Seni tradisi memiliki kekuatan untuk menembus batas, lintas negara, dan menjadi alat diplomasi budaya, yang ujungnya menjadi promosi potensi suatu negara. KBRI di Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia membuktikan hal tersebut.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·6 menit baca
Seni tradisi memiliki kekuatan untuk menembus batas, lintas negara, dan menjadi alat diplomasi budaya, yang ujungnya menjadi promosi potensi suatu negara. Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia membuktikan hal tersebut. Tak hanya Bali, kini masyarakat Swedia juga semakin mengenal destinasi wisata menarik lainnya di Indonesia.
Selama tiga tahun berturut-turut, 2017-2019, Wonderful Indonesia Festival ”Kampung Indonesia” hadir di Kungsträdgården atau Taman Raja Swedia di kota Stockholm. Tak cuma mendapat tempat di hati masyarakat Swedia, turis asing yang melewati taman pun terpesona dan kagum saat menonton pertunjukan Kampung Indonesia sehingga mengenal Indonesia lebih jauh.
Menampilkan pertunjukan seni tradisi, baik musik maupun tarian tradisional, dari sejumlah daerah di Nusantara serta promosi kuliner, tempat wisata, serta kerajinan tangan usaha mikro, kecil, menengah khas Indonesia, acara tersebut menjadi pintu masuk untuk mempromosikan berbagai potensi Indonesia.
Maka, kegiatan Kampung Indonesia 2019 yang berlangsung pada 26-27 Juli 2019 di Kungsträdgården menjadi ajang yang dinanti-nantikan warga Swedia dan warga Indonesia yang sudah lama bermukim di Swedia. Tahun ini, selain Saung Angklung Mang Udjo Jawa Barat, KBRI Swedia mengundang kelompok seni tari tradisi dari Sintang (Kalimantan Barat) dan Purworejo (Jawa Tengah).
Selama dua hari berturut-turut, bangku-bangku panjang di taman raja tersebut penuh terisi penonton, bahkan ada yang berdiri di depan panggung dan di bawah pohon-pohon di taman. Pertunjukan baru dimulai sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Namun, sebelumnya orang-orang mulai mendatangi taman tersebut.
Persembahan Saung Angklung Mang Udjo, yang sudah tiga tahun ini tampil dalam acara Kampung Indonesia, menjadi hiburan tersendiri bagi penonton. Kolaborasi permainan alat musik tradisional yang terbuat dari rangkaian pipa-pipa bambu dengan alat musik modern seperti drum dan gitar listrik jadi tontonan menarik.
Kepiawaian tim pemain angklung yang dipimpin Nazar Wildan dalam memainkan musik yang warisan budaya dunia tersebut memukau penonton. Apalagi, pengunjung diberi kesempatan memegang dan memainkan alat musik tradisional dari Jawa Barat tersebut.
Kehadiran tim Budi Dalton bersama kelompok Orokaya The Rhythm of Sunda juga melengkapi Kampung Indonesia. Penonton dibawa melanglang buana ke suasana ritual tradisi Sunda saat Orokaya membuka pertunjukan Sunda Ngabuana dalam karya Tarawangsa dan Rajah Bubuka. Kearifan lokal Sunda yang menggambar tata krama meminta izin terlebih dahulu ketika berada di tempat baru disajikan dalam musik tradisional Sunda.
Nuansa Indonesia
Selama dua hari pertunjukan seni budaya Indonesia benar-benar menjadi magnet. Persembahan tarian khas Dayak Iban pun menjadi tontonan unik. Penonton dibawa ke nuansa tradisi Dayak saat tari tempayan yang melambangkan ucapan syukur masyarakat Dayak ketika panen serta tarian ngajat yang menjadi ritual penyambutan tamu agung yang dibawakan empat penari. Pertunjukan musik sape dimainkan yang menghasilkan suara merdu nan menyentuh hati menjadi tontonan menarik.
Penonton juga dibawa dalam nuansa tradisi Jawa lewat tarian yang ditampilkan Sanggar Tari Prigel Purworejo. Dolalak Lentera Jawa menggambarkan karakter wanita remaja yang lincah, ceria, anggun, tetapi tetap tegas dalam setiap gerakannya. Gerak-gerak khas tarian Dolalak, seperti ngetol, kirig, dan pencik yang dibawakan tujuh perempuan yang berpadu dengan musik, menampilkan pertunjukan yang menarik. Sajian tiga tarian lainnya, yakni tari Merak Subal, Tatak, Kuda Kepang ”Gladhen”, juga tak kalah menarik.
Tak cuma mengundang kelompok musik dan tari dari Indonesia, Kampung Indonesia 2019 juga menampilkan Indonesian Community Band, Connie and Friends Band, dan Tudos Tudos Band. Bahkan, kelompok gamelan Gongbron dan Teman-Teman yang terdiri dari seniman Swedia Urban Wahlstedt, diaspora Indonesia, warga Swedia, dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Swedia memberikan warna tersendiri dalam acara tersebut.
