Warga terus menumpuk karung berisi tanah dan sisa puing di tepi badan Sungai Ciliwung yang berada di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Akibatnya, badan sungai yang kerap banjir tersebut, menyempit. Padahal kawasan itu masuk dalam bagian proyek normalisasi Sungai Ciliwung.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY dan NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga terus menumpuk karung berisi tanah dan sisa puing di tepi badan Sungai Ciliwung yang berada di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Akibatnya, badan sungai yang kerap banjir tersebut menyempit. Padahal, kawasan itu masuk dalam proyek normalisasi Sungai Ciliwung.
Berdasarkan pengamatan Kompas, Kamis (15/8/2019), tumpukan karung dan sisa puing di tepi badan Sungai Ciliwung itu persisnya berada di kawasan RW 007 dan RW 008, Jalan Tanah Rendah, Kampung Melayu, Jatinegara. Tumpukan sudah setinggi sekitar 3 meter dari permukaan sungai.
Warga akan menggunakan tumpukan tersebut untuk fondasi rumah. Sebagian lagi, menumpuk karung dan sisa puing untuk melindungi rumah di bantaran sungai dari air sungai.
Ketua RT 004 RW 008 Budi Kristomo mengatakan, tumpukan karung dan sisa puing berasal dari rumah warga yang roboh diterjang banjir setinggi 2 meter, beberapa waktu lalu.
”Sudah mulai ditumpuk beberapa bulan terakhir. Asalnya dari bangunan rumah yang roboh karena banjir. Menurut rencana, warga akan bangun lagi rumah di atas tumpukan itu,” ujar Budi di Kampung Melayu, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Berdasarkan informasi Ketua RW 008 Tamsis, ada 49 rumah di RW 008 yang berdiri di bantaran sungai. Warga menumpuk material tersebut karena khawatir rumahnya roboh tergerus oleh aliran sungai.
”Bantaran sungai terkikis sedikit demi sedikit. Warga khawatir rumah mereka roboh,” kata Tamsis.
Sulit membongkar
Kepala Satuan Pelaksana Kerja Badan Air Jakarta Timur Leo Tantino, ketika meninjau ke lokasi, menyayangkan aktivitas warga tersebut. Seharusnya tidak ada aktivitas pembangunan di bantaran sungai apalagi sebagian besar pembangunan tersebut terlihat di badan sungai.
Tumpukan karung dan puing itu harus dibersihkan. Namun, untuk itu, tidak mudah. Sebab, tidak ada akses bagi alat berat untuk masuk ke lokasi. Bantaran sungai tertutup permukiman padat penduduk.
”Ada alat berat, tetapi jalur masuknya susah. Kalau sampah, bisa langsung dialirkan ke Manggarai dan di sana sudah siap pasukan pengangkut,” kata Leo.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf juga menyayangkan aktivitas warga di bantaran kali tersebut. Sebab, tumpukan karung dan puing akan menghambat kelancaran arus Sungai Ciliwung. Imbasnya, jika musim hujan tiba, banjir bisa lebih parah di daerah tersebut.
Juaini tak dapat memastikan kapan tumpukan karung dan puing itu bisa dibongkar. Dia berdalih, harus mengecek terlebih dahulu status wilayah itu apakah sudah dibebaskan oleh pemerintah atau belum. Kawasan tersebut merupakan bagian dari proyek normalisasi Ciliwung.
”Nanti kami cek keabsahannya. Nanti kami cek apakah lokasi yang ada sudah dibebaskan apa belum. Kalau sudah dibebaskan, kami tinggal koordinasi dengan aparat kelurahan dan kecamatan untuk merelokasi hunian yang ada,” ujar Juaini.
Sodetan Ciliwung
Tahun 2019, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane dan Pemerintah DKI akan melanjutkan pengerjaan sodetan Ciliwung. Pengerjaan sodetan akan melewati empat kelurahan. Empat kelurahan itu berada di dua wilayah administratif, yakni Jakarta Selatan (Pejaten Timur dan Tanjung Barat) serta Jakarta Timur (Cililitan dan Balekambang). Total ada 118 bidang yang akan dibebaskan dengan anggaran sekitar Rp 160 miliar.
Pada 2020, anggaran pembebasan lahan untuk pengerjaan sodetan Ciliwung sekitar Rp 600 miliar.
”Anggaran itu meliputi pembebasan sungai dan waduk. Kalau yang di Kelurahan Kampung Melayu itu, memang belum dibebaskan tanahnya, yang kira-kira suratnya sudah lengkap, di tahun depan, itulah yang kami dahulukan bayar,” tutur Juaini.
Di kesempatan terpisah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meminta Wali Kota Jakarta Timur M Anwar untuk menyelesaikan permasalahan di bantaran Sungai Ciliwung tersebut. Anies pun tak bisa memastikan apakah tumpukan karung dan puing itu akan dibongkar atau tidak.
”Kita lihat nanti perkembangannya seperti apa. Jadi, nanti liat hasilnya dulu,” kata Anies.