Ratusan pemulung mengikuti upacara peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu (17/8/2019), di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Ratusan pemulung mengikuti upacara peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu (17/8/2019), di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain untuk memperingati Kemerdekaan RI, upacara itu juga digelar untuk menunjukkan bahwa para pemulung memiliki kedudukan yang setara dengan anggota masyarakat lain.
Upacara peringatan Kemerdekaan RI di TPST Piyungan itu digelar oleh Komunitas Pemulung Mardiko yang sehari-hari memulung sampah di tempat tersebut. Namun, selain diikuti para pemulung, upacara itu juga diikuti oleh beberapa kelompok masyarakat serta mendapat dukungan dari Kepolisian Daerah (Polda) DIY.
Dalam upacara yang dimulai sekitar pukul 07.00 itu, sebagian besar pemulung mengenakan kaus biru, sepatu boots, dan caping. Para peserta upacara berbaris di tanah lapang yang berlokasi tak jauh dari gunungan sampah di TPST Piyungan. Di dekat lokasi upacara itu juga tampak beberapa ekor sapi yang tengah mencari makan di antara tumpukan sampah.
”Upacara semacam ini baru pertama kali digelar di TPST Piyungan. Insya Allah upacara ini akan berlanjut pada tahun-tahun mendatang,” kata Ketua Komunitas Pemulung Mardiko, Maryono (53), saat ditemui seusai upacara.
TPST Piyungan merupakan tempat pembuangan sampah yang menampung sampah dari tiga kabupaten/kota di DIY, yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Di sekitar TPST yang mulai beroperasi pada 1996 dengan luas wilayah 12,5 hektar itu, terdapat ratusan pemulung yang sehari-hari memulung sampah yang masih bernilai untuk dijual kembali.
Upacara semacam ini baru pertama kali digelar di TPST Piyungan. Insya Allah upacara ini akan berlanjut pada tahun-tahun mendatang
Maryono menuturkan, sejak sekitar tiga tahun lalu, para pemulung di sekitar TPST Piyungan sebenarnya sudah memiliki keinginan untuk menggelar upacara peringatan Kemerdekaan RI. Namun, karena adanya berbagai persoalan, upacara tersebut baru bisa terlaksana pada tahun ini.
”Keinginan untuk mengadakan upacara ini sudah ada dari tiga tahun yang lalu. Tahun-tahun sebelumnya kami belum siap, tetapi tahun ini Alhamdulillah kami sudah bisa siap,” kata Maryono.
Maryono menambahkan, melalui upacara tersebut, para pemulung ingin menunjukkan bahwa mereka juga memiliki semangat nasionalisme. Dengan adanya upacara semacam itu, hubungan para pemulung dengan elemen masyarakat lain diharapkan juga semakin erat.
”Pada waktu-waktu yang dulu, para pemulung itu mungkin hanya dianggap sebagai ’sampah’, tetapi dengan upacara ini kami mencoba menunjukkan bahwa kami para pemulung juga memiliki semangat nasionalisme dan patriotisme sehingga antara pemulung dan masyarakat bisa bersatu,” ungkap Maryono.
Menurut Maryono, sebelum upacara digelar, para pemulung telah menggelar latihan upacara sebanyak tiga kali. Dalam berlatih, para pemulung dibantu oleh sejumlah personel Polda DIY. ”Ada latihan tiga kali. Karena kami para pemulung untuk tata cara upacara itu kurang paham, kami meminta Polda DIY untuk memberi latihan,” katanya.
Teringat anak
Salah seorang pemulung, Sukamti (44), mengaku senang bisa mengikuti upacara peringatan Kemerdekaan RI. Apalagi, dalam upacara tersebut, Sukamti ditunjuk sebagai salah seorang petugas pengibar bendera merah putih. ”Rasanya senang. Seumur hidup baru ini jadi pengibar bendera,” katanya.
Saat menjadi petugas pengibar bendera dalam upacara itu, Sukamti mengaku teringat dengan salah seorang anaknya, Muhammad Miftah, yang pernah menjadi anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) tingkat provinsi pada 2012. Saat itu, Miftah ikut menjadi anggota paskibra dalam upacara peringatan Kemerdekaan RI di Istana Kepresidenan Yogyakarta atau dikenal dengan nama Gedung Agung.
”Waktu itu saya ikut diundang menyaksikan upacara di Gedung Agung. Sekarang anak saya jadi anggota TNI dan bertugas di Papua,” tutur Sukamti yang merupakan warga Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Bantul.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Pembinaan Ketertiban Sosial (Bintibsos) Polda DIY Ajun Komisaris Besar Sinungwati mengatakan, upacara itu diharapkan bisa meningkatkan semangat cinta Tanah Air di kalangan pemulung. Sinungwati menambahkan, upacara itu juga diharapkan bisa menunjukkan bahwa para pemulung memiliki kedudukan yang sama dengan anggota masyarakat lain.
”Dengan adanya upacara ini, mereka (para pemulung) tidak merasa terpinggirkan. Mereka (pemulung) ini kan sama dengan masyarakat lain yang berhak untuk bersukacita dalam perayaan kemerdekaan,” ungkap Sinungwati yang menjadi inspektur upacara dalam acara itu.