JAKARTA, KOMPAS — Penawaran imbal tunai atau poin merupakan strategi pemasaran yang ampuh untuk menjaring pengguna. Adapun dari sisi layanan, ragam transaksi ritel luar jaringan paling banyak disediakan penyedia jasa.
Untuk menggunakan aplikasi dompet elektronik, konsumen lebih banyak memakai fitur kode baca cepat atau QR Code. Kehadiran Standar Kode Baca Cepat Indonesia (QRIS) yang diterbitkan Bank Indonesia kian memudahkan masyarakat bertransaksi nontunai menggunakan dompet elektronik.
Riset iPrice yang berkolaborasi dengan App Annie menemukan Go-Pay sebagai aplikasi dompet elektronik dengan jumlah pengguna aktif bulanan terbanyak di Indonesia. Pencapaian ini dibukukan pada triwulan IV-2017 hingga triwulan II-2019.
iPrice adalah perusahaan teknologi yang membandingkan harga produk di laman pemasaran, sedangkan App Annie adalah perusahaan penyedia jasa analisis data. Kedua institusi itu menggunakan data pengunduhan aplikasi dan pengguna aktif bulanan di Google PlayStore dan Apple Store. Temuan ini diolah dan dianalisis dengan data sekunder.
Content Marketing Executive iPrice Vivin Dian Devita, Selasa (13/8/2019), di Jakarta, menjelaskan, aplikasi Go-Jek sebenarnya tidak masuk kategori aplikasi keuangan. Namun, sekitar 70 persen transaksi layanan Go-Jek menggunakan Go-Pay. Di layanan pesan antar makanan Go-Food, Go-Pay sudah menjadi metode pembayaran utama.
iPrice dan App Annie merinci 10 aplikasi dompet elektronik dengan jumlah unduh terbanyak dan pengguna bulanan aktif terbesar, baik dari perusahaan teknologi, ritel, maupun perbankan.
Pada triwulan IV-2017, Go-Pay diikuti LinkAja, OVO, GoMobile oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk, Jenius dari PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Doku, Sakuku milik PT Bank Central Asia Tbk, Uangku, Mega Mobile, dan iSaku milik Indomaret.
Pada triwulan II-2019, Go-Pay tetap di urutan teratas. Namun, daftar berikutnya berubah, yakni OVO, DANA, LinkAja, Jenius, GoMobile, iSaku, Sakuku, Doku, dan PayTren.
”Sebagian besar penyedia dompet elektronik berlomba-lomba menawarkan berbagai jenis jasa transaksi,” kata Vivin.
Kerja sama
Secara terpisah, layanan logistik JNE mengumumkan kerja sama dengan Go-Pay. Kerja sama ini untuk memudahkan dan mengefisienkan transaksi.
”Kemudahan bertransaksi sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah yang mendorong gerakan masyarakat nontunai,” ujar VP Marketing JNE Eri Palgunadi di Jakarta, Selasa.
Kemudahan bertransaksi sudah menjadi kebutuhan masyarakat.
Eri mengutip laporan McKinsey yang menyebutkan, pasar penjualan dalam jaringan akan tumbuh 8 kali lipat pada 2017-2022, dengan nilai 40 miliar dollar AS pada 2022 .
”Diperkirakan, industri logistik di Tanah Air tumbuh 14,7 persen dan potensinya terus tumbuh seiring pertumbuhan bisnis daring dan ekonomi digital. Pada 2017, sebanyak 800 juta paket beredar di Indonesia, yang sebagian besar di antaranya dari bisnis daring,” tutur Eri.
Head of Offline Payments Go-Pay Ardelia Apti mengatakan, Go-Pay dan JNE mendukung perkembangan pelaku perdagangan daring, yang sebagian besar merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Kerja sama Go-Pay dengan JNE memperkuat posisi Go-Pay sebagai pemimpin pembayaran digital Tanah Air. Saat ini, Go-Pay bisa diterima di 420.000 rekan usaha, yang 90 persen di antaranya UMKM,” ucap Ardelia.