Petaka bisa terjadi kapan pun. Dan, ketika penyesalan muncul, semua sudah terlambat. Itulah kiranya yang dirasakan pasangan Khaerudin (45) dan Aminah (38), nelayan Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
Petaka bisa terjadi kapan pun. Dan, ketika penyesalan muncul, semua sudah terlambat. Itulah kiranya yang dirasakan pasangan Khaerudin (45) dan Aminah (38), nelayan Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Mereka kehilangan Maulana (8), anak mereka, saat ditinggalkan sendirian di rumah.
Maulana tewas setelah kebakaran melanda rumah mereka, Senin (12/8/2019) malam. Saat si jago merah melalap habis rumah non-permanen berukuran 5 meter x 9 meter itu, Maulana sedang tidur sendirian di rumah.
Malam itu, Khaerudin tengah memperbaiki perahu sembari mencari kepiting di pinggir pantai. Sementara Aminah sedang pergi ke kampung halaman di Pulau Jawa untuk bertakziah ke rumah orangtuanya yang belum lama meninggal.
Para tetangga yang menolong memadamkan api pun tak menyadari Maulana terjebak api di dalam rumahnya. Saat Khaerudin pulang, api sudah membesar dan Maulana terlambat diselamatkan.
”Saat kejadian, orangtuanya sedang tidak berada di rumah. Korban diduga sedang tidur sehingga tidak bisa diselamatkan,” kata Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Kabupaten Lampung Selatan Rully Fikriansyah.
Saat berkunjung ke rumah Khaerudin, Selasa (13/8/2019), Rully juga tak mampu menahan air matanya. Sebagai komandan tim pemadam kebakaran, Rully merasa kali ini tidak bisa berbuat banyak untuk menolong bocah mungil itu.
Rully menyayangkan tak ada warga yang melapor tentang insiden kebakaran tersebut. Akibatnya, tim pemadam kebakaran tidak bisa datang secepatnya untuk menolong korban dan memadamkan api. Tim pemadam kebakaran baru mendapat informasi tentang musibah kebakaran yang merenggut nyawa Maulana pada Selasa pagi.
Saat kejadian, Khaerudin bersama tetangga sekitarnya berusaha memadamkan api itu tanpa bantuan petugas. Api akhirnya dapat dipadamkan dan tidak menjalar ke rumah warga lain. Namun, nyawa Maulana tak tertolong.
Menurut Rully, pihaknya belum dapat memastikan penyebab pasti kebakaran tersebut. Saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan telah berkoordinasi dengan Kepolisian Resor Lampung Selatan untuk menyelidiki kasus ini. Petugas belum bisa meminta banyak keterangan kepada pihak keluarga karena sedang berduka.
Psikolog yang juga dosen bimbingan konseling di Universitas Lampung, Diah Utaminingsih, menuturkan, musibah itu dapat menjadi pelajaran bagi orangtua lain agar lebih berhati-hati saat meninggalkan anak. Jika terpaksa harus meninggalkan anak di rumah, sebaiknya ada orang dewasa yang bisa menggantikan peran orangtua untuk mendampingi anak.
Dalam keadaan panik, anak belum bisa mengambil keputusan secara tepat. Bahkan, anak-anak mungkin saja tidak menyadari sedang berada dalam kondisi yang mengancam nyawanya.
Diah menjelaskan, dalam keadaan panik, anak belum bisa mengambil keputusan secara tepat. Bahkan, anak-anak mungkin saja tidak menyadari sedang berada dalam kondisi yang mengancam nyawanya.
”Sistem alarm anak-anak juga belum berfungsi baik. Dalam kondisi bahaya, anak-anak mungkin saja berteriak dan berusaha meminta tolong, tapi ada juga anak yang hanya diam,” katanya.
Ia menambahkan, pengasuhan terhadap anak harus tetap menjadi prioritas setiap orangtua, terlepas dari kalangan ekonomi bawah, menengah, ataupun atas. Sebab, petaka bisa datang kapan saja. Pendampingan dari orangtua atau orang dewasa lainnya amat dibutuhkan demi memastikan keselamatan jiwa anak.