Pembasahan Gambut Dilakukan meski Dinilai Terlambat
›
Pembasahan Gambut Dilakukan...
Iklan
Pembasahan Gambut Dilakukan meski Dinilai Terlambat
Pembasahan lahan gambut yang kering terus dilakukan meski dinilai terlambat. Kebakaran yang awalnya hanya di Kabupaten Pulang Pisau kini merembet hingga Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS — Pembasahan lahan gambut yang kering terus dilakukan meski dinilai terlambat. Kebakaran yang awalnya terpusat di Pulang Pisau kini merembet ke Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Kamis (15/8/2019) siang, kebakaran besar terjadi di wilayah Kelurahan Kameloh Baru, Kecamatan Sabangau, Kota Palangkaraya. Sebelumnya wilayah ini belum tersentuh api. Api diduga berasal dari kebakaran desa tetangganya, Desa Tanjung Taruna, Kabupaten Pulang Pisau. Wilayah yang terbakar merupakan wilayah perbatasan antara Kota Palangkaraya dan Kabupaten Pulang Pisau.
Selain di Kameloh, kebakaran juga terjadi di wilayah Kalampangan, Kecamatan Sabangau, Kota Palangkaraya. Baik Kameloh Baru maupun Kalampangan masih berada di jalur yang sama dengan Desa Tanjung Taruna dan hanya berjarak 2-4 kilometer.
Tak ada sumur bor di Kameloh Baru ataupun di sekitar Kalampangan. Terlihat tiga petugas dari Manggala Agni mencoba memadamkan api yang mendekati badan jalan, mengancam beberapa tiang listrik dan rumah warga.
Sugianto (56), warga Kameloh Baru, menyayangkan kejadian kebakaran di wilayah perbatasan antara Kota Palangkaraya dan Pulang Pisau. ”Sudah kami laporkan, tetapi petugas, kan, sibuk memadamkan juga di beberapa tempat, apalagi di Tanjung Taruna masih banyak titik apinya,” ucapnya.
Di Tanjung Taruna, Masyarakat Peduli Api (MPA) dari sejumlah desa berkumpul untuk membantu masyarakat di Desa Tanjung Taruna dalam menangani kebakaran. Di lokasi ini kebakaran terjadi sejak 1 Juli 2019.
Sudah kami laporkan, tetapi petugas, kan, sibuk memadamkan juga di beberapa tempat, apalagi di Tanjung Taruna masih banyak titik apinya.
Sedikitnya terdapat 182 warga dari MPA sekitar Pulang Pisau yang turun ke Tanjung Taruna untuk memadamkan api yang masih berada di dalam tanah gambut. sebagian lagi membasahi lahan kering sekaligus memeriksa sumur-sumur bor yang dibuat sejak 2017 dan 2018.
Kepala Subkelompok Kerja Badan Restorasi Gambut (BRG) Wilayah Kalteng Abdul Kodir mengungkapkan, selama empat hari belakangan pihaknya terus melakukan pembasahan gambut kering yang terancam terbakar. Selain membasahi gambut kering, pihaknya juga terus melakukan pemadaman di lokasi terbakar.
”Kami melakukan pembasahan karena memang tugas BRG itu mitigasi selain memadamkan gambut terbakar, sekaligus menguji sumur bor yang sudah dibangun, dan semua berfungsi dengan baik,” kata Kodir.
Dari pantauan, beberapa sumur bor tidak digunakan karena ikut terbakar. Di wilayah sumur bor yang berfungsi pun api di dalam gambut masih membara.
”Karena infrastruktur yang sudah kami bangun ini diberikan ke masyarakat, kami berharap pemerintah desa bisa menggunakan dana desa untuk mengoperasikan ini tiap tahun,” ujar Kodir.
Sekretaris Desa Tanjung Taruna Abdullah Unjung di Pulang Pisau mengungkapkan, api meluas karena masyarakat tidak bisa mendekati sumber api yang jauh dari jalan. Selain sumber api yang terlalu jauh, MPA juga tidak bisa beroperasi maksimal karena tidak ada biaya operasional.
”Mereka kerja dari pagi hingga malam. Setelah BBM habis dan tidak bisa lagi, bagaimana mau hidupkan mesin dan bekerja,” kata Abdullah.
Selain kebakaran yang kian meluas di Pulang Pisau, kebakaran juga muncul di titik-titik baru di Kota Palangkaraya, seperti di Jalan Tjilik Riwut yang merupakan jalur Trans-Kalimantan. Artinya, kebakaran sudah mengelilingi Kota Palangkaraya mulai dari utara, barat, timur, hingga bagian selatan kota.
Sampai saat ini, data dari Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana Provinsi Kalteng menunjukkan luas kebakaran meningkat dari bulan Juli ke Agustus. Selama bulan Juli, luas kebakaran mencapai 1.162,62 hektar, lalu meningkat selama Agustus menjadi 1.711,92 hektar.
Kejadian kebakaran selama Agustus juga mencapai 464 kali kejadian, lebih banyak 110 kali dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebanyak 354 kali kejadian.
Belum maksimal
Dari hasil pemantauan yang dilakukan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng dan jaringannya, penanganan dan pencegahan kebakaran belum maksimal. Apalagi, saat ini kabut asap masih menutupi Kota Palangkaraya.
”Kami apresiasi upaya pemadaman saat ini, tentu saja apabila dukungan infrastruktur yang tidak memadai malah akan menghambat proses pemadaman,” ujar Direktur Walhi Kalteng Dimas Novian Hartono.
Ia menambahkan, pemerintah juga harus membuka data dan informasi perusahaan pemegang konsesi yang belum menjalankan kewajibannya dalam peristiwa kebakaran hutan dan lahan.