Para pedagang kaki lima di kawasan Malioboro, Yogyakarta, ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan RI dengan menggelar upacara bendera, Sabtu (17/8/2019). Para pedagang mengenakan pakaian adat khas Jawa, surjan bagi para pria dan kebaya untuk wanita.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Para pedagang kaki lima di kawasan Malioboro, Yogyakarta, ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan RI dengan menggelar upacara bendera, Sabtu (17/8/2019). Para pedagang mengenakan pakaian adat khas Jawa, surjan bagi para pria dan kebaya untuk wanita.
Sejak pukul 07.00, para pedagang kaki lima itu sudah berdatangan di depan gerbang barat kompleks Kepatihan (Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta), kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tampilan mereka tampak berbeda. Tidak mengenakan kaus oblong seperti saat berdagang.
Sebagian besar pedagang itu mengenakan pakaian adat khas Jawa. Bagi laki-laki, pakaian yang dikenakan berupa surjan lengkap dengan blangkon dan jariknya, sedangkan perempuan mengenakan kebaya yang berbeda-beda warnanya.
Upacara dimulai sekitar pukul 08.15. Semua peserta tampak khidmat mengikuti prosesi dari awal hingga akhir upacara. Ada sekitar 100 pedagang kaki lima yang turut serta dalam kegiatan itu.
Pedagang kaki lima diajak untuk ikut memeriahkan perayaan kemerdekaan sebagai salah satu titik penting perjuangan bangsa.
Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Kota Yogyakarta Wawan Suhendra mengatakan, upacara itu baru pertama kali digelar. Pihaknya ingin mengajak sesama pedagang kaki lima untuk ikut memeriahkan perayaan kemerdekaan sebagai salah satu titik penting perjuangan bangsa.
”Kami berharap upacara ini tidak hanya satu kali ini. Kami ingin agar tahun-tahun berikutnya ada upacara ini. Ini sedikit kontribusi kami dalam memeriahkan perayaan kemerdekaan,” kata Wawan, seusai upacara.
Antusiasme para pedagang kaki lima itu tampak begitu besar. Peralatan yang dibutuhkan untuk menggelar upacara itu disediakan secara sukarela. Mereka bergotong royong agar kegiatan itu bisa benar-benar terselenggara. Mulai dari perlengkapan tata suara, tiang bendera, hingga air mineral.
Desio Hartonowati (55), salah satu pedagang lesehan di kawasan Malioboro, mengungkapkan, para pedagang memang begitu semangat untuk ikut serta dalam perayaan kemerdekaan itu. Mereka ingin menunjukkan bahwa pedagang juga merupakan bagian dari masyarakat yang ingin menunjukkan ekspresi kecintaan dan penghargaan bagi para pahlawan.
”Tentu kami ikut merayakan ini untuk mengenang jasa para pahlawan. Sangat penting agar bisa diteruskan pada tahun-tahun selanjutnya,” kata Desio.
Mereka ingin menunjukkan bahwa pedagang juga merupakan bagian dari masyarakat yang ingin menunjukkan ekspresi kecintaan dan penghargaan bagi para pahlawan.
Tugiyono, sekretaris Koperasi Paguyuban Pedagang Kaki Lima Yogyakarta, menyampaikan, para pedagang juga bagian dari masyarakat Indonesia. Kondisi itu yang mendorongnya untuk ikut serta merayakan upacara kemerdekaan.
”Kami sebagai pedagang kaki lima juga bagian dari rakyat Indonesia. Kedudukan kami seharusnya sama dengan warga negara Indonesia lainnya. Kami ingin kemerdekaan untuk bisa berusaha mencari nafkah dan mendapatkan pelayanan yang sama,” kata Tugiyono.
Terkait hal itu, Wawan mengungkapkan, pihaknya sebagai pedagang siap untuk diajak bersinergi dengan program-program pemerintah. Itu termasuk juga dengan program penataan PKL.
Misalnya, para pedagang telah bersepakat untuk ikut serta menjaga kebersihan. Mereka berencana meluncurkan program menjaga kebersihan yang dinamai Jagalisa, kependekan dari jaga kebersihan, lihat sampah ambil.
”Ini menjadi upaya kami ikut memiliki Malioboro. Caranya adalah dengan turut serta merawat kebersihan dan keindahannya,” ujar Wawan.