Penampilan Urban Wahlstedt (warga negara Swedia yang mencintai budaya Indonesia), bersama sebagian besar mahasiswa memainkan karya Kebo Giro, lagu Prahu Layar, dan Aja Lamis menarik perhatian. ”Kami bangga karena untuk pertama kalinya gamelan dimainkan di taman yang paling bergengsi di Stockholm,” ujar Adrian Benn, mahasiswa asal Indonesia yang menjadi pelatih kelompok tersebut.
Pada hari terakhir, Sandrayati Fay, penyanyi dan penulis lagu berdarah Filipina-Amerika yang lahir dan besar di Pulau Jawa dan Bali, memukau penonton lewat lagu-lagu yang sarat dengan pesan kemanusiaan dan isu lingkungan.
Terik panas yang menyengat pada akhir Juli 2019 tak menghalangi penonton untuk berjoget di depan panggung saat lagu-lagu ”Mamamia”, ”Kopi Dangdut”, dan ”Lagi Syantik”, dan ”Apanya Dong” dilantunkan penyanyi muda Tiara Effendy.
Suasana nostalgia hadir saat artis kawakan Ayu Azhari naik ke panggung menyanyikan lagu dangdut ”Sekuntum Mawar Merah” dan ”Terajana”. Kehadiran penyanyi Euis Darliah dengan lagu ”Apanya Dong” seakan menjadi pengobat rindu warga Indonesia di Swedia.
Janto Marzuki (70) dan Eddie Jazid (68), warga Indonesia yang telah puluhan tahun tinggal di Swedia, sangat senang karena selama tiga tahun terakhir mereka bisa mengobati kerinduan akan Indonesia di acara Kampung Indonesia di Kungsträdgården.
Goyang Maumere dan Poco-poco yang menjadi flash mob dancer pun ditunggu para penonton. Sebab, semuanya berbaur menjadi satu, warga Swedia, turis asing, dan warga Indonesia turun berjoget ria dengan berbagai gerakan tubuh.
Sementara pertunjukan berlangsung di tengah taman, pengunjung juga berkeliling ke sejumlah stan yang mempromosikan wisata Indonesia, kuliner, dan kerajinan Nusantara. Salah satu stan yang menarik pengunjung adalah demonstrasi melukis batik gutta tamarind yang ditampilkan Komunitas 22 Ibu (perempuan berlatar akademik sebagai pendidik dari lintas institusi, seniman, dan desainer) di Jakarta dan sekitarnya.
Menarik turis ke Indonesia
Pada hari pertama, pembukaan Wonderful Indonesia Festival ”Kampung Indonesia 2019” dihadiri Duta Besar RI di Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia Bagas Hapsoro serta Duta Besar Swedia Marina Berg, bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wakil Bupati Sintang Askiman, Wakil Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan, serta Asisten Deputi Bidang Kementerian Pariwisata Masruroh.
Bagas yang merintis pertunjukan Kampung Indonesia secara independen di Kungsträdgården sejak 2017 merasakan kegiatan tersebut menarik wisatawan Swedia dan negara lain berkunjung ke Indonesia. Setidaknya terjadi peningkatan wisatawan Swedia yang berkunjung ke Indonesia sebesar 11,94 persen dari tahun 2016 (45.934 orang) menjadi 51.417 orang pada 2017. Bagas bahkan optimistis kunjungan turis Swedia ke Indonesia bisa menembus angka 53.000 orang.
Tak cuma turisme, hubungan bilateral Indonesia dan Swedia pun meningkat, bahkan peluang kerja sama untuk investasi pun terbuka. Gubernur Jabar saat hadir di Stockholm pun melakukan sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan di Swedia, yang juga menjadi sponsor kegiatan Kampung Indonesia 2019.
Kampung Indonesia dinanti warga Swedia dan sekitarnya karena selain menikmati pertunjukan seni budaya Indonesia, selama dua hari berbagai doorprize berupa voucer menginap gratis di hotel di beberapa daerah wisata di Indonesia, bahkan hadiah utama berupa tiket berlibur ke destinasi wisata di Indonesia, diberikan kepada pengunjung.
Adinia, warga Stockholm keturunan India yang ikut joget bergoyang Maumere bersama anaknya, Alicia, mengatakan, dirinya telah mengikuti Kampung Indonesia pertama kali digelar pada 2017. ”Saya suka musik dan tariannya. Saya pernah ke Bali dan Jawa,” ujar Adinia yang bersemangat untuk menjelajahi daerah lain di Indonesia.
Setelah tiga tahun berlangsung, baik masyarakat Swedia maupun warga Indonesia di Swedia berharap Panggung Kampung Indonesia akan tetap hadir di Taman Raja Swedia.