Tersebarnya lokasi SEA Games 2019 menjadi isu utama kontingen Indonesia di Filipina. Clark City tak mudah dijangkau dari Jakarta, sehingga KOI mempertimbangkan sewa pesawat.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Komite Olimpiade Indonesia (KOI) mengantisipasi jarak, waktu, dan anggaran, dalam mengirim Kontingen Indonesia pada SEA Games 2019. Sewa pesawat menjadi salah satu pertimbangan untuk memastikan atlet tidak kelelahan selama perjalanan ke Filipina.
SEA Games 2019 berlangsung pada 30 November-10 Desember 2019 di tiga wilayah di Filipina, yaitu Kota Metropolitan Manila, New Clark City, dan Subic City. Jarak dari Manila ke Clark City sekitar 102 kilometer. Adapun Manila ke Subic 167 km.
Pelaksana Tugas Sekretaris Jendral KOI Hellen Sarita de Lima mengatakan, perjalanan dari Jakarta ke Clark City tergolong sulit. ”Tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Clark City. Kalau melalui jalur darat, perjalanan dari Manila ke Clark City bisa memakan waktu hingga 4,5 jam dengan pengawalan. Tanpa pengawalan bisa lebih lama,” ujarnya di Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Oleh karena itu, menurut Hellen, pihaknya mempertimbangkan menyewa pesawat dari Jakarta langsung ke Clark City untuk memastikan tim ”Merah Putih” tidak kelelahan selama perjalanan. Namun, faktor anggaran juga menjadi pertimbangan membuat kebijakan. ”Kalau tidak salah anggaran Rp 45 miliar. Kami masih menghitung agar tidak ada pembengkakan biaya. Kalau masih bisa jalan darat, mungkin lewat darat. Jadi, masih tahap hitung-hitungan,” kata dia.
Pesta olahraga antar negara Asia Tenggara itu diikuti 11 negara. SEA Games 2019 melombakan 56 cabang olahraga dengan 523 nomor pertandingan. Sebanyak 22 cabang dimainkan di Manila. Clark City menjadi tuan rumah untuk 21 cabang. Sisanya berada di Subic dan sekitarnya.
Upacara pembukaan memakai gedung serbaguna Philippine Arena di Ciudad de Victoria, Santa Maria, Bulacan, sekitar 30 kilometer dari Manila. Adapun upacara penutupan dilaksanakan di NCC Athletic Stadium, Clark City.
April lalu, sempat beredar kabar Filipina terancam gagal menjadi tuan rumah karena tidak mendapat anggaran yang cukup dari pemerintah. Situasi ini membuat resah pemimpin olahraga negara peserta.
Namun, berdasarkan peninjauan KOI, sejumlah arena pertandingan sudah siap digunakan, seperti untuk cabang renang dan e-sport. Wisma atlet juga sudah selesai dibangun.
”Sebelumnya kami khawatir karena Filipina punya banyak masalah internal. Kini persiapan arena sudah berjalan karena sudah ada campur tangan dari pemerintah,” ujar Hellen.
Kontingen Indonesia
Selain rencana keberangkatan, KOI tengah melakukan finalisasi kontingen. Indonesia mendaftarkan 52 cabang olahraga kepada Panitia Penyelenggara SEA Games 2019 (PHISGOC). Namun, KOI merekomendasikan ikut 36 cabang. Batas akhir pendaftaran nama atlet adalah 2 September.
Untuk menyeleksi dan menentukan nama atlet, KOI melakukan monitoring pada semua cabang olahraga. Kualitas pelatihan, program pelatnas, dan prestasi atlet akan dinilai. KOI bersama cabang olahraga akan menyeleksi atlet. Penetapan Kontingen Indonesia dilakukan oleh Kemenpora.
Kepala Bidang Olahraga Internasional Deputi IV Kemenpora Yayan Rubaeni mengatakan, Kontingen Indonesia terdiri dari 60 persen atlet yunior dan 40 persen senior. ”Atlet yunior yang dikirim harusnya yang bisa bersaing di level Asia Tenggara. Bukan berarti usia masih muda tetapi tidak punya potensi,” ujar Yayan.
Dia menjelaskan, potensi atlet harus dapat ditunjukkan dengan catatan hasil latihan dan kejuaraan level internasional yang diikuti. ”Ini agar ada bibit baru menuju Asian Games 2022 dan Olimpiade 2024. Pembibitan atlet ini harus dibentuk sejak sekarang,” katanya, sambil menekankan pengiriman atlet harus mengutamakan efisiensi.
“Ketika menyusun rencana anggaran, kami belum menemukan ada kendala jarak dan situasi geografis di Manila. Oleh karena itu, harus ada kebijakan efisiensi yang tepat sasaran dalam menentukan kontingen,” kata Yayan.