Simulasi Evakuasi Warga di Lereng Gunung Slamet Segera Dilakukan
›
Simulasi Evakuasi Warga di...
Iklan
Simulasi Evakuasi Warga di Lereng Gunung Slamet Segera Dilakukan
Pemerintah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, berencana melakukan simulasi evakuasi bagi masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Slamet. Tujuannya, memastikan kesiapan masyarakat menghadapi bencana erupsi dan melihat kembali efektivitas rencana kontingensi Gunung Slamet.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, berencana melakukan simulasi evakuasi bagi masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Slamet. Tujuannya, memastikan kesiapan masyarakat menghadapi bencana erupsi dan melihat kembali efektivitas rencana kontingensi Gunung Slamet.
Hal tersebut dikemukakan Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Widodo Joko Mulyono seusai memimpin rapat koordinasi terkait antisipasi peningkatan aktivitas Gunung Slamet, Rabu (14/8/2019), di Ruang Rapat Gedung C Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal.
Menurut Joko, ada beberapa hal yang akan dilakukan pemerintah. Hal itu adalah menginformasikan kepada masyarakat terkait perkembangan status gunung, simulasi evakuasi warga, serta menata relevansi rencana kontingensi.
”Setelah 17 Agustus 2019, kami akan mengadakan rapat khusus membahas rencana simulasi itu. Rencananya, simulasi akan dilakukan di desa yang letaknya paling dekat dari Gunung Slamet,” ucap Joko.
Terkait rencana kontingensi, lanjutnya, jika masih relevan, pihaknya akan mengajukannya sebagai peraturan bupati dan prosedur tetap dalam mengatasi bencana Gunung Slamet di Kabupaten Tegal.
Kalau diibaratkan, status Gunung Slamet saat ini seperti halnya mendung. Mendung belum tentu hujan. Tetapi, kalau memang nanti hujan, setidaknya kita sudah menyiapkan payungnya.
Rencana kontingensi itu berisi jalur evakuasi, lokasi pengungsian yang aman, pendirian posko-posko bencana, hingga kekuatan sumber daya. Di sana, ikut dijelaskan juga tugas pihak-pihak terkait seperti pemerintah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI), dinas kesehatan, dinas sosial, aparat desa, serta masyarakat umum saat bencana terjadi.
”Kalau diibaratkan, status Gunung Slamet saat ini seperti halnya mendung. Mendung belum tentu hujan. Tetapi, kalau memang nanti hujan, setidaknya kita sudah menyiapkan payungnya,” ucap Joko.
Sementara itu, Koordinator Relawan BPBD Kabupaten Tegal Kartono mengatakan, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian sebelum simulasi. Hal itu seperti jumlah warga di sekitar lokasi yang berpotensi terdampak serta jalur evakuasi yang akan digunakan.
Menurut Kartono, di Kabupaten Tegal ada dua kawasan paling dekat dengan puncak kawah, yakni Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, dan Dukuh Liwung, Desa Kedawung, Kecamatan Bojong. Dukuh Sawangan berada sekitar 5,5 kilometer dari puncak gunung, sedangkan Dukuh Liwung sekitar 8 kilometer dari puncak gunung.
”Kami masih memantau aktivitas Gunung Slamet sambil terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Ketika statusnya dinaikkan menjadi Siaga, warga Dukuh Sawangan akan langsung kami evakuasi ke Lapangan Desa Tuwel di Kecamatan Bojong, seperti erupsi 2014,” tutur Kartono.
Ia menambahkan, jalur evakuasi yang digunakan saat Gunung Slamet erupsi pada 2014 kini sedang diperbaiki. Untuk mencapai lokasi pengungsian di Desa Tuwel, masyarakat harus memutar hingga 10 kilometer melalui jalan di Kabupaten Brebes. Padahal, jika melalui jalur sebelumnya, masyarakat hanya perlu menempuh perjalanan sejauh 4 kilometer.
Letusan abu
Petugas pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Muhammad Rusdi, mengatakan, sejak naik status menjadi Waspada pada 9 Agustus lalu, aktivitas kegempaan terus terjadi. Gempa tremor terekam dengan amplitudo dominan 1-2 milimeter.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kabupaten Tegal, Kaharudin, menyebutkan, belakangan ini, angin cenderung mengarah ke bagian barat daya, barat, dan barat laut. Kondisi angin tersebut berpotensi membuat abu vulkanik bergerak ke arah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes.
”Jika terjadi letusan abu, kami pasti akan memantau pergerakan abu vulkanik. Selain bisa mengganggu aktivitas penerbangan, abu vulkanik juga berisiko menimbulkan infeksi saluran pernapasan akut,” kata Kaharudin.
Untuk mengantisipasi adanya gangguan pernapasan jika terjadi letusan abu, PMI Kabupaten Tegal menyiapkan sekitar 4.000 masker yang akan dibagikan kepada masyarakat.