Bersama Membina Sepak Bola Tanah Air
”Ini kesempatan bagus bagi pemain muda untuk mengikuti program ini. Saya berharap banyak pemain dari Asia bisa berlaga di Eropa dan berbuat yang terbaik.”
Kata itu diucapkan Son Heung-min, gelandang klub Tottenham Hotspur (Spurs), di hadapan sejumlah peserta AIA China Youth Football Development Program dan petinggi AIA China di atap AIA Building The Bund berlantai 8, di Shanghai, China, Rabu (24/7/2019). Kegiatan ini bagian dari perayaan 100 tahun perusahaan asuransi AIA di Asia yang mana Spurs menjadi global principal partner-nya.
Bersama tiga rekannya, yakni Tanguy Ndombele, Moussa Sissoko, dan Harry Winks, Son berharap anak-anak di Asia bisa mengikuti jejaknya ”merumput” di Eropa. Bintang Spurs ini memang tengah bersinar dan namanya banyak dielukan. Dalam tiga musim terakhir, pria 27 tahun asal Korea Selatan ini telah mengoleksi 59 gol.
AIA China Youth Football Development Program sendiri merupakan pertanggungjawaban sosial perusahaan asuransi tersebut dalam rangka mendukung kesehatan sebagai gaya hidup, termasuk sepak bola di China. Bagaimana anak-anak yang menyukai sepak bola mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan untuk menjadi pemain sepak bola China di masa mendatang.
Berbicara tentang masa depan dan pembinaan sepak bola, tidak hanya di China, tetapi juga negara lain, termasuk Indonesia. Pembinaan sepak bola di Tanah Air sendiri berkembang dari waktu ke waktu. Sekolah-sekolah sepak bola (SSB) dan akademi bermunculan di banyak kota.
Pemain tim nasional, Andritany Ardhiyasa, mengatakan, dirinya sangat mendukung keberadaan SSB dan akademi sepak bola di Tanah Air. Selain mengarahkan anak melakukan kegiatan tidak menyimpang, di tempat itu mereka juga bisa mengasah keterampilan sehingga pada akhirnya bisa menjaring bibit-bibit muda pemain profesional.
”Tidak mungkin di setiap daerah tidak memiliki pemain bagus. Ini bisa didapat di SSB dan akademi,” katanya. Diakui oleh pemain yang sejak 2010 membela klub Persija Jakarta itu bahwa SSB memang masih memiliki kekurangan. Dia mencontohkan salah satu kendala yang dihadapi oleh SSB di Jakarta adalah soal fasilitas lapangan.
Andritany juga menyambut baik adanya event sepak bola yang kontinu. Hadirnya proakademi yang muncul akhir-akhir ini merupakan langkah positif. Kegiatan itu menjadi bagian dari pembinaan yang baik dan patut diapresiasi.
Adapun terkait pemain asing, Andritany—yang memulai karier sepak bola profesional di liga sejak 2008 dengan bergabung di Sriwijaya FC—punya pandangan tersendiri. Menurut dia, naturalisasi hanya untuk jangka pendek. Sementara yang dibutuhkan oleh tim nasional adalah jangka panjang.
Naturalisasi
”Bukannya tidak setuju dengan naturalisasi, tetapi naturalisasi hanya untuk jangka pendek. Sementara tim nasional butuh untuk jangka panjang. Itu yang perlu dilakukan,” kata Andritany yang menjadi Centennial Ambasador AIA Financial dan ikut datang ke Shanghai dalam rangka menjemput baton untuk perhelatan serupa di Indonesia pada 25 Agustus mendatang.
Menurut Andritany, naturalisasi cukup untuk pemain yang dibutuhkan oleh tim nasional saja. Sementara untuk pembinaan ke depan lebih baik melalui akademi karena dengan cara ini banyak talenta muda didapat. Dan mereka benar-benar anak Indonesia. Andritany yang menjabat Wakil Ketua Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) mengkritik kebiasaan kita yang ingin cepat memperoleh hasil. Kita selalu ingin instan, tidak ingin melalui prosesnya.
Dia menyinggung bagaimana seorang pelatih akhirnya dicoret lantaran gagal membawa tim meraih kemenangan. Seharusnya mereka diberi waktu lagi untuk mengejar target juara di tahun berikutnya. Baru setelah gagal lagi yang bersangkutan diganti orang lain.
”Lihat Jepang. Dia belajar ke Indonesia tahun 1993-1994. Jepang punya target 100 tahun ke depan juara Piala Dunia. Dan tahun 1998 dia masuk Piala Dunia. Jadi, lima tahun setelah belajar dari Indonesia (Jepang berhasil masuk Piala Dunia), memperbaiki semuanya, manajemen, lapangan, dan lainnya,” tuturnya.
Andritany menyambut baik keterlibatan pihak swasta dalam pembinaan sepak bola di Tanah Air selama mereka berbicara untuk masa depan dan kebaikan sepak bola Indonesia. Pembinaan sepak bola tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah dalam hal ini organisasi sepak bola terkait saja, tetapi juga membutuhkan keterlibatan pihak lain.
Head of Brand and Communication Marketing and Product Division PT AIA Financial Kathryn Monika Parapak mengatakan, pada tahun 2018 pihaknya meluncurkan program AIA Sepakbola untuk Negeri. Dalam program itu, pihaknya membagikan 10.000 bola pada 12 lokasi di Indonesia dan menjalankan coaching clinic dengan pelatih Tottenham Hotspur di kota-kota terakhir.
”Tahun ini, dalam rangka ulang tahun ke-100 AIA, kami membawa 100 anak dengan talenta terbaik di Indonesia untuk mengikuti AIA 100 Talent to Phuket, Thailand. Anak usia 10-14 tahun ini akan mengikuti elite training camp (ETC) bersama Spurs. Ini ETC ketiga yang kami ikuti,” ucapnya.
Menurut Kathryn, keterlibatan AIA Financial terhadap perkembangan sepak bola di Indonesia berlangsung sejak tiga tahun lalu. Alasannya sepak bola merupakan olahraga yang paling memasyarakat. Apalagi Tottenham Hotspurs memiliki pelatih internasional yang punya keinginan melakukan pembinaan sepak bola di negara-negara yang menjadi partner AIA. (WER)