Gerakan Pramuka diharapkan dapat membentuk karakter manusia Indonesia yang memberikan teladan untuk menyikapi keberagaman di Tanah Air. Kekuatan dan kecakapan setiap anggota Pramuka diharapkan juga dapat menjaga kelestarian alam dan tumpah darah Indonesia.
Oleh
INA/DNE/SYA/NSA/HRS/RTG
·3 menit baca
Presiden Jokowi, pada ulang tahun Gerakan Pramuka Indonesia, berharap Pramuka memberikan teladan menyikapi keberagaman dan melawan intoleransi di Tanah Air.
JAKARTA, KOMPAS — Gerakan Pramuka diharapkan dapat membentuk karakter manusia Indonesia yang memberikan teladan untuk menyikapi keberagaman di Tanah Air. Kekuatan dan kecakapan setiap anggota Pramuka diharapkan juga dapat menjaga kelestarian alam dan tumpah darah Indonesia.
Kedua pesan ini muncul saat peringatan Hari Jadi Ke-58 Gerakan Pramuka Indonesia di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta, Rabu (14/8/2019). Apel besar memperingati 58 tahun Hari Pramuka ini dipimpin Presiden Joko Widodo sebagai Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka.
Selain Ibu Negara Iriana Joko Widodo, hadir pula Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy; Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri; Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto; dan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Tito Karnavian.
Tema ”Bersama Segenap Komponen Bangsa Gerakan Pramuka Siap Sedia Membangun Keutuhan NKRI” dinilai Presiden Jokowi tepat menyikapi situasi dan dinamika berbangsa dan bernegara saat ini. Masalah yang dihadapi Pramuka bukan hanya maraknya penyalahgunaan narkoba, melainkan juga tawuran, intoleransi, media sosial yang penuh berita bohong dan ujaran kebencian. Karena itu, Gerakan Pramuka yang menekankan pendidikan dan pembentukan karakter sangat penting dalam menanggulangi masalah itu.
Dari rahim Pramuka, kata Presiden Jokowi, akan lahir generasi muda yang suka menolong, tabah, cinta Tanah Air, berani dan siap mempertahankan keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Peringatan Hari Pramuka kali ini mengambil tema ”Gerakan Pramuka Bersama Segenap Komponen Bangsa Siap Sedia Membangun Keutuhan NKRI”. Kenyataan Indonesia sebagai bangsa beragam, yang terdiri atas 714 suku dan lebih dari 1.100 bahasa daerah, kata Presiden Jokowi, semestinya disyukuri. Menyikapi keberagaman ini, Pramuka dapat memberikan contoh keberagaman yang justru memperindah dan menyatukan seluruh Pramuka.
”Perbedaan ras, suku, dan golongan dalam Pramuka bisa menyatu, bermusyarawah dalam semangat perdamaian sesuai semboyan kita, Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Presiden Jokowi.
Tak hanya itu, kata Presiden, Gerakan Pramuka juga memberikan teladan semangat cinta alam dan menyayangi sesama. Hal itu ditunjukkan dengan penggunaan bambu, kayu, dan tali-temali untuk membuat panggung para tamu, serta berbagai hiasan dekorasi.
Tenda panggung kehormatan disangga kaki tiga dan dinaungi kain terpal. Dekorasi berbentuk burung garuda ini dibuat dari keterampilan pioneering, tali-temali, dan bambu. Ada pula rumah kaki seribu khas Papua Barat disebut pioneering asli Indonesia.
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Komisaris Jenderal Budi Waseso menjelaskan, peringatan hari jadi ini melibatkan lebih dari 10.106 anggota Pramuka mulai dari Penggalang, Penegak, Pandega, dan Pembina, baik sebagai peserta upacara, penyelenggara, maupun penampil.
Dalam acara itu, Ketua Kwarnas juga menganugerahkan lencana tunas kencana, penghargaan tertinggi Gerakan Pramuka, kepada Presiden Joko Widodo. Lencana itu biasanya diberikan kepada kepala negara dan sejumlah tokoh.
Berwawasan holistik
Secara terpisah, Andalan Nasional Gerakan Pramuka, Brata Tryana Hardjosubroto, mengatakan, Pramuka akan terus relevan karena subyeknya membentuk peserta didik menjadi calon pemimpin berwawasan holistik.
”Secanggih apa pun revolusi industri, tujuannya memajukan manusia dan membuat hidup manusia lebih nyaman dan aman, bukan menjadikan manusia obyek untuk dieksploitasi,” kata Brata saat dihubungi terpisah.
Perkembangan peradaban, dinilai Brata, menitikberatkan pada perkembangan manusia dengan teknologi sebagai alat bantu. Teknologi tak akan bisa menggantikan kebijaksanaan, empati, dan kerja sama. Pramuka memupuk dan mematangkan karakter dalam diri siswa yang kelak menjadi pengguna dan pencipta teknologi.
Kepala Sekolah SMPN 58 Jakarta Budiyana menyatakan, praktiknya, tiga tanggung jawab Pramuka, yaitu kepada Tuhan, diri sendiri, dan sesama, diterapkan dalam pemelajaran keseharian dan kegiatan ekstrakurikuler. ”Kita berhadapan dengan kehidupan yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis, solutif, dan kreatif,” katanya.