Pasar saham Asia bergabung dengan reli ekuitas global, Rabu (14/8/2019), bersamaan dengan melorotnya animo pasar terhadap surat utang dan aset-aset safe haven.
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
TOKYO, RABU — Pasar saham Asia bergabung dengan reli ekuitas global, Rabu (14/8/2019), bersamaan dengan melorotnya animo pasar terhadap surat utang dan aset-aset safe haven. Ini adalah respons cepat pasar terhadap keputusan Pemerintah Amerika Serikat untuk menunda penerapan tarif terhadap impor produk-produk China.
Pasar saham Wall Street melonjak semalam waktu Indonesia karena Presiden AS Donald Trump membatalkan batas waktu 1 September untuk tarif 10 persen atas produk-produk impor China yang tersisa. Trump juga mengambil keputusan menunda bea pada ponsel, laptop, dan barang-barang konsumen lainnya dengan harapan mengurangi dampaknya terhadap penjualan di AS sendiri.
Lonjakan saham AS mengangkat indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang sebesar 0,4 persen di awal perdagangan. Indeks saham Australia naik 0,4 persen, KOSPI Korea Selatan naik 1,2 persen dan Nikkei Jepang naik 0,8 persen.
Namun, sejauh ini kenaikan saham-saham terbaru itu hampir tidak mengembalikan kerugian yang cukup besar di pasar ekuitas selama beberapa bulan terakhir. Sentimen pasar secara umum masih rapuh mengingat bahwa konflik perdagangan AS-China masih jauh dari selesai. Ketidakpastian tentang risiko politik, seperti kerusuhan di Hong Kong, juga terus membuat investor gelisah.
Perselisihan tarif selama setahun antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu telah mengganggu rantai pasokan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
”Presiden Trump memang menunda tarif dan sementara ini positif untuk ekuitas, tetapi pasar akan tetap waspada terhadap tarif yang masih diterapkan Desember mendatang,” kata Masahiro Ichikawa, ahli strategi senior di Sumitomo Mitsui DS Asset Management. ”Dan, sementara ketegangan di Hong Kong bukan sebuah sentimen utama untuk semua pasar, dampak negatifnya juga telah berlipat ganda karena terjadi bersamaan dengan perkembangan di Argentina.”
Kekhawatiran di Argentina kemungkinan kembali terkait kebijakan intervensi, dengan opsi terjadinya gagal bayar. Awal pekan ini, pasar global tersentak setelah Presiden Argentina konservatif Mauricio Macri ”terpukul” oleh calon dari kubu oposisi pada pemilihan akhir pekan lalu.
Sementara itu, di pasar mata uang, yen turun tajam di tengah pasang surutnya penghindaran risiko. Mata uang Jepang sering dicari pada saat terjadi gejolak pasar dan ketegangan politik. Yen berada di level 106,450 per dollar AS, setelah kehilangan lebih dari 1 persen semalam. Yen sempat berada di level tertinggi tujuh bulan di dekat level 105 per dollar AS awal pekan ini.
Didorong oleh lonjakannya terhadap yen, indeks dollar AS naik hampir 0,5 persen secara harian. Indeks dollar AS berada di level 97,778. Sementara itu mata uang euro stabil di 1,1177 per dollar AS setelah tergelincir 0,4 persen terhadap dollar AS pada hari Selasa. Dollar AS juga didukung karena imbal hasil AS yang naik, merespons pelonggaran ketegangan perdagangan AS-China.
Futures minyak mentah Brent turun 0,4 persen pada level 61,06 dollar AS per barel, setelah melonjak hampir 5 persen pada perdagangan sebelumnya. Harga minyak mentah melonjak pada Selasa karena keputusan Washington untuk menunda pengenaan tarif terhadap beberapa barang China meredakan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global, setidaknya untuk saat ini. (REUTERS)