Sebanyak 30 pemuda yang tergabung dalam komunitas Sahabat Laut membersihkan Pantai Ulee Lheu, Banda Aceh, Aceh, dari sampah, Minggu (18/8/2019). Sampah plastik dan sampah rumah tangga menjadi ancaman serius terhadap ekosistem laut.
Oleh
Zulkarnaini
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS – Sebanyak 30 pemuda yang tergabung dalam komunitas Sahabat Laut membersihkan Pantai Ulee Lheu, Banda Aceh, Aceh, dari sampah, Minggu (18/8/2019). Sampah plastik dan sampah rumah tangga menjadi ancaman serius terhadap ekosistem laut.
Komunitas Sahabat Laut dibentuk Jaringan Advokasi Laut Aceh. Tahun lalu, Sahabat Laut juga membersihkan Pantai Ulee Lheu tapi sampah-sampah itu kembali mengotori pantai.
Anak muda Sahabat Laut bergerak atas kesadaran menjaga laut dari pencemaran. Seperti yang dilakukan Minggu di Pantai Ulee Lheu. Mereka mengumpulkan sampah yang berserakan di pantai dan celah-celah batu pemecah ombak. Sampah yang paling banyak ditemukan plastik seperti botol minuman dan kresek. Popok bayi dan botol kaca juga ditemukan di sana.
Irma Suryani, seorang peserta, menuturkan, tergerak terlibat dalam gerakan merawat laut sebab tidak ingin laut yang sejati diciptakan Tuhan indah itu kotor dan dirusak manusia. Kata Irma, jika laut tercemar kehidupan manusia juga terancam sebab biota laut terpapar zat berbahaya dari sampah.
Irma, seorang pekerja swasta, mengatakan, telah terlibat dalam gerakan itu sejak 2010. Dia, bahkan ikut membersihkan pantai di pulau terluar yakni Pulau Aceh. "Sahabat Laut setiap tahun membersihkan pantai. Selain merawat pantai, kami mengkampanyekan warga untuk peduli dengan kebersihan pantai," kata Irma.
Sampah di pantai dipilah sesuai jenis seperti sampah plastik, kaca, dan residu. Sampah itu didata seperti asal negara dan perusahaan penghasil produk. Beberapa tahun lalu, Sahabat Laut menyurati perusahaan penghasil produk agar ikut menyelamatkan laut.
Manager Program Jaringan Advokasi Laut Aceh Crisna Akbar mengatakan, sampah-sampah plastik telah mencemari keindahan pantai dan mengancam kelestarian lingkungan. Dia menyayangkan sikap warga kota yang membuang sampah ke pantai.
“Warga kita jangankan mengelola sampah, membuang sampah pada tempatnya saja masih belum terbiasa,” ujar Crisna.
Warga kita jangankan mengelola sampah, membuang sampah pada tempatnya saja masih belum terbiasa
Crisna menuturkan, lokasi-lokasi wisata pantai yang seharusnya dijaga justru tercemar. Meski tempat sampah sudah disediakan, sampah masih dibuang di pantai.
Crisna mengatakan, tahun ini, mereka sudah dua kali membersihkan pantai di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Terkumpul sekitar 300 sampah botol plastik produksi luar negeri, seperti Sri Lanka, Maladewa, Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Mereka juga pernah menemukan botol plastik dari Eropa. Identifikasi dilakukan berdasarkan merek dan asal negara produksi. ”Nanti kami akan menyurati negara asal sampah agar ada upaya dari mereka menjaga laut,” kata Crisna.