Srikandi Bahari Persembahkan 3 Rekor Dunia bagi Indonesia...
Teluk Manado, Sulawesi Utara, khususnya di Kawasan Megamas, menjadi saksi pemecahan tiga rekor dunia yang tercatat di Guinness World Records. Tiga rekor itu adalah rantai manusia terpanjang di bawah air, pembentangan bendera terbesar di bawah air, dan penyelaman massal yang diikuti peserta terbanyak.
Kegiatan pemecahan ketiga rekor dunia itu diprakarsai Srikandi Bahari yang tergabung dalam Wanita Selam Indonesia (Wasi). Kegiatan itu merupakan persembahan dari perempuan penyelam, yang juga melibatkan penyelam profesional serta anggota TNI/Polri, untuk merayakan HUT kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia.
Pemecahan rekor dunia itu berlangsung pada hari Kamis (1/8/2019), dipecahkan rekor rantai manusia terpanjang di bawah air. Sebanyak 578 peserta pemecahan rekor bergandengan tangan di bawah air selama 9 menit dan 51 detik. Keberhasilan ini mematahkan rekor sebelumnya, yang dibuat oleh penyelam Amerika Serikat, sebanyak 386 orang, pada 2018.
”Selamat atas kerja keras kita selama setahun terakhir. Setiap orang di sini adalah pelaku sejarah, pemecah rekor dunia yang akan tercatat di buku Guinness World Record di London. Acara ini mungkin hanya sekali seumur hidup. Jadi, para peserta harus bangga,” tutur Ketua Umum Wasi, Tri Suswati Tito Karnavian, Kamis lalu.
Sebelum mencetak rekor dunia, Wasi sukses mencetak rekor yang tercatat di Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) pada 2018, yaitu penyelaman massal yang melibatkan 930 penyelam perempuan. Penyelaman itu diikuti pembentangan bendera Merah Putih sepanjang 500 meter di dalam laut pula.
Ketua Umum Wasi memberikan taklimat pada peserta pemecahan rekor rantai manusia terpanjang sebelum memulai penyelaman. Dengan suara lantang, Tri minta peserta berkonsentrasi supaya pemecahan rekor berjalan lancar. Selalu berpegangan tangan dan mendengarkan aba-aba.
”Satu orang gagal dalam berpegangan tangan, maka gagal semua pekerjaan kita selama ini. Gagal kita sebagai bangsa Indonesia yang akan membanggakan Indonesia di kancah internasional. Saya harapkan ini benar-benar dicamkan setiap peserta, karena di tangan Anda kegiatan ini akan berhasil,” tuturnnya, melanjutkan.
Tri berpesan, jika ada di antara peserta tidak mampu melanjutkan penyelaman, tak perlu memaksakan diri. Bila ada penyelam yang terpaksa naik ke permukaan, peserta lain lekas menggandeng tangan penyelam di sebelahnya.
Penyelam harus memperhatikan aba-aba untuk mulai bergandengan tangan. Juri dari Guinness World Records akan merekam dengan video ketika penyelam bergandengan tangan membentuk rantai manusia. Para penyelam tak boleh melepaskan gandengan sebelum terdengar aba-aba.
”Mari sama-sama berjuang untuk bangsa Indonesia. Mari kita catatkan nama Indonesia di dunia melalui pemecahan rekor rantai manusia terpanjang. Merdeka!” kata Tri, menggelorakan semangat para penyelam.
Penghargaan berbentuk piagam diberikan kepada Tri oleh juri Guinness World Records dari Australia, Solvej Malouf, setelah mengecek video bukti. Jumlah peserta dibuktikan dengan daftar hadir setiap kelompok. Ia mengatakan, persyaratan pemecahan rekor adalah orang harus bergandengan tangan selama minimal 1 menit.
Tri menambahkan, kegiatan itu diprakarsai Wasi dan didanai sponsor. Masyarakat dan aparat Polri/TNI membantu, terutama terlibat dalam penyelaman dan menyiapkan barang, seperti tangga kayu bagi peserta untuk turun ke laut dan tenda-tenda. Polri tidak ikut mendanai kegiatan itu.
Tak mudah mengorganisasi ratusan penyelam untuk menciptakan rekor rantai manusia. Dibutuhkan kekompakan dan ketenangan dari ratusan penyelam dengan kemampuan menyelam yang berbeda-beda. Jika penyelam tak tenang, bisa menyebabkan air jadi keruh sehingga kian mempersulit koordinasi.
