Pekerjaan konstruksi tol di Medan ditargetkan dimulai 2021 sepanjang 30,97 kilometer. Tahun ini, pembangunan dua tol yang melintasi DI Yogyakarta ditargetkan mulai lelang.
MEDAN, KOMPAS Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi memulai pencanangan studi kelayakan pengusahaan Jalan Tol Dalam Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (15/8/2019). Pekerjaan konstruksi ditargetkan dimulai tahun 2021 dan rampung 2023. Pembangunan jalan tol sepanjang 30,97 kilometer itu diharapkan bisa mengurangi kemacetan di Kota Medan.
”Kami berharap studi kelayakan Jalan Tol Dalam Kota Medan bisa selesai 10 bulan. Studi ini mengkaji kebutuhan lahan, desain dasar, investasi, konsesi, kontrak, tarif, dan yang lainnya,” kata Edy, kemarin.
Turut hadir dalam pencanangan kemarin Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Eko Djoeli Heripoerwanto; Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto; dan anggota DPD asal Sumut, Parlindungan Purba.
Edy mengatakan, pembiayaan pembangunan jalan tol itu akan menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Pengerjaan jalan tol diperkirakan menelan dana Rp 7 triliun. Dua badan usaha calon pemrakarsa jalan tol telah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi Sumut, yakni PT Citra Marga Nusaphala Persada dan PT Adhi Karya (Persero).
Menurut Edy, jalan tol dalam kota itu akan tersambung dengan tol yang ada, yakni Tol Belawan-Medan-Tanjungmorawa sepanjang 34 km, Tol Medan-Binjai (16,8 km), dan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (61,8 km). Selama ini, jalan tol yang ada hanya melintasi pinggiran Kota Medan sisi timur dan utara. ”Sementara untuk masuk ke dalam kota harus melewati jalan kota yang kini sangat macet,” katanya.
Tol dalam kota itu akan terdiri atas tiga seksi. Seksi I, sepanjang 14,28 km, membentang di sisi barat Kota Medan dari Gerbang Tol Helvetia hingga Titi Kuning. Seksi ini akan memanfaatkan lahan pinggir atau median jalan mengikuti Jalan Ring Road/Gagak Hitam.
Seksi II akan membentang di tengah Kota Medan dari Pulo Brayan hingga Titi Kuning sepanjang 12,44 km. Sebagian besar konstruksi seksi II akan memanfaatkan sempadan Sungai Deli menghindari permukiman padat. Seksi III membentang di sisi selatan dimulai dari Gerbang Tol Amplas sampai Titi Kuning sepanjang 4,25 km dengan konstruksi di pinggir atau median jalan.
Mengingat banyaknya pengguna sepeda motor di Kota Medan, kata Edy, mereka menyiapkan jalan tol dalam kota bisa dilintasi sepeda motor. Heripoerwanto mengatakan, semua kajian studi kelayakan harus selesai 10 bulan ke depan. ”Pengguna jalannya bagaimana, konstruksinya, investasinya balik kapan, kontraknya berapa tahun, konsesinya, dan tarifnya semua harus selesai,” katanya.
Ia optimistis pengerjaan tol dalam kota itu bisa berjalan karena menggunakan model pembiayaan KPBU. Dengan skema pembiayaan itu, APBN ataupun APBD tidak dibebani. ”Tugas pemerintah memastikan semua yang dibutuhkan hingga proyek terlaksana dan selesai terpenuhi,” katanya.
Sugiyartanto menyatakan, rute Jalan Tol Dalam Kota Medan berupaya menghindari permukiman padat. Jalan tol akan dibangun di tanah atau jalan layang dengan satu pilar dan dua pilar. Kolong jalan pun dirancang bisa dilalui kendaraan.
Tol Yogyakarta
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dua jalan tol direncanakan akan melintasi Tol Bawen-Yogyakarta dan Tol Yogyakarta-Solo. Dua jalan tol itu bakal memiliki enam gerbang akses keluar-masuk di wilayah DIY.
Keberadaan enam gerbang tol itu diharapkan bisa mendukung pengembangan ekonomi kawasan sekitarnya. ”Enam titik gerbang tol itu seluruhnya berlokasi di Kabupaten Sleman,” kata Sekretaris Daerah DIY Gatot Saptadi ditemui di kompleks Kantor Gubernur DIY, Kota Yogyakarta.
Menurut rencana, lelang proyek jalan tol itu akan dilakukan. Pembangunan diharapkan dimulai tahun 2020. Seperti diberitakan, pemerintah berencana membangun sejumlah jalan tol yang melewati wilayah DIY, antara lain Tol Bawen-Yogya dan Tol Yogya-Solo. Tol Bawen-Yogya menghubungkan Kota Semarang (Jateng) dengan DIY, sedangkan Tol Yogya-Solo bakal menghubungkan wilayah DIY dengan Kota Solo (Jateng).
Saat ini, trase atau jalur Tol Bawen-Yogya dan Tol Yogya-Solo telah disepakati. Berdasar rencana pemerintah, titik masuk Tol Yogya-Solo di DIY ada di daerah Maguwoharjo, Sleman. Dari wilayah itu, jalan tol direncanakan dibangun dengan konstruksi melayang di atas jalur Lingkar Luar Utara Yogyakarta ke arah barat.
Setelah itu, jalur Tol Yogya-Solo akan bertemu di jalur Tol Bawen-Yogya. Menurut rencana sebagian jalur Tol Bawen-Yogya juga dibangun melayang di atas kanal Selokan Mataram. Gatot menjelaskan, panjang ruas Tol Bawen-Yogya yang melalui DIY sekitar 10 km, sedangkan panjang ruas Tol Yogya-Solo yang lewat di DIY sekitar 7 km.
Keberadaan enam gerbang tol itu untuk mendorong perekonomian di kawasan sekitarnya. Karena itu, Gatot berharap para pelaku ekonomi di DIY bisa memanfaatkan keberadaan gerbang-gerbang tol itu. Pengamat ekonomi Edy Suandi Hamid menyatakan, pembangunan tol bisa memberikan manfaat bagi perekonomian DIY. Dengan adanya jalan tol, mobilitas wisatawan ke DIY dari sejumlah kota lebih mudah.
Demi memaksimalkan dampak ekonomi pembangunan jalan tol, ujarnya, DIY harus bisa mengembangkan daya tarik agar pengguna jalan tol juga singgah di berbagai lokasi di provinsi itu. ”Yogyakarta tidak boleh hanya dilewati, tetapi harus jadi tempat transit dan tempat tujuan perjalanan dari para pengguna jalan tol,” kata Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta itu. (NSA/HRS)