Kanal-kanal parit tampak mengering di Desa Catur Rahayu, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Sebentar saja api yang menyulut di rerumputan dengan cepat merembet. Dalam sebulan ini sudah tiga kali titik api muncul di sana.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
Kanal-kanal parit tampak mengering di Desa Catur Rahayu, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Sebentar saja api yang menyulut di rerumputan dengan cepat merembet. Dalam sebulan ini sudah tiga kali titik api muncul di sana.
Warga pun kembali dihebohkan oleh kebakaran pada Selasa (6/8/2019). Saat itu, Juanda tengah piket memantau wilayah desa dari puncak Menara Api. Tampak dari kejauhan seperti ada api berkilat-kilat dalam hamparan semak. Dengan bantuan teropong, terlihat jelas kebakaran lahan tengah terjadi.
Juanda langsung mengumpulkan semua anggota yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Catur Rahayu. ”Kalau sudah ada temuan api, pemadaman harus segera dilakukan,” katanya, Rabu (7/8/2019).
Hal yang menjadi masalah, kanal-kanal parit yang merupakan sumber air terdekat itu telah kering. Ada satu kanal yang cukup lebar dan masih ada sedikit air, tetapi jaraknya jauh. Untuk mendapatkan air dari kanal lebar itu, tim terpaksa menyambungkan beberapa selang hingga sepanjang kira-kira 400 meter agar sampai di tepi lokasi kebakaran.
Namun, karena cukup jauh jarak kanal dan lokasi terbakar, air tidak dapat menyembur kuat dari ujung selang. Melihat kondisi itu, kelompok MPA pun sepakat membangun sumur bor di dekat lokasi kebakaran.
Kelompok MPA pun sepakat untuk membangun sumur bor di dekat lokasi kebakaran.
Tim bergotong royong membangun. Setelah kedalaman mata bor mencapai 39 meter, air menyembur deras di permukaan tanah. Pemadaman akhirnya berhasil tanpa memakan waktu lama. Para petani lega karena api tidak sempat merembet luas. ”Tak sampai 1 hektar yang terbakar,” kata Juanda.
Program restorasi gambut mulai menyentuh desa itu dua tahun terakhir. Tidak tanggung-tanggung, tahun 2019 dibangun 193 sumur bor dan 5 unit sekat kanal. Adapun tahun ini ditargetkan 50 sumur bor lagi. Seluruh pembangunan ini diharapkan optimal menjaga gambut tetap basah di sana sehingga kebakaran lahan dapat dihindari.
Namun, pembasahan lahan gambut memang tidak semudah membalikkan tangan. Sekat kanal yang baru dibangun setahun lalu sudah rusak sebagian karena kayunya lapuk.
Selain itu, sumur bor yang telah banyak dibangun rasanya masih belum cukup karena api tidak memilih tempat. Dibangun sumur bor di satu lokasi, tumbuh titik api di lokasi lain yang berjauhan letaknya. Masyarakat butuh ekstra waspada untuk mencegah kebakaran lahan.
Karena itu, Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead mengingatkan masyarakat untuk jangan ragu membangun sumur-sumur bor darurat. Sumur bor dapat dibangun di mana pun di sekitar lokasi terbakar. Sumur bor bahkan dapat dimanfaatkan untuk upaya pencegahan. Dalam kondisi kanal telah kering, sumur bor menjadi solusi untuk pembasahan gambut.
Seiring ditetapkannya status Siaga Darurat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi, kelompok masyarakat dapat mengajukan dana untuk membangun sumur bor. Dana Siaga Darurat Karhutla dialokasikan baik dari APBD maupun APBN. Ia pun mengingatkan, pemerintah daerah dapat cepat mengucurkan dana tak terduga ketika ada usulan warga untuk membangun sumur-sumur bor tadi.
Pemerintah daerah dapat cepat mengucurkan dana tak terduga ketika ada usulan warga untuk membangun sumur-sumur bor tadi.
Kebakaran pada areal gambut terus meluas hingga awal Agustus ini. Di Jambi saja kebakaran sudah menghanguskan lebih dari 240 hektar. Sebagian besar lokasi terbakar di hamparan gambut. Kondisi itu menandakan tantangan lebih berat untuk upaya restorasi gambut pada tahun depan.
Menurut Nazir, daerah-daerah gambut yang terbakar akan diprioritaskan untuk mendapatkan pemulihan, baik berupa pembangunan sekat kanal, sumur bor, maupun revegetasi.
Wakil Ketua Tim Pembekalan Karhutla Badan Nasional Penanggulangan Bencana Edison Simanjuntak meminta masyarakat dan satuan tugas di daerah agar sedini mungkin mencegah timbulnya kebakaran lahan. Ketika sarana dan prasarana telah diperlengkapi, tetapi yang tidak kalah penting adalah memetakan ancaman dan kerawanan dari kebakaran.
Pencegahan itu mulai dilakukan sebelum kemarau. Misalnya, rutin memantau kondisi gambut serta sosialisasi kepada masyarakat untuk jangan membakar lahan. Penegakan hukum atas larangan membakar lahan juga diperkuat.
Setiap kali muncul titik api untuk segera lakukan pemadaman. Kebakaran jangan sampai dibiarkan meluas. ”Kalau api telanjur meluas baru mau dipadamkan, itu sudah terlambat,” ujarnya.