Koalisi Pecah, Italia Dilanda Krisis Politik
Koalisi dua partai besar, Partai Liga dan Lima Bintang, yang sama-sama populis, pecah. Matteo Salvini berupaya agar terjadi percepatan pemilu.
Roma, Rabu Italia kembali diguncang krisis politik setelah koalisi antara partai ekstrem kanan Partai Liga dan Partai Lima Bintang kolaps. Terbuka kemungkinan terjadi percepatan pemilu.
Perpecahan itu berawal ketika Wakil Perdana Menteri, yang juga Mendagri dan pemimpin Partai Liga, Matteo Salvini, menyatakan tidak lagi mendukung PM Giuseppe Conte yang dipilih oleh Lima Bintang. Salvini langsung mendorong parlemen untuk melakukan mosi tidak percaya.
Salvini berharap Conte akan kalah dalam voting sehingga bisa terjadi percepatan pemilu. Dengan percepatan pemilu, Salvini yakin partainya akan menang dan ia bisa menjadi perdana menteri.
Namun, perkembangan tidak semulus yang diprediksi Salvini. Rabu (14/8/2019), para senator di Majelis Tinggi saling membangun aliansi. Kubu Salvini berupaya agar para senator menyusun langkah bagi mosi tidak percaya pada pekan ini.
Untuk sementara, Majelis Tinggi meminta agar PM Conte memberikan penjelasan pada 20 Agustus.. Setelah itu masih belum jelas, apakah proses mosi tidak percaya akan berlanjut.
Jika terjadi mosi tidak percaya dan Conte kalah, Conte harus mengajukan pengunduran diri pada Presiden Sergio Mattarella. Percepatan pemilu baru bisa terjadi jika Mattarella membubarkan parlemen. Setelah parlemen bubar, barulah pemilu dilakukan dalam rentang 45-70 hari sesudahnya.
Strategi Salvini
Salvini yang populer di Italia karena kebijakannya menyetop masuknya imigran ke Italia dan mengusir imigran ilegal yang ada di Italia kemarin melakukan langkah kejutan.
Setelah menyatakan tak akan mendukung lagi Lima Bintang, Salvini justru menawarkan akan mengajukan RUU untuk mengurangi jumlah parlemen di Italia dari 950 orang menjadi 605 orang. Pengurangan jumlah anggota parlemen yang digaji tinggi itu merupakan bagian dari reformasi legislatif yang dimotori Lima Bintang.
Sebagai imbalannya, Salvini meminta agar Lima Bintang mendukung gagasannya untuk melakukan percepatan pemilu. ”Mari kita voting untuk memangkas 345 anggota parlemen, dan setelah itu langsung adakan percepatan pemilu,” kata Salvini.
Pemimpin Lima Bintang Luigi Di Maio menyambut baik tawaran Salvini, tetapi ia menegaskan bahwa percepatan pemilu merupakan keputusan Presiden Sergio Mattarella. ”Negeri ini sudah lama menanti. Pekan depan kita pangkas 345 anggota parlemen,” kata Di Maio.
Persoalannya, kubu oposisi yang dimotori oleh mantan PM Matteo Renzi dari Partai Demokrat juga mendekat ke Lima Bintang untuk membentuk aliansi baru dan mengalahkan kubu Salvini.
Kubu Lima Bintang, Partai Demokrat, dan beberapa partai lainnya telah membicarakan kemungkinan pemerintahan transisi meloloskan RUU reformasi parlemen dan juga RUU Anggaran. Jika RUU Anggaran lolos, kenaikan otomatis Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang semakin menyulitkan kelompok ekonomi lemah, bisa dihindari.
Di Maio juga menyentil soal loyalitas Salvini yang mendadak memutuskan koalisi dengan Lima Bintang. ”Pertemanan itu hal serius. Itu adalah nilai fundamental dalam kehidupan. Teman sejati akan selalu setia,” kata Di Maio.
Adapun pemimpin oposisi Matteo Renzi mengingatkan, percepatan pemilu merupakan mimpi buruk dan akan membawa Italia ke arah resesi ekonomi. ”Para anggota parlemen harus menghadang Salvini. Kita memiliki kesempatan mengubah arah,” kata Renzi yang mengajak Lima Bintang berkoalisi.
Kubu Salvini juga melakukan manuver dengan mengajak partai pimpinan mantan PM Silvio Berlusconi, Forza Italia, beraliansi. Namun, jika aliansi ini terjadi, tetap belum mencapai mayoritas di parlemen.
Migran
Perbedaan pandangan di antara negara-negara Uni Eropa tentang bagaimana menangani migran semakin besar setelah Partai Liga memenangi pemilu Italia. Salvini telah mengeluarkan aturan yang melarang perahu migran memasuki pelabuhan Italia dan juga akan menghukum perahu-perahu organisasi swasta yang mencoba menyelamatkan migran.
Saat ini ada dua perahu dengan sekitar 500 penumpang migran yang terapung-apung di Laut Tengah. Lokasi pelabuhan terdekat adalah Lampedusa, tetapi otoritas Italia menutup pintunya. Malta juga melakukan hal serupa karena menganggap posisi migran berada di perairan Italia. Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) kemarin mengimbau Pemerintah Eropa agar membuka pintu bagi pengungsi.
(AP/REUTERS/MYR)