Bola-bola Kokedama
Kesegaran baru itu datang dari bulatan lumut dengan tanaman menyembul di atasnya. Kokedama secara harfiah diterjemahkan dari kata koke, artinya lumut, dan dama berarti bola. Seni tanaman hias dari Jepang ini mudah, praktis, dan cantik, menawan hati banyak orang untuk membuat atau memilikinya.
Semakin banyak praktisi tanaman hias yang menawarkan kokedama sebagai alternatif teknik penanaman. Begitu juga dengan desainer interior yang memilih kokedama sebagai penghias ruangan karena bentuknya yang artistik.
Di antara mereka, ada Nelza Yesaya Hehamahua, pemilik Emillie Garden di Tangerang, Banten, dan Shinta Yuanafitria, pemilik Hijau Daun di Bandung, Jawa Barat. Keduanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kepada kokedama.
”Saya melihat kokedama pertama kali waktu ke Kyoto, Jepang. Banyak toko tanaman yang menjualnya. Saya lihat bentuknya, kok, lucu. Lalu saya coba bereksperimen di sini, saya pajang hasilnya di Instagram, ternyata banyak yang berminat,” tutur Nelza.
Di Jepang, seni kokedama sudah lama dikenal dan merupakan turunan teknik bonsai. Dengan latar belakang pengetahuan lanskap dan desain, lahirlah inovasi kokedama dari tangan Nelza. Lumut untuk media tanam kokedama di Jepang tidak ada di Indonesia sehingga dia menggantinya dengan lumut hitam. Lumut itu lalu dicampur unsur-unsur hara supaya tanaman bisa tumbuh dengan baik.
Campuran tersebut kemudian dipadatkan sembari dibentuk bulatan, lalu diikat dengan tali rami. ”Yang lama memang bikin bulatannya. Bentuknya harus bulat bola, tidak boleh lonjong,” ujar Nelza.
Ukurannya bervariasi, tergantung volume tanaman. Di Emillie Garden, Nelza membuat bola lumut berdiameter sekitar 8 sentimeter (cm) hingga 20 cm.
Pada prinsipnya, katanya, tanaman hias apa pun bisa dipakai untuk kokedama. Misalnya kaktus, nanas-nanasan atau sansevieria, succulent, monstera, bambu hoki, dan hoya. Mirip tanaman hias dalam pot, hanya berbeda media tanam.
Perawatannya juga cukup mudah. ”Kokedama cukup disiram seminggu sekali. Jika terlalu sering, malah bisa busuk. Kokedama bisa direndam air dalam gayung sampai terasa berat, lalu diangin-anginkan sekitar dua jam,” papar Nelza.
Sebaiknya kokedama tidak terkena sinar matahari langsung. Waktu paling baik mengeluarkan kokedama adalah pukul 08.00-09.00 dan pukul 16.00-17.00.
Ketika Nelza memulai tahun 2016, kokedama belum banyak dikenal. Kini banyak kalangan ikut serta dalam pelatihan membuat kokedama yang digelar Emillie Garden, mulai dari acara kumpul-kumpul perusahaan sampai ibu-ibu arisan.
Tak hanya dengan tanaman hidup, Nelza juga membuat kokedama dengan tanaman kering dan tanaman plastik. Tujuannya lebih untuk dekorasi ruangan. Kokedama dengan tanaman kering berupa rumput, ilalang, dan teratai berwarna kecoklatan cocok dijadikan pajangan yang unik.
Emillie Garden menyediakan tatakan khusus berbentuk lingkaran dengan lubang di tengahnya untuk meletakkan kokedama agar lebih artistik. Selain itu, kokedama juga bisa disusun di atas rak pajang sebagai pemanis ruangan.
Mencari formula
Shinta mulai berkenalan dengan kokedama pada Oktober 2017, semula untuk mengisi waktu dan menghias rumah. Dia melihat kokedama di rumah temannya, langsung mencari informasi dan mengikuti pelatihan membuat kokedama di Jakarta.
”Setelah saya praktikkan, hasilnya saya pasang di Instagram. Ternyata banyak yang memesan. Ketika itu saya belum percaya diri karena bentuk kokedama saya belum sempurna,” ujarnya.
Setelah terus berlatih, mencari formula yang tepat, dan bentuk yang indah, Shinta memberanikan diri membuka pesanan lebih banyak. Seperti terlihat saat Hijau Daun ikut serta dalam Inacraft 2019, April lalu, gerai tersebut ramai dikunjungi orang. Dari yang sekadar melihat-lihat, bertanya lebih jauh, hingga membeli kokedama yang dipajang dengan menarik.
Tidak hanya diletakkan di atas meja pajang, kokedama juga ditempatkan dalam makrame yang tergantung di dinding. Ada pula kokedama yang diletakkan di dalam keranjang anyaman.
Untuk kokedama, Hijau Daun menggunakan lumut kering atau sering juga disebut sphagnum moss untuk membalut campuran tanah, kompos, dan cocopeat. Campuran itu dibalut lagi dengan ijuk atau sabut kelapa agar lumut yang kering tidak tercecer. Bola lumut diikat dengan tali rami agar rapi dan cantik.
”Kami hanya memilih jenis tanaman dalam ruangan yang berdaun dan berbentuk kecil. Kokedama kami lebih banyak digunakan untuk hiasan interior di rumah, kantor, kafe, hotel, dan restoran,” lanjut Shinta.
Menurut dia, kokedama sangat cocok untuk orang-orang yang tidak ingin ribetdalam merawat tanaman hias. Selain perawatan rutin yang hanya sepekan sekali, tali rami pengikat kokedama hanya perlu diperbaiki ulang dalam enam bulan karena memang usia ketahanannya tidak terlalu panjang.
Kokedama setidaknya bisa menjawab kebutuhan akan tanaman hias yang indah selain yang sudah ada selama ini di dalam pot. Jika ingin berkreasi sendiri pun, sudah banyak tersedia pelatihan membuat kokedama agar sesuai selera kita. Bola-bola kokedama siap membuat jatuh cinta.