Sepanjang musim kemarau, potensi kebakaran hutan, perkebunan, dan lahan kosong di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, masih tinggi. Antisipasi dan penanganan pun dilakukan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS-Sepanjang musim kemarau, potensi kebakaran hutan, perkebunan, dan lahan kosong di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, masih tinggi. Antisipasi dan penanganan pun dilakukan dengan menyiagakan sebanyak 148 personel gabungan dan lima mobil pemadam kebakaran.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta, sepanjang tahun 2019 jumlah kejadian kebakaran lahan perkebunan dan hutan di Purwakarta meningkat saat memasuki musim kemarau.
Ada 110 laporan kejadian kebakaran di Purwakarta. Dari angka tersebut 46 di antaranya terjadi di perkebunan atau lahan kosong, 23 kejadian kebakaran menimpa rumah warga, dan 8 kejadian kebakaran terjadi pada kendaraan. Kebakaran di lahan kosong berlangsung pada bulan Juni (9), Juli (32), dan Agustus (5).
Pada tahun 2014 – 2018 jumlah laporan kejadian kebakaran di perkebunan atau hutan fluktuatif. Namun angka tersebut jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan objek terbakar lainnya. Pada 2014 ada sekitar 41 kejadian kebakaran di hutan atau perkebunan, di tahun 2015 meningkat menjadi 102 kejadian, dan menurun di tahun 2016 menjadi 5 kejadian. Kemudian jumlahnya meningkat menjadi 71 kejadian di tahun 2017 dan meningkat tajam pada 2018 menjadi 168 kejadian.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Dinas PKPB) Kabupaten Purwakarta Wahyu Wibisono, Kamis (15/8/2019), mengatakan, potensi kebakaran masih tinggi karena musim kemarau tahun ini lebih kering jika dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, bukan berarti jumlah kejadian kebakaran akan lebih banyak terjadi pada tahun ini. Faktor kelalaian manusia juga perlu diwaspadai karena kerap memicu kebakaran.
Pada tahun ini, pembakaran sampah dan lahan menjadi penyebab tertinggi dari terjadinya kebakaran, yakni 39 laporan atau 35,45 persen. Disusul dengan penyebab lainnya seperti arus pendek listrik sejumlah 21 kejadian (19,09 persen) dan puntung rokok sebanyak 16 kejadian (14,55 persen).
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, Dinas PKPB menyiagakan 148 personel gabungan yang terbagi dalam 14 regu. Mereka bertugas secara bergantian sepanjang 24 jam nonstop.
Adapun lima mobil pemadam kebakaran dengan kapasitas masing-masing 4.000 liter tersebar di sejumlah titik, yakni kantor Dinas PKPB (2 unit), Kecamatan Wanayasa (1), Cikopo (1), dan Kecamatan Plered (1).
Ada dua titik pipa sumber air (hydrant) yang bisa dimanfaatkan petugas saat stok air di mobil damkar menipis. Para petugas juga bisa memanfaatkan sumber air terdekat apabila kekurangan air, antara lain, waduk, sungai, dan embung.
Pada tahun ini, sekitar 25,45 persen kebakaran terjadi di Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Bungursari (14,55 persen), dan Kecamatan Sukatani (10 persen). Ketiga daerah itu memiliki karakteristik yang berbeda.
Di daerah Kecamatan Bungursari masih terdapat lahan kosong dengan ilalang, rerumputan, dan pohon kering yang tampak sepanjang jalan raya utama. Hal sama juga ditemui di Kecamatan Sukatani, masih banyak lahan perkebunan dan hutan dengan ilalang dan rumput kering. Adapun kawasan industri Kota Bukit Indah juga terdapat daerah rawan kebakaran lahan.
Partisipasi warga
Wahyu menyebutkan, kebakaran di lahan perkebunan atau hutan disebabkan puntung rokok yang dibuang sembarangan dan pembakaran sampah di lahan kosong. Tanpa mereka sadari, sumber api itu berpotensi menjalar ke area lahan kosong yang memiliki ilalang-ilalang dan pepohonan kering.
Untuk itu, peran masyakarat untuk mencegah dan menangani kebakaran hutan sangatlah penting. Upaya preventif adalah dengan menumbuhkan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar. Sementara, jika sedang terjadi, masyarakat diharapkan turut berpartisipasi dalam upaya pemadaman api sebelum petugas damkar tiba.
Camat Bungursari Harom meminta para warganya untuk memperhatikan potensi area yang sekiranya mudah terbakar. Ia juga meminta agar warga tidak membuang puntung rokok sembarangan dan membakar sampah di lahan kosong yang memiliki rumput atau ilalang kering.
Seandainya kebakaran terjadi, ia pun mengerahkan para warga untuk bahu-membahu memadamkan api semampunya. Hal itu dilakukan untuk mencegah kebakaran kian meluas. “Kerja sama para warga sangat dibutuhkan saat tim damkar belum datang. Kami harus berusaha terlebih dulu,” ujar Harom.