super Eropa 2019.
“Saya kembali seperti anak-anak, yaitu bahagia, saat memenangi trofi. Itu membuat saya tak ingin berhenti (meraih trofi),” ujar Mourinho suatu ketika.
Seperti Mourinho dan Guardiola, Klopp ingin candu juara menjadi kebiasaan baru timnya seusai meraih trofi Liga Champions Eropa akhir musim lalu. “The Reds” akan menghadapi Chelsea, juara Liga Europa 2019, Kamis dini hari WIB di Stadion Besiktas Park, Istanbul, Turki.
“Tetap serakah (trofi). Hal itu sangat penting, tidak lagi perlu diragukan. Piala Super (Eropa) adalah bukti akhir (kehebatan tim di Eropa). Jika Anda tidak memenangi final (Liga Champions atau Liga Europa), Anda tidak akan berada di sini. Jadi, meraihnya bakal menjadi hal yang besar,” ujar Klopp menjelang duel itu seperti dikutip UEFA.com.
Piala Super Eropa bakal menjadi momen istimewa bagi Klopp. Untuk kali pertama, ia akhirnya mampu menembus laga yang menjadi tradisi pembuka kompetisi antarklub Eropa di musim baru itu. Sebelum-sebelumnya, ia hanya bisa menonton laga-laga Piala Super melalui layar kaca. Tiga kali ia terhenti di final Liga Champions (2013 dan 2018) serta Liga Europa (2016) bersama Borussia Dortmund maupun Liverpool.
Tak ayal, Klopp dan timnya datang ke Istanbul dengan semangat membara. Kebetulan pula, kota itu kerap menghadirkan memori indah bagi The Reds. Terakhir kali tampil di laga final di kota itu, Liverpool menjadi juara Liga Champions, yaitu 2005 silam. Saat itu, mereka menciptakan keajaiban dengan mengalahkan AC Milan lewat adu penalti setelah tertinggal 0-3 di babak pertama.
Istanbul bakal kembali menjadi lokasi final Liga Champions Eropa, yaitu musim baru 2019-2020. “Piala Super Eropa adalah trofi spesial untuk dimenangi karena Anda harus dapat memenangi hal besar sebelum bisa meraihnya. Adalah awal musim yang bagus jika kami bisa memenanginya. Kami ingin menjadikan koleksi trofi sebagai kebiasaan baru,” ungkap James Milner, gelandang Liverpool.
Piala Super Eropa 2019 sekaligus bakal menjadi penegasan kebangkitan tim-tim Liga Inggris di Eropa. Siapa pun pemenangnya, Inggris yang bakal menjadi juaranya, menggusur dominasi klub-klub Spanyol. Dalam satu dekade terakhir, trofi Piala Super menjadi monopoli klub-klub Spanyol seperti Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid. Hanya satu kali trofi itu berpindah ke negara lain, yaitu ke Jerman (Bayern Muenchen) pada 2013 silam.
Terakhir kalinya klub Inggris mencuri trofi yang menjadi simbol supremasi di Eropa itu adalah pada 2005 silam. Kebetulan pula, klub itu adalah Liverpool. “Kami ingin meraih lebih (banyak trofi), tidak berhenti di Liga Champions. Ini kesempatan kami. Namun, di sisi lain, kami sadar itu tidak akan mudah diraih,” tutur Andy Robertson, bek sayap Liverpool.
Janjikan kebangkitan
Lawannya, Chelsea, pantang disepelekan. “The Blues” menjanjikan kebangkitan tim seusai dipermalukan Manchester United 0-4 di Liga Inggris, akhir pekan lalu. Pada laga itu, tim asuhan Frank Lampard itu sebetulnya tidak tampil buruk. Di luar dugaan, mereka justru berani tampil agresif, menekan tinggi, dan lebih banyak menguasai bola di Old Trafford. Hal macam itu hanya bisa dilakukan dua tim lainnya, Manchester City dan Tottenham Hotspur.
Sayangnya, Chelsea tampil terlalu naif. Mereka nekat mengepung “Setan Merah” dan memasang garis pertahanan tinggi meskipun tidak didukung pemain-pemain mumpuni. Pada laga itu, bek senior Marcos Alonso tidak dimainkan. Gelandang jangkar N’Golo Kante hanya tampil di paruh babak kedua. Pada laga di Istanbul, keduanya diplot tampil sejak menit awal.
Lampard membutuhkan pemain-pemain lebih berpengalaman, termasuk striker Oliver Giroud, pada laga ini. Liverpool, yang tidak bisa dibela kiper Alisson Becker akibat cedera, jauh lebih mematikan ketimbang MU. Liverpool merupakan tim yang sangat mengutamakan serangan dari transisi. Dalam kejapan mata, barisan pemain seperti Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane, bisa mengeksploitasi pertahanan Chelsea yang rapuh tanpa David Luiz, bek yang hijrah ke Arsenal.
Duel dini hari nanti menjadi kesempatan Lampard dan Chelsea, tim yang menjalani hukuman larangan transfer pemain, mengusir keraguan yang muncul seusai kekalahan telak dari MU. Jika kembali kalah telak, tekanan bakal kian besar bagi mereka. “Jika tidak menang, pertanyaan demi pertanyaan bakal muncul. Namun, Chelsea adalah tim yang selalu berjuang untuk segalanya, termasuk trofi ini,” tutur Cesar Azpilicueta, kapten Chelsea.
Berbeda dengan Klopp, Lampard mengejar trofi pertamanya sebagai manajer. Ia pun sangat berambisi meraih Piala Super Eropa itu. “Ini adalah piala yang membuat saya sangat penasaran. Belum pernah saya memenanginya sebagai pemain. Maka itu, kami memberikan segalanya untuk meraihnya,” ujar mantan gelandang Chelsea yang kalah di Piala Super Eropa 2012 dan 2013 itu. (AFP)