Siswi SMA Negeri 7 Manado, Jessica (17), mengakui gugup dan tegang saat melakukan penyelaman itu. Namun, ia merasa bangga setelah kembali ke permukaan. Pengalaman itu diharapkannya bisa membantunya saat melamar ke Akademi Kepolisian setelah lulus SMA. ”Patut disyukuri semua peserta naik ke permukaan dengan selamat,” ujar Tri.
Penyelaman massal
Dua rekor dunia berikutnya dipecahkan pada Sabtu (3/8), yaitu penyelaman massal yang diikuti peserta terbanyak dan pembentangan bendera terbesar di bawah air. Penyelaman massal diikuti 3.131 penyelam pria dan wanita dari dalam negeri dan mancanegara, seperti Malaysia, Australia, Spanyol, Amerika Serikat, Perancis, Thailand, Vietnam, dan Mesir. Rekor itu memecahkan rekor dunia sebelumnya yang tercipta di Pantai Malalayang, Manado, pada 2009 dengan penyelam sebanyak 2.465 orang.
Rekor dunia membentangkan bendera di bawah air diukir dengan membentangkan sang Merah Putih berukuran 1.014 meter persegi atau berukuran 39 meter x 26 meter. Rekor itu menyingkirkan rekor dunia sebelumnya yang dilakukan di Australia pada 2017 dengan bendera berukuran 166,62 meter persegi. Tampak dari atas permukaan air bendera Merah Putih terbentang dengan anggun mengikuti aliran gelombang Teluk Manado yang lembut.
”Satu kebanggaan bagi Indonesia dan kita semua yang terlibat di sini. Setelah berhasil memecahkan satu rekor dunia, rangkaian penyelam terpanjang di bawah air, kita kembali mengharumkan nama Indonesia dengan memecahkan dua rekor dunia. Tiga rekor dunia ini merupakan hadiah ulang tahun ke-74 untuk Republik Indonesia yang kita cintai.
Semoga tidak berakhir di sini, tetapi bisa menjadi motivasi untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara,” kata Tri setelah pemecahan rekor kedua dan ketiga diakui oleh juri Guinness World Records. Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian ikut serta dalam pemecahan rekor dunia ini.
Tito mengatakan, pembentangan bendera di laut adalah cara bangsa maritim merayakan kemerdekaannya. Sekitar 65 persen wilayah Indonesia adalah perairan. Keanekaragaman hayati laut mutlak dijaga. ”Laut adalah sumber protein bagi kehidupan kita sehingga harus dijaga,” ujarnya.
Tri menambahkan, persiapan teknis pemecahan rekor dunia tak mudah karena harus menyiapkan peserta, peralatan, dan lokasi. Teknis penyelaman dan hal teknis lain agar rekor dunia terpecahkan adalah tantangan bagi panitia. Semua kesulitan itu bisa teratasi karena kepanitiaan ditangani orang profesional dan dipercaya. ”Ini bukan kegiatan umum di darat, yang bisa dilakukan semua orang,” ucapnya.
Menurut Tri, keterlibatan 3.131 orang dari sejumlah negara ini akan membuat keindahan laut Indonesia, terutama di Manado, semakin dikenal dunia. Masyarakat pun diajak untuk mencintai laut, antara lain dengan tak membuang sampah di laut.
Kurangi sampah plastik
Selain pemecahan rekor dunia, Srikandi Bahari aktif juga dalam kampanye mengurangi sampah plastik. Wasi bersama Ikatan Pemulung Indonesia dan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia menjaga kebersihan Teluk Manado dari sampah plastik, serta mendukung kegiatan Dive Against Debris dengan membersihkan pantai dan laut dari sampah plastik.
Tri mengatakan, sampah plastik menjadi isu internasional. Warga diminta tidak membuang sampah sembarangan. ”Gunakanlah bahan plastik dengan bijaksana. Jangan membuang sampah sembarangan karena laut harus kita cintai,” katanya, mengingatkan.
Tri mengakui, sebagian rakyat Indonesia masih menganggap laut menakutkan dan berbahaya karena tidak dikenalkan sejak kecil mengenai laut. Padahal, menyelam di laut adalah kegiatan yang menggembirakan dan aman. (*/tim)