Liverpool memutus tren buruk dalam adu penalti selama dilatih Juergen Klopp setelah mengalahkan Chelsea pada Piala Super Eropa di Stadion Besiktas Park, Istanbul, Turki, Kamis (15/8/2019) dini hari. ”The Reds” menang adu penalti dengan skor 5-4 setelah imbang 2-2 pada waktu normal dan babak tambahan waktu.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·4 menit baca
ISTANBUL, KAMIS — Liverpool memutus tren buruk dalam adu penalti selama dilatih Juergen Klopp setelah mengalahkan Chelsea pada Piala Super Eropa di Stadion Besiktas Park, Istanbul, Turki, Kamis (15/8/2019) dini hari. ”The Reds” menang adu penalti dengan skor 5-4 setelah imbang 2-2 pada waktu normal dan babak tambahan waktu.
Menjelang adu penalti, Klopp cukup tegang menghadapi situasi itu. Sebelumnya, ia dua kali gagal dalam laga yang berakhir pada dua penalti pada partai final. Kegagalan itu terjadi pada final Piala Liga 2016 melawan Manchester City dan adu penalti pada laga Community Shield 2019.
Klopp mengakui, laga melawan Chelsea tidak mudah karena tim lawan juga menginginkan kemenangan. ”Tidak ada seorang pun di stadion yang menginginkan perpanjangan waktu, itu adalah pembunuh. Saya tidak yakin dengan penalti, tetapi siapa yang peduli sekarang. Kami harus bertarung dan anak-anak melakukannya malam ini,” ujar Klopp.
Pada babak adu penalti, kiper Liverpool, Adrian, menjadi pahlawan setelah menghadang tendangan striker Chelsea, Tammy Abraham, dengan kakinya. Padahal, penjaga gawang asal Spanyol tersebut telah bergerak ke sudut kiri gawang, sedangkan tendangan Abraham melaju di sisi tengah.
Penyelamatan itu mengingatkan laga dramatis final Liga Champions 2005 di kota yang sama ketika Liverpool mengalahkan AC Milan. Saat itu, Liverpool keluar sebagai juara setelah Jerzy Dudek mampu menahan tendangan Andriy Shevchenko. Padahal, Dudek telah bergerak ke sisi kanan gawang, sedangkan tendangan Shevchenko mengarah ke tengah.
Refleks kiper asal Polandia tersebut sangat cepat. Dudek menggerakkan tangan ke sisi tengah gawang sehingga ia dapat menahan bola dengan telapak tangannya. Sementara Adrian memiliki refleks yang cepat dengan menggerakkan kakinya ke tengah setelah bergerak ke sisi kiri gawang.
Selama laga, Adrian mampu menjawab keraguan orang pada kemampuannya. Ia datang ke Liverpool pada bursa transfer musim panas ini secara gratis untuk menggantikan posisi Simon Mignolet yang hengkang ke Cub Brugge.
Adrian hanya diplot sebagai pelapis kiper utama asal Brasil, Alisson Becker, yang tidak bisa tampil pada pertandingan ini karena cedera saat melawan Norwich City pada pertandingan perdana Liga Inggris. Namun, penampilannya saat melawan Chelsea di luar dugaan. Ia mampu menggagalkan beberapa peluang emas Chelsea.
Dua gol yang bersarang ke gawangnya terjadi karena Olivier Giroud telah berdiri bebas tanpa pengawalan di depan gawang dan melalui tendangan penalti Jorginho. Jika penampilannya konsisten seperti saat melawan klub asal London tersebut, ia bisa menjadi ancaman besar bagi Alisson.
”Selamat datang di Liverpool. Ini pekan yang gila. Saya benar-benar bahagia untuk tim, saya senang bermain untuk Liverpool dan bahagia untuk para penggemar. Ini adalah laga yang panjang, tetapi akhirnya kami mendapatkan hasil yang bagus,” kata Adrian.
Selain Adrian, Liverpool juga patut berterima kasih pada Sadio Mane dan Roberto Firmino. Mane menyumbangkan dua gol pada pertandingan ini, meskipun terlihat kelelahan setelah membela tim nasional Senegal pada Piala Afrika. Kedua gol tersebut tercipta hasil umpan Firmino yang baru masuk pada babak kedua.
Kegagalan Lampard memberikan piala perdana untuk Chelsea sebagai manajer menambah panjang rasa penasarannya untuk mengangkat Piala Super Eropa tersebut. Selama menjadi pemain, ia juga gagal mengangkat piala tersebut meskipun memiliki peluang untuk meraihnya pada 2012 dan 2013.
Pada laga itu, sebenarnya Lampard berpeluang mengakhiri rasa penasarannya itu. Strategi yang ia terapkan mampu mematikan permainan Liverpool yang mengandalkan penguasaan bola. Anak asuhnya sangat disiplin menjaga wilayahnya dan jarak antarpemain tidak terlalu jauh sehingga menyulitkan pemain Liverpool untuk mengembangkan permainan. Umpan-umpan terobosan dari lini tengah sering membahayakan pertahanan Liverpool.
Duet bek Liverpol Joel Matip dan Virgil van Dijk seperti kesulitan menghadang laju bola hasil umpan terobosan yang dilepaskan Pedro dan Christian Pulisic. Beruntung, Liverpool hanya kebobolan satu gol yang diciptakan Giroud setelah menerima umpan terobosan Pulisic.
Kegagalan Lampard pada laga ini memperpanjang hasil buruk Chelsea pada awal musim. Sebelumnya, mereka dibantai empat gol tanpa balas oleh Manchester United pada laga perdana Liga Inggris. Akan tetapi, ia masih percaya bahwa anak asuhnya mampu bangkit pada pertandingan selanjutnya. Mantan gelandang Inggris tersebut melihat permainan Chelsea pada malam ini meningkat dibandingkan saat melawan Manchester United.
”Saya tidak punya apa-apa selain rasa bangga dan percaya pada kinerja tim. Setelah hari Minggu (melawan Manchester United), kami berada di level lain pada malam ini. Namun, kami tidak beruntung sehingga gagal menang,” kata Lampard.
Ia ingin segera melupakan pertandingan malam ini dan menatap tiga pertandingan selanjutnya sebelum jeda internasional. Pada bulan Agustus, Chelsea akan menghadapi Leicester City, Norwich City, dan Sheffield United di Liga Inggris.
Lampard memiliki peluang besar untuk sapu bersih tiga laga tersebut sebab dua klub yang disebut terakhir merupakan tim promosi. Sementara pada pertandingan melawan Leicester, Lampard akan mendapatkan dukungan yang besar dari para pendukungnya karena akan berlangsung di kandang mereka, Stamford Bridge, London. (AFP/REUTERS)